Semenjak kejadian itu, Yustina agak berhati-hati dengan segala tindak-tanduk Mayang, meski dia melakukannya secara halus. Dia tetap menerima obat itu meski tidak pernah dia minum, semua itu untuk menghentikan ketergantungannya.
Pada awalnya tentu saja sulit, apalagi jika rasa sakit kepala yang dideritanya itu datang. Peluh bercucuran dan rasa sakit itu sangat menyiksa. Namun, semua itu berhasil teratasi berkat kegigihannya untuk sembuh.
Walau begitu, dia tetap sedih karena perlahan bayang-bayang Alexander yang selalu menemani sepinya mulai tidak terlihat . Untuk menghapus kesedihannya, Yustina memilih untuk kembali menyibukkan diri dengan bermain musik atau sekedar membaca buku.
Ditatapnya rumah luas yang terasa sepi, terlebih Robi dan Alan sudah beranjak dewasa dan membuat mereka jarang di rumah.
"Di mana saya harus meletakkan kursi anda, Nyonya?"
"Simpan saja di situ."
"Baik, Nyonya." Pria itu menyimpan kursi goyang milik Yustina di bawah teriknya mentari. "payungnya?"