Chereads / Pernikahan Kontrak Tuan Muda / Chapter 11 - Ditagih Cucu

Chapter 11 - Ditagih Cucu

Diva menutup wajahnya dengan kedua tangan, sungguh dia sangat malu saat ibu mertuanya tak sengaja melihat kesalahpahaman itu.

"Diva, mana baju saya!" Kenzo keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada, hanya mengenakan handuk yang melilit pada pinggangnya.

Rambutnya yang basah juga sisa-sisa air yang masih mengalir di dada Kenzo membuat kesan seksi dalam dirinya.

Diva sampai terpaku beberapa saat, matanya mengerjab pelan sebelum dia tersadar dan memalingkan wajahnya malu.

"Itu di lemari kan ada!" decaknya, dia bangkit dengan kesal mengambil asal baju untuk suaminya yang super duper cerewet.

"Kalau saya ambil sendiri terus tugas kamu sebagai istri apa!" sinisnya, Kenzo segera memakai bajunya dan keluar dari kamar.

Tak lupa dengan menarik tubuh kecil istrinya, sudah waktunya jam makan siang. Setelah kepergok tadi, mereka tak sama sekali melihat keberadaan sang mama.

"Ma!" panggil Diva, dia mendekat ke arah Emeli yang tengah menata makanan di meja makan.

"Seharusnya mama manggil, Diva. Kan jadi mama yang ngerjain sendiri!" ucapnya, sembari membantu pekerjaan mertuanya.

"Manggil kamu? gagal dong proyek cucu untuk mama. Udah kamu itu fokus sama itu saja! yang terpenting cucu mama segera hadir!" Diva meringis pelan mendengarnya.

Kenapa mama mertuanya terus menagih cucu kepadanya. Diva saja belum siap, dia hanya tidak siap jika nanti di saat dia telah mengandung, Kenzo meninggalkannya dan lebih parahnya lagi dia akan terpisah dengan bayinya.

"Mama ih! kalau udah waktunya pasti datang sendiri." Diva duduk di sebelah mertuanya, mulai mengambilkan nasi untuk mertuanya juga untuk suaminya.

"Ya, tapi kan harus usaha sayang. Kalau kamu berharap aja tapi gak usaha yang percuma, sia-sia!"

"Ma, makan. Ngobrolnya nanti aja!" Kenzo memotong, membuat mau tak mau mereka semua diam dan menikmati makanan buatan Emeli dengan nikmat.

Selesai makan, Diva segera membereskannya dengan ibu mertua sedangkan Kenzo dia memilih masuk ke ruang kerja untuk menandatangani berkas yang tadi asistennya kirim ke rumah.

"Diva, kamu tau nggak temen-temen mama semuanya udah pada punya cucu, mama juga pingin!" ucap Emeli.

Lagi-lagi Diva hanya bisa meringis pelan, lama-lama dia frustasi juga jika terus-terusan ditagih anak.

"Iya, ma. Sabar! Diva sama Mas Kenzo juga lagi usaha. Mama doain aja yang terbaik buat kita!" Diva mengusap lengan mertuanya pelan lalu mengajaknya duduk di ruang tamu, untuk mengobrol.

"Papa kerja ma?"

"Iya. Mama itu kesepian di rumah, makanya main ke sini, itu juga karena semalam Kenzo nelpon mama tanya obat buat orang demam."

"Mas Ken, tanya mama?" tanya Diva tak percaya, dia sendiri tidak sadar dengan kondisinya semalam.

"Iya. Dia khawatir banget tau, Kenzo cinta banget sama kamu, ya sayang!" kekeh Emeli.

"Haha, mama bisa aja. Ya pastilah cinta ma, kan Diva istrinya!" Diva tertawa garing. Emeli mulai bercerita banyak hal dari masa kecil Kenzo, kenakalan lelaki itu, sampai prestasi yang banyak dia raih sedari dia duduk di bangku SD.

Kenzo itu termasuk anak yang berprestasi sedari kecil, bahkan kata mertuanya Kenzo dapat beasiswa kuliah ke luar negeri. Pertukaran pelajar ke Amerika.

"Kamu juga dapat beasiswa kuliah di luar negeri ya sayang?" tanya Emeli.

"Iya, ma." Diva masih takjub akan banyaknya prestasi yang di raih lelaki itu, bahkan mungkin prestasi yang dia punya kalah jauh.

"Waktu Kenzo baru kuliah semester satu, dia udah bisa bangun proyek besar di perusahaan. Kenzo kuliah sambil bekerja, dia ngurus perusahaan kakeknya yang kebetulan ada di sana."

"Kamu sama Kenzo sama-sama pintar, mama gak tau akan sejenius apa anak kalian nanti. Ah pasti sangat lucu, sangat tampan dan cantik." Emeli membayangkannya membuatnya girang sendiri.

"Mama, bener-bener udah gak sabar, sayang! mama pingin segera punya cucu dari kamu!"

