"Sifeng? Kau?!"
"Hmm, tega sekali kau meninggalkanku saat aku koma, Yu Ge! Kau juga tidak pernah menjengukku, 'kan? Kau benar-benar kejam!" Sifeng berucap sambil masuk begitu saja.
Sifeng masuk apartemenku sambil membawa koper yang sangat besar. Koper itu juga yang biasa kulihat di ruang rawatku dulu. Apa maksudnya semua ini?
"Xiao Shu, apa maksudnya ini?"
Aku mengangkat daguku, mengarah ke Zhishu.
"Sifeng berkata jika dia diusir Tuan Zhang, jadi dia berencana untuk tinggal bersamamu, Yushen."
"APA?!"
"Ekspresimu berlebihan, Xiao Ge. Aku berjanji tidak akan macam-macam di sini. Aku juga akan bantu beres-beres apartemenmu."
"TIDAK BISA! INI TIDAK BISA! Bagaimana mungkin aku akan tinggal serumah denganmu, hah?"
"Kau keberatan ya, Yushen? Kalau kau keberatan, biar Sifeng tinggal di rumahku saja. Kasihan juga dia jika harus tinggal di kolong jembatan." Ini suara Zhishu.
Sifeng dengan ekspresi melankolisnya, malah bersandar di lengan Zhishu.
Yang menjengkelkan, Zhishu malah mengelus pelan kepala Sifeng. Benar-benar menjengkelkan!
Namun, kalau dipikir-pikir, tidak mungkin juga Tuan Zhang yang mengusirnya, kan?
Aku menarik Wu Zhishu dari sisi Sifeng.
"Kenapa kau mudah sekali mempercayainya, Xiao Shu?" bisikku.
"Sepertinya dia jujur, Yushen. Lihatlah betapa polosnya dia saat ini! Ini bukan Sifeng yang kita temui dua tahun lalu. Dia sudah berubah jadi anak yang manis, Yushen. Lihatlah!"
Sejenak aku menoleh ke arahnya. Ia menampilkan wajah yang sok innocent itu. Menjijikkan!
"Boleh ya aku tinggal di sini, Gege? Kumohon!" pintanya, masih dengan raut muka yang menjijikkan itu.
"Jangan memanggilku 'Gege'! Aku tidak perlu adik brengsek sepertimu dan aku tak berniat jadi kakakmu!"
"Wu Jiejie! Lao Yushen membentakku!" rengek Sifeng yang semakin membuatku geram hingga mengepalkan kedua tangan.
Astaga, apa-apaan ini?
Kenapa tingkah Sifeng lebih brengsek dari sebelumnya? Baiklah, jika dia dulu tempramental dan sok dewasa, setidaknya ia bertingkah mandiri. Tapi, kenapa sekarang tingkahnya jadi manja seperti ini? Menjijikkan! Apa operasi otaknya kemarin gagal?
"Baiklah, kau boleh tinggal di rumahku saja kalau begitu, Xiao Feng," ajak Zhishu.
Aku segera menarik kembali lengan Sifeng.
"Oke, kau boleh tinggal di sini. Tapi, hanya untuk beberapa hari tak boleh lebih! Mengerti?"
"Kau memang baik hati, Yushen."
Zhishu mengecup pipiku, singkat.
"Ah iya, aku sekalian mau pamit, aku akan ke Guanzhou untuk beberapa minggu. Gallery tempatku bekerja mengadakan workshop sambil mencari benda seni tinggalan Dynasty Han. Jaga kesehatanmu, Yushen!"
"Kenapa mendadak sekali, eum?"
"Hanya untuk beberapa minggu saja, Yushen. Aku juga akan sering menelponmu."
***
Sudah terhitung 2 hari ini Sifeng tinggal di apartemenku, tapi ia belum mau cerita kenapa Tuan Zhang mengusirnya. Pasti dia kabur dari rumah lagi. Tapi dari semua tempat, kenapa Sifeng memilih rumahku, coba?
"Hey! A-Feng! Aku tidak memberimu tumpangan secara gratis, ingat?!"
"Iya, aku mengerti. Aku akan membantu beres-beres dan membersihkan rumah ini juga."
"Itu beda arti namanya. Kau harus jadi Asisten Rumah Tangga di sini. Mengepel, menyapu, masak, mencuci baju, mencuci piring dan sebagainya. Kalau tidak mau, kau boleh angkat kaki dari sini."
"Siapa bilang aku tidak mau?"
Jawaban Sifeng ini sungguh membuatku tercengang. Kenapa dia tak protes sama sekali?
Padahal, yang aku inginnya dia marah-marah dan pulang ke Tuan Zhang. Aku yakin, pasti ada yang salah saat operasi pada otaknya itu.
***
Sudah lebih satu minggu, Sifeng tinggal di apartemenku sebagai pembantu. Hahaha, sungguh menyenangkan saat memperlakukannya sebagai pembantu. Ya, hitung-hitung ini sebagai ganti waktu aku jadi asisten pribadinya ,dua tahun lalu, bukan?
Yang masih jadi pertanyaan, untuk apa ia melakukan semua itu? Pasti ada maksud lain.
