Alexander memaku, dia menyesap dalam-dalam kopinya yang masih mengepulkan uap panas. Ucapan Olivia terus terngiang-ngiang dalam benaknya, dia merasa wanita itu terlalu baik untuk dirinya yang sudah kotor.
Dia bimbang, resah dan juga merasa tidak pantas mendapatkan rasa yang begitu besar. Rasanya seolah tidak nyata, rasa itu semu dan membingungkan hatinya.
Malam itu Alexander mencoba merenungkan kembali ucapan itu, berpikir keras untuk mencari jawaban dari pertanyaan Olivia soal dirinya.
Wanita itu cantik, pandai dan murah hati, tentu saja banyak pria yang mengidamkan dirinya. Namun, dia masih ragu dengan perasaannya pada Olivia, karena jelas hatinya masih milik Anna dan dia juga masih merasa bersalah pada Mayang yang tidak diketahui keberadaannya.
Diperiksa kembali pager miliknya, tidak ada satu pun pesan yang dibalas Maya dan itu semakin membuatnya resah.