Istri Ginanjar berdiri di belakangnya, dan setelah mendengar kata-kata Cantika, dia menyodok punggung Ginanjar, "Suamiku, bisnis lain bisa ditunda, ini tidak bisa ditunda."
"Oke, aku akan pergi besok." Ginanjar berkata dengan nada tidak berdaya.
Cantika berdiri dengan cepat dan membungkuk kepada Ginanjar, "Terima kasih Pak Ginanjar! Terima kasih bibi!"
"Tidak, jangan berterima kasih. Kamu harus memberi makan sapi besok pagi, mereka akan sangat berat saat ditimbang," kata Ginanjar.
Cantika mengangguk, "Pak, Anda sangat baik! Saya belum memperkenalkan diri, nama saya Cantika dan ibu saya Sukma."
Ginanjar memandang Cantika dengan ramah, "Oke, aku ingat. Besok aku
akan mencari rumahmu di Desa Siantar."
Cantika membungkuk kepada Ginanjar lagi, "Terima kasih, pak!" Kemudian dia memandang pasangan itu dengan senyum lebar, "Kalau begitu, saya pulang dulu. Saya harus kembali untuk merawat kedua adik perempuan saya."
Ginanjar melirik ke luar, "Ya, jangan kembali terlalu malam, tidak aman di jalan."
"Baik." Cantika berterima kasih lagi pada Ginanjar dan pergi.
Melihat gadis itu berjalan goyah, Ginanjar dan istrinya menghela napas pada saat yang sama. Gadis semuda Cantika sudah dilanda kerasnya kehidupan.
Cantika meninggalkan rumah Ginanjar dan langsung kembali. Ketika dia
melewati bank, dia berhenti sebentar.
____
Abimayu baru saja ke kota dan kembali ke Desa Siantar. Waktu menunjukkan sudah lewat pukul empat sore. Dia tidak kembali ke rumahnya, tetapi langsung datang ke rumah Sukma. Dia ingin memberikan uang hasil menjual kodok ke Cantika.
Di rumah, Sukma sangat khawatir dan memberitahu Abimayu tentang kepergian Cantika ke kota.
"Berbicara tentang bisnis?" Abimayu sedikit mengernyit, "Dia masih muda, bisnis apa yang akan dibicarakan?"
Sukma menjadi semakin khawatir ketika dia mendengar ini, "Itu benar, bisnis apa yang akan dibicarakan. Akankah sesuatu terjadi jika dia tidak kembali begitu lama? Kakinya bengkak dan sakit, dan dia berjalan jauh sekali. Aku dengar ada beberapa jalanan yang masih belum diaspal saat menuju kota. Pasti itu sangat tidak aman. Ada beberapa preman juga di sepanjang jalan yang menunggu untuk menindas seorang gadis yang lewat. Cantika… apa dia akan baik-baik saja?"
Abimayu mendengar kata-kata Sukma, hatinya cemas tanpa bisa dijelaskan, dan dia berkata kepada Sukma, "Bibi, aku akan pergi ke kota. Jika aku melihat Cantika, aku akan mengantarnya kembali."
Sukma mengangguk dan memandang Abimayu dengan penuh rasa terima kasih, "Abimayu, terima kasih banyak."
Setelah Abimayu meninggalkan rumah Sukma, dia mengemudikan mobilnya ke kota. Dia mengemudikan mobil jip yang paling mewah di abad 21. Ini adalah edisi terbatas Bugatti Veyron. Mobil ini diberikan kepadanya oleh pemerintah Jerman tahun lalu saat dia pergi
membantu pemerintah Jerman atas nama negaranya. Dapat dikatakan bahwa semua kekayaan yang dimiliki Abimayu sekarang adalah hasil dari kerja kerasnya di tentara.
Di usianya yang masih muda, Abimayu memiliki kekayaan yang besar. Dia memiliki gedung di pusat kota, dan sekarang dia memiliki mobil mewah. Lebih penting lagi, sosok dan penampilannya sempurna. Bukan hal yang tidak masuk akal bahwa gadis-gadis di desa ingin menikah dengannya dalam mimpi mereka.
Di dalam mobil mewah Abimayu, tepatnya di kursi penumpang, sedang duduk seorang teman sekolahnya, Yudha.
"Hei, Abimayu, bukankah kamu akan membawaku ke rumahmu untuk makan enak? Kenapa kamu meninggalkan desa algi?" Yudha berseru tidak puas saat melihat mobil melaju ke luar desa.
"Aku harus pergi ke kota." Abimayu berbicara tanpa ekspresi.
"Apa yang akan kamu lakukan di sana?" Yudha sangat bingung, dan
kemudian matanya bersinar. Dia berkedip dengan genit, "Apakah kamu berkencan dengan seorang gadis?"
"Diam!"
