Setelah aku menguping pembicaraan Zhishu dan Sifeng, kini aku mendengar langkah kaki Zhishu menjauh. Dan langkah Sifeng menuju kamarku kembali.
Aku buru-buru kembali ke ranjang. Entah kenapa, saat itu hatiku menginginkan memeluk Sifeng. Tapi konyol! Untuk apa aku melakukannya?
Saat itu, hati dan logikaku sungguh tak bersahabat.
Anak itu, anak yang selama ini begitu kubenci. Ternyata takdir lebih kejam terhadapnya daripada aku.
Krieett!
Pintu terbuka.
Sifeng melihatku duduk di tepi ranjang, ia menghampiri dengan cepat.
"Kau mau kemana, Yushen? Apa ke kamar kecil? Biar aku bantu."
"Tidak perlu!" Kulempar uluran tangannya. Aku masih belum terbiasa dengan perubahan sikap Sifeng.
Sifeng yang dingin, tempramental, keras kepala, manipulatif, egosentris, tidak punya empati, kenapa tiba-tiba menjadi begitu manis seperti itu?
Pasti ada yang Sifeng inginkan dariku. Begitulah, prasangka buruk selalu mendominasi pemikiran ini.
Aku memang sudah pulih. Namun, jika terlalu lama berdiri, bekas luka tembak itu akan terasa sakit. Aku menyesal juga kenapa tadi tidak mau dibantu Sifeng.
Hnn, mempertahankan harga diri, seperti itulah pemikiranku.
Setelah aku keluar dari kamar kecil, aku sungguh dikejutkan dengan tubuh Sifeng yang terkapar di lantai. Aku tidak tahu sejak kapan Sifeng tidur di lantai.
Tunggu! Tidak mungkin juga Sifeng tidur di lantai, sedangkan ada sofa empuk juga di ruangan ini? Aku mendekati tubuhnya. Kutendang pelan menggunakan kaki.
"Hey! Apa yang kau lakukan di situ, hah? Sifeng, bangun!"
Tidak ada respon, aku melihat wajahnya begitu pucat dan lemah. Apa gara-gara tidak makan sedari tadi?
Astaga, anak itu sungguh merepotkan saja sejak dulu. Aku memencet tombol untuk memanggil dokter dan perawat.
Beberapa saat kemudian, dokter dan perawat datang dan terkejut melihat kami. Mungkin mereka kira, aku yang butuh pertolongan. Aku duduk di sofa saat itu, mereka memindahkan tubuh Sifeng ke ranjang dan mulai memeriksanya.
"Ini buruk sekali. Kita pindahkan dia ke ruang ICU!" perintah dokter pada dua perawat.
Aku sama sekali tidak mengerti. Kenapa mereka begitu panik? Bukankah Sifeng hanya pingsan karena belum makan sejak pagi?
Perlahan aku bangkit dan mencoba bertanya, "Kenapa dia, Dokter?"
"Kami tidak tahu sebabnya, tapi denyut nadinya melemah dan dia kesulitan bernapas."
"Heh? Dia hanya belum makan sejak tadi pagi, Dok." Aku tidak percaya dengan penjelasan dokter.
"Tidak mungkin hanya karena itu keadaannya sampai parah seperti ini, Tuan. Untuk memastikan itu semua, kami akan melakukan CT Scan. Anda beristirahat saja! Jangan terlalu mengkhawatirkan adik Anda. Anda juga harus secepatnya pulih."
"Dia bukan adik saya, Dok!"
Dokter itu tersenyum tipis.
"Saya juga sering bertengkar dengan adik saya, tapi saya tidak pernah tidak mengakuinya sebagai adik, Tuan."
"Sungguh, Dok! Kami tidak ada hubungan darah apa pun."
Aku masih bersikukuh.
"Saya bahkan selalu memimpikan memiliki adik seperti adik Anda itu, Tuan. Dia rela menjaga Anda setiap detik selama Anda koma seminggu yang lalu.
Bahkan, selama Anda koma satu minggu, saya tidak pernah melihat adik Anda meninggalkan Anda."
Saat itu aku semakin tidak mengerti arah pembicaraan dokter itu.
"Dokter! Pasien yang baru saja mengalami kejang!"
Suara perawat tiba-tiba mengejutkan kami.
Pasien yang mana?
Tidak mungkin itu Sifeng, kan?
Dokter berlari meninggalkanku begitu saja. Padahal, aku masih punya beberapa pertanyaan untuknya.
Tapi, pasien yang dimaksud perawat tadi pasti bukan Sifeng. Aku yakin itu. Bagaimana mungkin hanya tidak makan satu hari bisa kejang. Ah, itu sungguh konyol!
Aku kembali berbaring di ranjang, beberapa menit kemudian Zhishu datang.
"Sifeng di mana?" tanyanya.
"Sejak kapan kau peduli padanya, hah?" bentakku. Aku masih sedikit cemburu jika Zhishu terlalu memperhatikan pada Sifeng.
"Apa maksud pertanyaanmu itu, Yushen?" Zhishu mengerutkan dahinya.
"Jangan terlalu percaya dengan pria jahat itu, Xiao Shu! Aku tidak ingin dia melukaimu seperti dia melukai Mei Yin Jie. Dia itu bajingan!"
