Yustina menatap bocah yang tengah tertidur pulas setelah berhasil ditenangkan. Air mata bahkan masih menggenang di pelupuk matanya, sebagiannya lagi sudah hilang bersamaan dengan lelapnya si malang Alan.
Perasaan wanita tua itu bercampur aduk kala itu, seakan ada sesuatu yang mengaduk-aduk perasaannya yang lemah.
Ada rasa benci namun juga sayang menyatu, membuatnya sulit mendekat pada Alan yang tengah butuh uluran tangan dari orang sekitarnya.
Dia melihat sendiri bagaimana Alana meraung, berteriak histeris memanggil kedua orang tuanya. Namun, tubuhnya memaku, lidahnya kelu bahkan meski hanya untuk memberikan penghiburan berarti.
Dari kejauhan Mayang datang, dia segera menghampiri Yustina yang masih melihat Alan dari balik jendela kamar perawatan.
"Mam."
Yustina langsung menoleh ke arahnya, namun sebelum itu dia segera menyeka air matanya. "May."
"Bagaimana kondisinya?"
"Dia trauma, pasti sangat menakutkan untuknya. Sementara waktu bisa ditenangkan dengan obat penenang."