Aku baru pulang dari jogging dan masuk begitu saja dengan sepatu yang penuh lumpur. Di sudut ruang tamu, aku melihat Sifeng yang sedang mengepel.
Ah iya, dia juga kusuruh memakai baju maid. Sungguh keren, bayangkan!
Astaga, kenapa tingkahku saat ini jadi konyol seperti Sifeng?
"Oii! Aku baru saja ngepel bagian itu, Yushen!" teriak Sifeng sambil mengacungkan gagang pelnya.
"Oopss, maaf! Aku memang sengaja." Aku berjalan santai sambil bersiul menuju ke kamar, masih memakai sepatu berlumpur tentunya.
"LAO YUSHEN!" teriak Sifeng yang semakin membuatku tertawa terpingkal-pingkal.
Sebelum masuk ke kamar, aku menoleh ke arahnya sejenak. Aku masih mendengar jelas omelan-omelan Sifeng.
"Situasi ini membuatku mengerti, betapa bencinya Cinderella pada kakak tirinya. Hassh! Sialan!"
Dan kata-kata aneh seperti inilah yang membuat kerasnya hatiku makin lama semakin melunak.
"Oii! Kau mengatakan sesuatu, A-Feng?"
"Tidak, Tuan Muda," jawabnya dengan memasang wajah manis dan menjengkelkan.
Malam harinya, aku melihat Sifeng tertidur pulas di sofa. Sifeng terlihat sangat kelelahan. Apa sikapku sudah keterlaluan terhadapnya saat itu?
Tapi, itu semua kulakukan agar Sifeng kembali pada Tuan Zhang.
Semua yang Sifeng lakukan di tempatku selama ini, apa sebenarnya tujuan Sifeng?
Aku duduk di samping Sifeng yang terlelap tidur. Kuusap lembut rambutnya, dan ini untuk yang pertama kalinya.
Sepertinya, aku memang sudah luluh. Apa aku saat itu harus menyerah dan mengakuinya sebagai adik? Ah, tapi ini sungguh konyol! Hatiku belum menerima Sifeng sebagai adikku seutuhnya.
Beberapa detik kemudian, Sifeng terbangun.
"Tuan Muda, Anda belum tidur?" tanya Sifeng sambil bangkit.
Sesaat aku terdiam, lalu menatap tajam ke arahnya.
"Katakan! Apa yang kau inginkan, A-Feng? Pasti kau punya alasan melakukan ini semua, 'kan?"
Ia menghela napas panjang, lalu berucap, "Lao Yushen, aku ingin kau kembali pada Tuan Zhang. Tinggallah bersamanya dan kembalikan kejayaan Zhang Group yang telah kau hancurkan!"
Jadi, ternyata karena itu? Pantas saja Sifeng bersikeras sekali. Tapi, apa aku harus melakukannya secepat ini? Jujur, aku masih sangat malu bahkan untuk menatap mata Tuan Zhang, ayah kandungku.
"Lalu, kau bagaimana?" tanyaku kembali pada Sifeng.
"Aku? Entahlah! Mungkin aku akan kembali ke Jepang."
"Jangan berbohong, A-Feng! Aku mendengar percakapanmu dengan Zhishu beberapa minggu lalu. Tidak mungkin kau kembali pada ibu yang telah mencampakanmu, kan?"
"Hahaha, dasar tukang mencuri dengar! Kalau begitu, aku akan terus menjadi pembantumu. Bukankah kau sangat senang menyiksaku, huh?"
Aku tersenyum simpul menanggapinya.
"Kembalilah bersamaku, A-Feng! Kita akan sama-sama mengembalikan kejayaan Zhang Group dan melupakan apa yang terjadi dua tahun terakhir ini.l!"
"Cih! Kau bercanda, Lao Yu?
Aku hanya orang luar, aku tak memiliki hubungan darah apapun dengan kalian. Perlahan semua orang akan melupakanku, karena kau adalah Zhang Sifeng yang asli bukan aku."
Aku melihat senyum palsunya. Mungkin Sifeng mati-matian menyembunyikan kesedihan.
"Tapi dokter yang merawatku berkata jika kau yang mendonorkan darah untukku? Kemungkinan besar kita adalah saudara, Sifeng. Tipe darahku ini langka."
"Heh? Lalu kau percaya? Itu hanya kebetulan, Yushen."
"Bagaimana kalau memang benar kau adik kandungku?" ucapku kembali.
"Kau berakting keren, Lao Yushen! Apa kau sedang mengasihaniku saat ini? Tapi terima kasih, aku tak butuh belas kasihan darimu." Sifeng berdiri. "Oh iya, aku akan membuatkan kopi untukmu."
Ia menuju dapur, dan kini aku melihat punggung Sifeng yang semakin menjauh dan menghilang di belokan dapur.
"Ini bukan rasa kasihan, A-Feng. Walau sulit mengakuinya, aku mulai peduli terhadapmu, Adikku," gumamku.
***
Ckiitttt!!
Sifeng menghentikan mobil mendadak.
To be continued ....