Plak!
Zhishu menampar pipiku, cukup keras.
"Kau ini kenapa, Yushen? Apa kau belum puas menghancurkan keluargamu sendiri, eum? Sifeng sudah cukup tersiksa dengan penyesalannya selama ini."
"Cih! Bahkan, aku tidak pernah melihat rasa penyesalan dari dirinya."
"Walaupun tidak terlihat, belum tentu ia tidak punya bekas luka, Yushen."
"Berhenti membela pria brengsek itu, Xiao Shu!"
"Apa? Pria brengsek katamu? Pria yang menerobos hujan lebat untuk membawamu ke rumah sakit ini, agar kau segera tertolong. Pria yang rela mendonorkan darahnya demi keselamatanmu. Pria yang tidak pernah meninggalkanmu sedetik pun, saat kau koma satu minggu yang lalu.
Pria yang melindungimu dari lelaki misterius yang ingin melenyapkanmu saat kau koma. Bahkan, karena pergulatan itu, ia mengalami luka cukup parah di bagian kepala.
Pria seperti malaikat itu yang kau bilang brengsek, Yushen? Kau sungguh lucu!"
"Apa maksudmu? Donor darah? Pria misterius? Jelaskan dengan tenang, Xiao Shu!"
Malam itu, Zhishu menceritakan semuanya. Mulai dari aku yang dibawa Sifeng ke rumah sakit ini. Sifeng nenghubungi Zhishu setelahnya.
Sifenb yang mendonorkan darahnya, hingga penyerangan oleh pria misterius yang kuduga pasti suruhan Nyonya Wang.
Zhishu juga bercerita bahwa Sifeng tidak memberi tahu keberadaanku pada Tuan Zhang, karena Sifeng pikir tertembaknya diriku ada hubungannya dengan keluarga Zhang.
Tapi, dari itu semua yang membuatku syok setengah mati adalah saat tahu Sifeng mendonorkan darahnya untukku.
Awalnya, kupikir itu hanya kebetulan. Tapi, mengingat golongan darahku termasuk golongan darah langka, saat itulah aku mencoba percaya bahwa Sifeng memang adalah saudara kandungku.
Cklek!!
Pintu terbuka.
Dokter menghampiriku dengan membawa beberapa kertas.
"Maaf sebelumnya, Tuqn. Aku tidak bermaksud mengganggu istirahat Anda dengan ini semua. Tapi, pria yang beberapa jam lalu pingsan di sini, sedang kritis saat ini.
Dari hasil CT Scan, kepalanya bermasalah. Ia mengalami cedera kepala berat. Pembuluh darah pecah di otaknya. Sehingga, ia mengalami pendarahan pada otak.
Ini terjadi karena peristiwa pemukulan beberapa hari yang lalu. Saya meminta Anda untuk menandatangani persetujuan operasi ini."
Deg!
Saat itu seolah jantungku seolah berhenti berdetak. Takdir semacam apa ini? Kenapa takdir begitu senang mempermainkanku?
Pria yang selama ini kubenci ternyata benar-benar adik kandungku? Yang benar saja?
Sial! Setiap ingat kejadian itu rasanya aku ingin mati. Dan saat itu juga, Xiao Yushen yang kejam dan misterius seolah menghilang, menguap di udara.
Yang jelas setelah itu, Sifeng menjalani operasi dan syukurlah ia selamat. Meski aku tahu, operasi itu pula yang memberi efek buruk bagi Sifeng.
Benar, Sifeng sering sakit kepala, susah tidur dan mengalami masalah ingatan selama ini.
Setelah pulih, aku kembali pulang ke apartemen. Aku menghubungi Tuan Zhang dan Manager Huo dan menceritakan tentang keadaan Sifeng pada mereka.
Aku masih belum seutuhnya mengakui Sifeng sebagai adik. Mungkin juga karena aku terlalu malu.
Hubunganku dan ayah juga belum membaik. Bahkan, saat itu Tuan Zhang menuduhku bahwa aku yang menyebabkan Sifeng terluka.
Tapi, aku tak peduli dengan semua prasangka mereka.
Aku mengancam Tuan Zhang.
"Jaga Sifeng dengan baik, Tuan Zhang! Aku tidak akan memaafkan Anda, jika hal buruk terjadi lagi pada Sifeng!"
Tanpa kusadari, aku mulai peduli pada Sifeng.
Setelah berkata seperti itu pada ayah, aku sungguh menyesal. Bukankah setiap hal buruk yang dialami Sifeng terjadi saat ia ada di dekatku?
Kenapa jadi menyalahkan orang lain?
Aku memang bodoh.
Beberapa minggu setelah itu, aku tidak mendengar lagi kabar dari keluarga Zhang maupun Sifeng.
Memang aku sudah tidak mau terlibat lagi dengan mereka. Aku juga berencana kembali ke Amerika. Meninggalkan semua kekacauan yang telah kuperbuat.
Ting tong!
Suara bel apartemen milikku. Aku membukanya dengan malas.
Di depan pintu sudah ada Zhishu dan ...?
"SIFENG?!"
To be continued ....