Di mansion, langit gelap dan perlahan Air hujan mulai turun. Bulir-bulir hujan menimpa tubuh pria itu, menyadarkannya yang tidak sadarkan diri di samping tulang belulang mendiang Ibunya—Rose.
David menyeka air hujan di wajahnya, lalu bangkit untuk kembali menguburkan tubuh Rose yang sudah tinggal tulang belulang. Air matanya tersamarkan oleh hujan yang mengalir deras, suara Isak tangisnya juga tenggelam bersama gemuruh petir yang menggelegar.
David terisak menatap timbunan tanah yang basah oleh air hujan. Diraihnya sebuah batu sebagai penanda pusara Rose, juga diikatkannya sehelai kain dari bajunya yang sebagai tanda penghormatan.
"Ma ... maafkan aku, sungguh ... aku menyesal," isaknya seraya menyeka air matanya.
Dilihatnya langit semakin gelap, David memutuskan untuk tinggal sementara di mansion meski seorang diri selama menunggu cuaca membaik. Beruntungnya masih ada pakaian yang bisa dipakainya, setidaknya dia tidak perlu memakai pakaian basah.