"Abimayu, jika kamu memilih untuk tidak menjawab, pasti ada banyak hal yang kamu sembunyikan."
Abimayu menatap tajam Yudha seperti elang.
Yudha meringkuk, "Aku sudah mengenalmu sejak sekolah dasar, kamu selalu sangat kaku, tidak bisakah kamu mengubahnya?"
____
Cantika sudah kehabisan napas. Karena tidak bisa menemukan bus atau kereta kuda, dia harus mengendarai sepedanya selama tiga jam. Sekarang dia kelelahan, dan kakinya semakin sakit. Saat pergi ke sini tadi, ada lebih banyak jalan menurun, jadi saat kembali, dia akan menemui banyak jalan menanjak. Tanjakannya sangat panjang. Dia tidak bisa naik karena kakinya tidak kuat mengayuh.
Sungguh menyedihkan bahwa kakinya tidak bisa digunakan seluruhnya. Lebih buruk lagi, ban belakangnya pecah. Dia pun harus mendorong sepeda dan berjalan perlahan di jalanan yang menanjak. Wajahnya penuh keringat. Sekarang sudah hampir pukul lima, matahari akan segera terbenam. Saat dia sampai di rumah, bukankah sudah malam?
Sejujurnya, Cantika sedikit takut. Jalan dari pusat kota akan melewati banyak jalanan yang sepi. Banyak pria yang berperilaku sangat buruk yang siap memangsa orang yang lewat.
Keringat membasahi poni di bagian depan dahi Cantika. Rambutnya menjadi basah, menempel erat pada dahinya. Ada keringat di pipinya, satu per satu menetes. Wajahnya memerah karena panas. Cantika mendongak, mengerang di dalam hatinya. Mengapa tempat ini begitu
jauh dari rumahnya?
Tepat ketika Cantika ingin meletakkan sepedanya dan duduk, dia melihat sebuah mobil datang di depannya. Di zaman ini, mobil yang bagus adalah milik keluarga kaya. Jika ada mobil yang lewat, itu tandanya ada orang kaya di dalamnya.
Mobil yang dilihat Cantika ini adalah jeep hijau tentara, nomor platnya juga terdiri dari nomor bagus, mungkin milik pejabat atau orang dengan kekuasaan tertentu. Siapa lagi yang bisa mengendarai mobil seperti itu selain orang kaya?
Jeep adalah sebuah merek internasional, yang memenuhi syarat untuk mengemudikan mobil itu hanya perwira tinggi yang telah memberikan kontribusi besar bagi negara, termasuk pejabat. Mobil jenis ini, di era sekarang ini, mungkin tidak bisa dibeli meski punya uang. Dealer mobil tidak bisa mengimpornya.
Di seluruh provinsi, hanya Abimayu dan keluarganya yang memiliki mobil ini. Keluarga Sinaga adalah orang kaya! Selain itu, mobil ini adalah edisi terbatas. Bagian luarnya berwarna hijau militer, seperti baju prajurit perkasa, yang sejalan dengan sosok Abimayu.
Ketika Cantika melihat mobil ini datang, jantungnya berdegup kencang, dan dia melihat Abimayu lagi. Setelah lahir kembali, bagaimana dia bisa melihat pangeran ini di mana-mana?
Cantika ingat bahwa di kehidupan sebelumnya, seharusnya saat ini Abimayu telah ditempatkan di pangkalan, menjaga tanahnya sendiri di perbatasan, baik dengan konflik di udara atau di darat. Dia juga bertugas melakukan pemberantasan raja narkoba. Namun sekarang, dia sepertinya telah kembali ke Desa Siantar selama berhari-hari, apa dia tidak akan pergi ke markas?
Mobil itu melewati Cantika tanpa menekan klakson. Cantika berpikir, orang-orang di dalam tidak memperhatikannya. Mungkin Abimayu akan pergi ke kota untuk berbisnis, atau mungkin kembali ke tentara.
Tak disangka, mobil tersebut malah kembali ke Cantika dan berhenti. Jendelanya diturunkan. Cantika melihat semua ini. Dia berdiri di sana, dan melihat ke dalam mobil dengan curiga. Ada orang lain di dalam mobil yang mirip dengan Abimayu. Tiba-tiba, Cantika terpana, Abimayu pasti melihatnya, dan kemudian ingin memberinya uang untuk hasil menjual kodok. Memikirkan hal ini, Cantika tersenyum cerah dan melambai ke Abimayu di dalam mobil, "Abimayu!" Kemudian Cantik memandang Yudha, "Halo…"
"Ini salam yang sangat asing." Yudha tersenyum pada Cantika, lalu
memandang gadis itu. Dia berkata kepada Abimayu, "Abimayu, ketika aku melihat adikmu terakhir kali, dia tidak begitu pendek dan kurus, apa ini adikmu?"
"Turun," kata Abimayu dingin.