Mayang menatap pantulan dirinya di cermin, memastikan riasan wajahnya sempurna tanpa cela. Dilihatnya arloji di tangan, masih ada waktu untuk bersiap menuju tempat janji bertemu.
Dia bangkit dari kursi, lalu membuka handuk yang melilit tubuhnya yang basah. Dia memutar ke kiri dan ke kana, mengagumi betapa indah tubuhnya meski sebagian sisanya sudah termakan usia.
Andai saja tekanan hidupnya sedikit berkurang, mungkin kehidupannya akan jauh lebih damai dan bahagia—batinnya.
Sebuah motel yang berlokasi agak jauh dari kediaman Wijaya menjadi pilihan Bram, Mayang paham apa yang pria itu inginkan saat ini. Tidak lupa dia membawa serta sebuah lingerie berwarna merah muda, juga beberapa lilin aroma terapi untuk membuat suasana jadi jauh lebih tenang.
Dikenakannya lingerie itu sebelum akhirnya tertutup rapat oleh baju kerjanya. "Sempurna," gumamnya seraya tersenyum lebar.
