Suara deru mesin mobil berhenti tepat di pelataran kediaman Marie. Wanita itu langsung berlari kecil, menghampiri suaminya yang baru saja kembali.
Tidak peduli dengan suhu yang dingin siang itu, apalagi hujan terus turun sejak pagi. Marie terus berlari bertelanjang kaki, yang ada dalam pikirannya hanya ingin segera menemui Martin sang pujaan hati.
Saat melihat Martin pulang dengan seikat bunga dan satu kotak hadiah, rasa kesal yang dia rasakan seketika hilang. Wanita itu menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Martin.
"Kenapa kau berlari seperti itu? Kau bisa terluka. Lalu ... kenapa tidak pakai alas kaki? Cuaca sangat dingin, Marie."
"Aku terlalu antusias menyambutmu, Mas. Kenapa lama sekali? Aku tidak mau kita terlalu lama berpisah," protesnya.
"Maaf, ada sesuatu yang harus Mas kerjakan."
"Apa sudah selesai? Tapi Mas tif? Tapi Mas tidak akan pergi dinas lama seperti ini lagi, kan?" tanyanya memastikan.