"Oh ya, kamu kapan mulai kerja di rumah sakit papa? kata papa, rumah sakit itu akan sepenuhnya menjadi milik kamu, menjadi tanggung jawab kamu." Diva sangat bahagia kala mendengarnya.

"Serius, ma? Aaa, Diva seneng banget! papa baik banget sih." Bahkan gadis itu sampai meneteskan air mata sangking senangnya.

"Kalian baik banget sih sama, Diva. Diva bener-bener gak nyangka kalau Diva bakalan punya keluarga sebaik kalian, punya mama mertua yang sayang sama Diva." Emeli tersenyum mendengarnya, dia lantas memberikan pelukan hangat kepada Diva.

"Sayang, kenapa kamu harus bersedih. Kamu tahu, Mama sangat beruntung karena bisa punya menantu sebaik kamu, kamu itu cantik luar dalam."

"Kamu cantik, pintar, baik hati, dan cara berpikir kamu itu sangat dewasa. Wanita seperti kamulah yang Kenzo butuhkan dakam hidupnya."

"Mama berdoa untuk kebaikan kalian berdua, semoga pernikahan kalian dijauhkan dari segala masalah! dan semoga kalian segera diberikan keturunan."

Mendengar ucapan Emeli membuat Diva semakin terisak, dia merasa sangat bersalah Karena telah membohongi keluarga sebaik itu.

Apa yang akan terjadi jika semua orang tahu, jika dirinya dengan Kenzo hanyalah menikah kontrak, tidak ada cinta diantara keduanya.

"Diva sayang sama mama. Maafin Diva, ma!" ucapnya serak. Dia merasa tidak pantas untuk mendapatkan semua ini.

Kenzo hanya berdiri melihat itu semua dari kejauhan, sebelum helaan nafas panjang keluar dari bibirnya.

Semakin hari keluarganya semakin dekat dengan Diva terlebih mamanya, semakin Diva dekat dengan mereka maka akan semakin sulit untuk Diva lepas suatu hari nanti.

Dan anak?

Mamanya terlihat sangat menginginkan cucu darinya, melihat binar harap di matanya membuat Kenzo tidak tega.

Apa yang mamanya harapkan tidak akan pernah terkabul, karena dirinya dengan Diva tidak akan pernah melakukan hubungan itu.

Karena hubungan itu, dilarang dalam surat perjanjian kontrak yang akan berjalan selama dua tahun.

Lantas apa yang akan Kenzo lakukan untuk menggugat cerai dengan Diva? apakah dia harus menjelekkan Diva, dengan alasan jika Diva tidak bisa memberikannya keturunan?

Jika iya maka dia sangatlah jahat, dia ingin menyalahkan Diva pada kesalahan yang tidak pernah gadis itu perbuat.

Kenzo tersenyum tipis kala melihat senyum bahagia dari kedua wanita itu, wanita yang memiliki kedudukan tersendiri dalam hatinya.

****

Diva terlihat susah tidur, berulang kali dia mengubah posisi tidurnya membuat Kenzo berdecak kesal.

"Bisa diem gak sih!" Diva membalikan wajahnya menatap ke arah Kenzo yang tengah menatapnya kesal.

"Tuan, kau tahu bukan jika mama selalu meminta hal yang sama. Mama selalu baik kepadaku, aku tidak tega untuk terus-terusan membohonginya!" cicit Diva.

Sepertinya itulah yang sedari tadi mengganjal di pikirannya. Ingin sekali dia membongkar semuanya mengakhiri semuanya dan pergi jauh dari keluarga itu.

"Lalu kau mau apa? membongkarnya? jangan bodoh. Biarkan saja ini semua berjalan semestinya."

"Untuk perpisahan kita nanti, biar saya yang pikirin. Sekarang tidurlah!" Diva merasa sesak kala mendengar ucapan Kenzo.

Bahkan lelaki itu sudah berpikir untuk perceraian mereka. Yang pasti perceraian diantara mereka pasti akan terjadi.

Diva membalikkan tubuhnya, dia tidur dengan membelakangi Kenzo. Entahlah perasaannya terasa sangat kacau.

Diva tersentak kala merasakan tangan Kenzo tengah memeluk tubuhnya dari belakang.

"Saya sudah pernah bilang sama kamu, jangan pernah jatuh cinta denganku, jangan sampai kamu terjebak dalam kontrak ini. Karena itu semua akan membuatmu sakit!" bisiknya lirih.

"Jangan pernah libatkan perasaan dalam hubungan ini, Diva. Aku tidak ingin menyakitimu! sekarang tidurlah."

Diva mengusap pelan air matanya sebelum memejamkan matanya untuk segera tidur dia tidak perduli dengan Kenzo yang semakin mengeratkan pelukan mereka, dia tidak perduli karena dia merasa nyaman ada dalam dekapan hangat pria itu.