Nana meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku, lalu menoleh pada pria yang tengah gemetar di hadapannya dengan celana yang sudah basah.
Dia terkekeh kecil, melihat betapa pengecutnya pria itu, tidak seperti tato yang ada di tubuhnya. "Apa gunanya tatomu itu, ha? Aku bahkan belum menarik pelatuk pistol milikku, tapi kau sudah mengompol di celana," ejeknya.
"Sudah Bos, habisi saja," seru anak buahnya.
"Benar. Pria tidak tahu diri, bisa-bisanya mengkhianati Bos seperti ini," timpal yang lain.
Ya, pria itu adalah suaminya. Dia mengikuti perintah Yustina untuk mencoba berkeluarga, tapi yang dia dapatkan justru pengkhianatan selama bertahun-tahun serta luka yang mendalam.
Nana mengerti bagaimana perasaan Yustina saat itu dan tentu saja dia tahu apa yang harus dilakukannya.
Tepat di tempat suaminya tengah asyik bergumul dengan wanita simpanannya, di sana pula Nana langsung menarik pelatuk pada kepala wanita itu, membuatnya tiada hanya dalam satu detik saja.