Air matanya menetes, membayangkan betapa terlukanya Anna. Setiap lembar dari apa yang dituliskan wanita itu membuat hati kecilnya merasa pilu.
Alan baru saja tiba di beberapa lembar awal catatan sang Ibu, tapi hatinya tidak kuasa melanjutkannya karena dia yang masih terlalu kecil tentu belum bisa memahami konflik yang Anna hadapi. Saat itu yang dia ketahui adalah Ibunya bernama Anna, bukan Lita.
Bayangkan saja, bocah yang bahkan belum berusia 10 tahun itu harus membaca catatan kehidupan sang Ibu yang berat, bahkan dia harus mengetahui betapa hancurnya Anna saat ditinggalkan Alexander dan juga orang tuanya dalam waktu bersamaan. Cerita itu begitu mengena di hatinya karena Alan sendiri mengalami hal yang sama saat itu.
Alan menutup buku itu rapat-rapat, lalu meletakkannya di bawah kasur. Dia berniat akan membacanya kembali di malam hari karena perutnya yang belum terisi makanan mulai keroncongan.