Cantika tidak mendongak, dan setelah mengangguk pelan, dia berkata, "Aku mendengarnya dari pemilik toko obat saat aku ke kota."
"Sukma tidak benar-benar menggunakan air kencingnya sendiri untuk memasak ayam untuk dimakan, kan?" Seorang wanita bernama Silvia juga datang. Dia memandang Cantika dengan ekspresi penasaran, "Bisakah kamu memakannya? Bagaimana rasanya?"
Cantika mendongak, dan hanya menatap Silvia, "Tidak apa-apa, enak."
Liana sebenarnya ingin melihat wajah Cantika yang saat diintimidasi, tapi dia tidak menyangka gadis ini tetap tenang. Silvia mengerutkan kening dengan jijik ketika dia mendengar kata-kata itu. Dia menatap Cantika dengan mata aneh, "Ibumu bisa memakannya? Bukankah dia gila?"
Cantika menggelengkan kepalanya dan berkata dengan suara rendah, "Ibuku tidak gila."
Liana mengingatkan Silvia, "Itu adalah resep rahasia untuk menghasilkan banyak ASI."
Silvia mengerutkan kening, "Apa-apaan? Urine wanita yang sedang menyusui berbau sangat kuat!"
Ketika Liana mendengar ini, dia ingin muntah lagi. Dia memandang Cantika, "Aku akan memberitahu kepala desa sebentar, aku akan minta
kepala desa untuk memberikan kaki babi untukmu. Kamu bisa mengambilnya kembali dan merebusnya dengan air kencing ibumu. Mengerti?"
Cantika mengangguk dengan patuh.
"Apakah benar-benar nikmat memasak kaki babi dengan air seni wanita?"
Penduduk desa mulai berbicara.
"Orang yang melakukan ini sudah gila."
"Sukma adalah wanita gila!"
"Seluruh keluarganya memang tidak biasa, hanya suaminya yang normal, tetapi sayang sekali dia meninggal di usia yang begitu muda."
"Semua orang bilang putri kecilnya punya sesuatu yang aneh di tubuhnya."
"Itu karma. Kesalahan terbesar Tio dalam hidup ini adalah menikahi Sukma. Lihat, dia tidak melahirkan seorang putra. Tio juga meninggal sangat cepat saat hidup dengan wanita itu."
Gosip ini bermunculan setiap hari, sangatlah menyakitkan. Di kehidupan sebelumnya, Cantika yang mendengar penduduk desa berkata bahwa Sukma seperti itu, tidak bisa melawan. Dia menjadi semakin rendah diri. Dia tidak suka berbicara, dia tidak menyapa ketika melihat penduduk desa. Itu sebabnya dia dikatakan tidak sopan oleh generasi yang lebih tua. Di mata penduduk desa, kepribadiannya
aneh.
Sukma lemah dan tidak bisa membajak sawah seperti perempuan tangguh di desa. Dia juga tidak bisa melahirkan anak laki-laki. Anak perempuan yang lahir darinya juga memiliki kepribadian yang tidak baik. Oleh karena itu, dia selalu menjadi objek bagi para penduduk desa yang suka menindas.
Sekarang suami Sukma sudah meninggal, jadi penduduk desa semakin meremehkan dirinya. Mereka bahkan menunjuk putrinya dengan tuduhan tidak berdasar. Namun, Cantika, yang telah terlahir kembali ini, telah mengembangkan rasa beraninya. Dia tidak merasa sakit sama sekali saat para penduduk desa mengejek keluarganya.
Silvia bertanya pada Cantika dengan enggan, "Apakah ayam yang yang dimasak dengan air kencing itu enak?"
Kepala Cantika menunduk, "Aku tidak tahu, aku belum memakannya, tapi kata ibuku sangat enak."
"Kembali dan bawa ibumu ke sini." Silvia mengejek.
Cantika mengangkat matanya dan menatap Silvia dengan hati-hati, "Ibuku tidak makan banyak, semuanya dimakan oleh keluarga bibiku."
Liana yang tiba-tiba mendengar kata-kata Cantika ini langsung kaku, Dia menatap Cantika dengan kesal, "Gadis gila, apa yang kamu bicarakan?" Dia cemas dan marah, tetapi dia harus menahan emosinya di depan para penduduk desa.
"Apakah kamu sudah makan ayam itu?" Silvia memandang Liana dengan kaget, "Kamu baru saja mengejek Sukma, tapi kamu ternyata benar-benar memakan ayam yang direbus dengan air kencingnya?"
Liana merasa bahwa Silvia mengolok-oloknya, jadi dia menatapnya dengan kesal, "Apa yang kamu tahu?"
