Yustina kembali membaca semua berkas-berkas penting yang harus segera ditandanganinya, dia mengerutkan dahinya saat mendapati beberapa kesalahan, membuat kerutan di wajahnya semakin terlihat jelas.
Hari sudah semakin larut, tapi dia belum bisa beristirahat selagi semua pekerjaan tertunda itu selesai. Di sisinya, Nana sang pelayan sekaligus asisten pribadinya itu masih setia menemani, meski usianya sudah matang untuk berumah tangga, dia masih enggan memulai karena masih ingin berbakti pada Yustina setidaknya sampai kuasa beralih tangan pada Alexander.
"Apa-apaan ini? Apa mereka benar-benar lulusan fakultas terbaik itu? Laporan jenis apa ini?" gerutu Yustina.
"Apa perlu saya selidiki, Nyonya?"
"Harus. Jika ternyata dia bisa diterima bekerja karena nepotisme, segera beritahu padaku."
"Baik, Nyonya."
"Aku tidak suka, gara-gara ulah seperti ini orang yang benar-benar berbakat dan berpotensi jadi tenggelam," gerutunya lagi.