Mayang menunggu dengan tenang, di hadapan pemimpin toko yang sedang membaca surat pengunduran dirinya. Setelah berdiskusi dengan Alexander, akhirnya dia memutuskan untuk berhenti dan fokus mempersiapkan diri menjadi bagian dari keluarga Wijaya. Namun untuk itu, tentu saja ada harga yang harus Alexander—membiayai kehidupan Mayang tentunya.
Hari itu juga, Mayang langsung mengundurkan diri dari pekerjaan yang sudah menjadi ladang mata pencahariannya selama hampir 2 tahun, dia tidak mau menerima cacian dan hinaan yang lebih parah lagi dari rekan-rekan kerjanya yang munafik.
"Kamu sudah yakin?"
"Iya, Pak."
"Baiklah, kalau begitu kami juga tidak punya alasan untuk melarangnya pergi. Tapi, tolong selesaikan pekerjaanmu hari ini."
"Baik, Pak."
Mayang merasa lega, setidaknya dia tidak usah bersusah payang bekerja dan melayani pria hidung belang, kecuali jika Alexander memintanya untuk melakukan itu lagi, dengan senang hati dia akan melakukannya.
