Nana dan anak buahnya segera kembali setelah mendapatkan kabar dari pelayan di kediaman Wijaya bahwa Alan sudah kembali. Setibanya di sana, dia segera turun lalu berlari kecil menuju kamar Alan yang berada di kamar utama yang memang seharusnya disisi oleh pemimpin keluarga ini.
"Apa Alan sudah tidur?" tanya wanita itu pada pelayan yang berjaga di ambang pintu majikannya.
"Belum, Nyonya Nana. Beberapa menit lalu masih minum teh dan membaca buku. Apa anda ingin menemuinya?"
"Ya."
"Tunggu sebentar Nyonya."
Pria itu masuk ke dalam kamar, di sana Alan baru saja hendak tidur setelah mendinginkan kepalanya sebelum pergi ke atas ranjang. "Tuan, Nyonya Nana ingin menemui anda."
Mendengar itu, hati Alan merasa ragu. Setelah dia memikirkannya lagi, menghindar pun bukan pilihan yang tepat. Alan bangkit dari ranjangnya, dia bertekad untuk menghadapinya seraya menilai jalan yang akan dia pilih.
"Aku akan keluar."
"Baik, Tuan."