Cantika dengan hati-hati melirik Liana dan Silvia, lalu menundukkan
kepalanya, "Bibi dan nenek tidak tahu apa yang aku masak di panci itu. Mereka hanya mencium bau ayam saat aku memasaknya di dapur. Setelah memberi makan sapi di kandang, aku tidak melihat panci itu lagi. Nenek yang mengambilnya. Jika dia tahu sebelumnya, dia tidak akan memakannya."
Ekspresi Silvia menjadi lebih terkejut setelah mendengarkan, dan dia hampir tertawa. Dia merasa geli saat tahu Dinar memakan masakan orang lain, kemudian mengetahui bahwa masakan itu dibuat dengan air kencing. Bukankah itu seperti sebuah jebakan?
Senyuman di wajah Liana tidak bisa lagi muncul. Wajah Tasya juga tidak baik, dan dia dengan hati-hati melihat ke arah Adipati. Dia sedikit lega saat melihat tidak ada ekspresi aneh di wajah Adipati.
"Sungguh? Ada orang yang berani mencuri makanan orang lain? Para pengganggu seperti itu tidak bisa dimaafkan." Yurika, yang sedang duduk di pintu bersama Widuri, wanita tua di Keluarga Sinaga, kini berkata dengan ringan.
"Aku tidak dapat memahami kenapa penampilan Sukma yang lembut dan lemah itu membuat banyak orang ingin menindasnya seperti ini. Tidak masalah jika hanya mencurinya, tetapi orang yang sudah memakannya ini justru mengejek korban," kata Widuri.
"Bukan seperti itu." Tasya panik ketika mendengar Widuri, dan buru-buru berkata, "Bukan nenekku yang mencurinya."
Liana juga sedang terburu-buru. Jika Widuri tidak menyukai Tasya, dia pasti tidak setuju tentang hubungan cucunya dan Tasya. Liana menarik-narik pakaian Cantika dan mencoba membuat senyumnya terlihat lebih alami, "Cantika, kamu salah mengatakan itu. Itu akan membuat orang salah paham bahwa aku yang mencuri ayam dari rumah Cantika."
Cantika tampak seperti gadis yang ketakutan. Dia menundukkan kepalanya dan melangkah mundur.
"Aku harus pergi ke ladang sayur sekarang. Ini bukan masalah besar, tidak apa-apa." Setelah berbicara, Cantika berbalik dan lari.
Liana sangat marah hingga dia menggertakkan gigi, tetapi dia ingin tersenyum di depan penduduk desa, "Gadis itu!"
"Liana, kudengar Tasya mencuri lima puluh rupiah milikmu untuk pergi ke restoran, bukan?" tanya Yurika. Begitu kata-kata itu terdengar, mata semua orang tertuju pada Liana dan Tasya.
Wajah Tasya tiba-tiba menjadi pucat. Liana segera menggelengkan kepalanya, senyumnya dilebih-lebihkan dan kaku, "Tidak, tidak! Aku menemukannya di bawah tempat tidur. Seharusnya secara tidak sengaja
jatuh saat aku membuka dompet
"Bukankah kamu menuduh Cantika mencurinya?" Silvia bertanya pada Liana dengan curiga.
"Tidak, itu karena aku salah paham terhadap Cantika." Liana berbicara dengan lembut, tapi dadanya terbakar amarah. Jalang kecil itu harus diberi pelajaran!
Cantika, yang berlari keluar dari halaman kepala desa, berhenti dan berjalan perlahan. Untungnya, Tasya tidak menghentikannya. Gadis itu masih merasa marah. Apakah Cantika hanya ingin orang-orang di desa tahu bahwa keluarganya makan ayam yang direbus dengan air kencing? Apa dia ingin orang-orang di desa menertawakan seluruh keluarganya?
Cantika mengangkat alisnya sedikit. Dia merasa puas dengan apa yang baru saja terjadi. Perbuatannya tadi sudah cukup untuk mempermalukan Tasya dan Liana. Dia tersenyum dingin, dan berkata dengan suara pelan, "Tasya, kamu menyesal sekarang karena telah membawaku ke rumah kepala desa? Aku akan perlahan-lahan membiarkan Keluarga Sinaga melihat wajahmu yang sebenarnya. Aku tidak akan membiarkan dirimu dan keluargamu menindas kami lagi."
Ketika Cantika mencibir, hanya satu sudut bibirnya yang melengkung ke atas, matanya berkilau, penuh dengan aura jahat. Dia sangat berbeda dari dirinya sendiri di kehidupan sebelumnya yang hanya bisa takut pada sesuatu tanpa mencari cara untuk menghadapinya.
Saat ini Abimayu sedang bersandar malas di dinding dan merokok. Ketika Cantika berlari keluar, dia kebetulan melihat ke arah gadis itu. Ada senyum di bibirnya. Matanya tidak bisa lepas dari sosok menawan Cantika.