Buuughh!
Satu pukulan keras mendarat di wajah dua anak buahnya yang baru saja selesai menceritakan soal kepergian Anna. Tidak puas hanya sekali pukul, Martin kembali melayangkan pukulan keras pada mereka.
Suara pekikkan terdengar menggema, seiring dengan rentetan pukulan yang Martin layangkan.
"A-ampun Tuan ... ampun," lirihnya.
"Ampun kau bilang? Arrrrgggh!"
Martin meraih pistol dari jas milik anak buahnya, lalu menarik pelatuknya ke arah kepala kedua pria itu.
Door!
Door!
Mereka berdua ambruk di atas tanah, darah mengalir deras dari luka tembak yang Martin buat. Tidak puas, pria bengis itu lagi-lagi menarik pelatuknya bertubi-tubi, membuat kedua jasad itu semakin bersimbah dengan darah.
Lagi, Martin harus mengotori tangannya dengan darah, terlebih darah dari kedua anak buahnya sendiri. Kejadian itu membuat yang lainnya bergidik ngeri, karena bisa jadi itu terjadi pada mereka jika melakukan kesalahan.
"Bereskan cecunguk ini!" titahnya pada anak buahnya yang lain.