Senyuman pria itu, seperti angin musim semi, sangat lembut. Bagi Cantika, ini seperti mata air yang penuh keajaiban. Dia tidak berani menatap wajah tersenyum itu lebih lama lagi, takut dirinya akan
tenggelam.
Setelah pelajaran dari kehidupan sebelumnya, Cantika melihat jarak antara dia dan Keluarga Sinaga dengan lebih jelas. Lagipula, Abimayu akan lebih sulit digapai daripada Adipati yang seumuran dengannya. Dia adalah seorang prajurit berwajah dingin.
Cantika percaya bahwa Abimayu akan memperlakukan gadis lain dengan cara yang sama. Dia juga akan membantu gadis itu mengoleskan minyak obat, meski itu bukan Cantika. Ya, di mata Abimayu, Cantika hanya gadis kecil yang dianggap seperti adiknya.
Cantika sudah melewati satu kehidupan, dan pikirannya lebih dewasa dan tajam. Dia membuang muka, tidak lagi melihat Abimayu yang sedang mengoleskan minyak obat. Dia melihat ke atas dan tersenyum pada Sukma, "Ibu, aku telah menangkap banyak kodok. Aku akan membawa mereka ke kota besok untuk dijual."
Cantika sedang dalam suasana hati yang baik, memikirkan uang yang bisa didapat dari kodok ini, senyum riang di wajahnya muncul tiba-tiba.
Ketika Abimayu mendengarkannya, dia secara refleks mengangkat matanya untuk menatapnya. Kebetulan melihat Cantika yang mengangkat wajahnya dan tersenyum bahagia pada Sukma. Senyumannya sangat indah, matanya bersinar terang, dan Abimayu tertegun sejenak tanpa
bisa dijelaskan.
Cantika jelas seorang gadis yang seusia dengan adiknya. Kenapa Abimayu merasa seperti ini? Dia menggosok pergelangan kakinya begitu keras, itu menyakitkan, tetapi gadis ini malah berpura-pura tidak terluka di depan Sukma. Abimayu merasa gadis ini memiliki fisik yang sangat kuat.
Sukma tidak begitu mempercayai kata-kata Cantika, "Bisakah kodok benar-benar dijual dan mendapat uang?"
"Tentu saja," jawab Cantika.
"Memangnya itu bisa dimakan?"
Cantika tersenyum, "Ini bukan kodok yang bisa dimakan, tapi kodok yang bisa digunakan sebagai bahan obat."
Sukma masih tidak mengerti. Dia memiliki sedikit pengetahuan karena dia putus sekolah, "Bahan obat apa?"
"Obat apa saja. Nyatanya, banyak bahan obat yang diekstrak dari hewan, seperti kodok atau hewan lainnya. Banyak efeknya, bisa
masalah kulit, pembekuan darah, bisul, bengkak, dan lainnya. Kodok juga bisa mengobati anak-anak yang kelebihan berat badan. Hewan ini bisa membantu menurunkan berat badan. Luka di kepala juga bisa cepat pulih dengan kodok ini."
Abimayu sudah selesai mengoleskan minyak obat pada kaki Cantika. Mendengar kata-kata Cantika, dia memandang Cantika dengan penuh arti dan berkata sambil tersenyum, "Kamu tahu cukup banyak."
Cantika berbohong, "Aku hanya tahu ketika pemilik toko obat berbicara padaku. Aku pernah menjual ular berbisa."
Ketika Sukma mendengarnya, dia percaya pada kata-katanya. Abimayu tersenyum, bangkit, dan mengembalikan minyak obat ke Sukma. Tindakannya sangat lembut. Setelah itu, dia menyentuh bagian atas kepala Cantika dengan tangan yang tidak terkena minyak obat, "Pergelangan kakimu mungkin bengkak dan lebih sakit besok. Toko mana yang menjual kodok, biar aku yang menjualnya untukmu."
Ketika Cantika mendengar ini, dia menggelengkan kepalanya dengan cepat: "Tidak, aku bisa pergi sendiri."
Abimayu menatapnya, "Bagaimana cara mengendarai sepeda jika kakimu bengkak? Atau aku bisa mengantarmu?"
Cantika merasa malu. Kakinya sakit dan tidak bisa naik sepeda, jika Abimayu menggonceng dirinya dan dilihat oleh penduduk desa, itu akan menimbulkan rumor yang tidak perlu. Namun, kodok itu tidak bisa menunggu sampai kakinya pulih.
Jika Sukma tidak menyusui, Cantika masih bisa meminta tolong pada ibunya, tetapi keadaannya berbeda sekarang. Setelah banyak pertimbangan, Cantika masih merasa lebih bisa diandalkan untuk
memberikan kodok kepada Abimayu.
Cantika mengangkat wajahnya, menatap Abimayu, "Jangan memberitahu penduduk desa bahwa kodok bisa dijual untuk mendapatkan uang."
