Alexander menyimpan buku-buku yang baru saja dia beli, lalu membacanya salah satu. Dia tengah menunggu, secarik surat balasan dari David yang belum dia terima. Diletakkannya kembali buku di tangan, lalu diraihnya tumpukkan surat balasan dari David untuk semua surat-suratnya.
Dia ingin pulang, rindu kampung halaman tercinta dan juga berkumpul bersama keluarga. Namun, Yustina selalu saja melarangnya.
"Jo!" Serunya pada seorang pelayan pribadinya selama hampir 13 tahun, lebih tepatnya sejak dia tinggal di negeri seberang itu.
Pria berkepala plontos itu masuk dengan tergesa. "Ya, Tuan."
"Apa masih belum ada surat balasan dari David?"
"Belum, Tuan."
Alexander menghela napasnya berat. "Aku ingin pulang."
"Sabar saja, Tuan. Nyonya bilang, setelah anda menyelesaikan studi anda, kita semua bisa kembali."
"Alasan yang klasik. Kau bisa kembali, aku mau istirahat."