Abimayu mendengar kata-kata itu dan tertawa, "Oke, aku akan menyimpan rahasia ini." Dia tidak menganggap tindakan Cantika seperti ini egois, tetapi dia menyukai orang yang mementingkan dirinya sendiri sebelum kepentingan orang lain.
"Pemilik Apotek Sekawan menerimanya," kata Cantika.
"Ya." Abimayu mengangkat karung, "Sudah larut, aku akan kembali."
Cantika tiba-tiba memberi senyum cerah, "Terima kasih."
"Beristirahatlah dengan baik." Abimayu meninggalkan rumah Sukma.
Banyak orang di desa ini memiliki anjing. Ketika Abimayu keluar dari rumah Sukma, anjing di rumah Liana menggonggong. Tiba-tiba, malam yang sunyi itu penuh dengan gonggongan anjing, dan itu sedikit
menakutkan untuk didengar.
Sosok Abimayu yang tinggi berjalan dalam kegelapan. Bahkan jika dia tidak memegang senter, dia tahu ke mana harus melangkah. Matanya dalam dan tajam, seperti elang. Kegelapan ini tidak mempengaruhi penglihatannya.
____
"Bagaimana kamu bisa pulang dengan Abimayu?" Sukma bertanya dengan aneh setelah Abimayu pergi.
"Keluarganya memasak babi hutan malam ini. Dia tidak suka kegembiraan seperti itu, jadi dia hanya berkeliaran dan datang untuk membantu ketika dia melihatku menangkap kodok," kata Cantika santai.
Sukma tersenyum, "Abimayu benar-benar berhati dingin, tapi sebenarnya lembut. Dia adalah seorang prajurit yang membela negara, tidak aneh jika rasa empatinya tinggi."
——
Keesokan harinya, pergelangan kaki Cantika benar-benar bengkak. Dia mengoleskan minyak obat itu sendiri, lalu menahan rasa sakitnya. Setelah itu, dia berjalan ke dapur untuk memasak sarapan. Begitu nasi dimasukkan ke dalam panci, sebelum api mulai menyala, Tasya berjalan dengan marah, "Cantika, apakah kamu dengan sengaja mengatakan di depan penduduk desa bahwa keluargaku makan ayam yang direbus dengan kencing ibumu?"
Cantika menatap Tasya dengan heran, "Kemarin kamu dan ibumu berkata bahwa kamu meminta kepala desa untuk memberiku babi agar aku bisa memaksanya dengan kuah air kencing. Memangnya kenapa jika aku bilang kamu sudah pernah mencobanya?"
"Kamu pasti sengaja, kan!"
"Jika aku tidak menyebutkannya, kamu akan lupa bahwa nenekmu sudah mencuri ayam yang aku masak." Cantika menyunggingkan senyum.
Tasya menarik napas, "Apa Abimayu mengantarmu kembali tadi malam? Mengapa dia mengantarmu kembali?"
Inilah tujuan sebenarnya Tasya datang untuk mencari Cantika. Anjingnya menggonggong tadi malam dan dia bangun tanpa sengaja. Dia berjalan ke jendela untuk melihatnya, dan matanya bertemu dengan sosok Abimayu yang berjalan dengan Cantika di punggungnya.
Cantika menundukkan kepalanya untuk menyalakan api, "Kamu menanyakan ini seolah-olah aku merebut suamimu."
"Apakah kamu memiliki kemampuan untuk merebut suamiku?" Tasya mengangkat dagunya, "Aku lebih baik darimu dalam segala aspek. Jika aku menikah di masa depan, kamu tidak memiliki kemampuan untuk menarik suamiku. Suamiku bahkan tidak akan pernah melirikmu!"
"Karena kamu pikir aku tidak mampu, kenapa datang pagi-pagi dan berteriak seperti ini? Apa kamu tidak suka Adipati? Kenapa peduli sekali dengan Abimayu?" Cantika menatapnya dengan tatapan dingin.
Tasya terkejut, "Bagaimana kamu tahu aku menyukai Adipati?"
"Tidak penting."
Tasya memandang Cantika, hatinya sedikit terkejut. Bagaimana Cantika bisa berubah dalam semalam? Tasya berpikir dengan arogan. Tidak peduli seberapa banyak gadis ini berubah, itu tidak berguna, pria dengan keluarga yang baik tidak akan menyukainya.
Dagu Tasya terangkat tinggi, dan matanya hampir mengarah ke atas kepalanya. Dia melirik Cantika dengan jijik, dan berkata dengan sinis, "Apa gunanya bisa diantar pulang oleh Abimayu? Apa menurutmu jika kamu dengan sengaja merayunya, kamu bisa menikah dengannya? Apa kamu tidak tahu apa yang penduduk desa katakan tentang kamu? Punya
seorang ibu yang tidak bisa melahirkan seorang anak laki-laki. Ini adalah penyakit dan akan diwariskan. Di masa depan, kamu juga akan menjadi wanita yang hanya memiliki anak perempuan. Kamu tidak akan bisa melahirkan seorang putra! Abimayu tidak mungkin menyukaimu, begitu pula dengan orangtuanya!"