"Pak, lain kali jangan ngagetin kalo mau jemput, ya!" pesan Wiyana pada pria yang mengantar mereka ke rumah sakit.
Jantung Wiyana hampir copot, dia pikir pria itu adalah orang jahat. Mengingat kejahatan sedang merajalela saat ini, syukurnya yang datang adalah salah satu bawahan dari Haidar.
"Ah, baiklah. Maaf, Nona," ucap anak buah Haidar sembari menundukkan kepalanya sekali, sebagai tanda kalau dia menyesali perbuatannya.
Wiyana pun melakukan hal yang sama, dia tersenyum maklum.
"Iya, nggakpapa. Saya tadi cuma kaget aja, kalau begitu saya masuk duluan."
Setelah berpamitan secara langsung pada bawahan Haidar, Wiyana buru buru masuk ke lobby. Tak lupa dia menarik pergelangan tangan Alea.
Malam itu sudah cukup larut, namun. Orang masih banyak berlalu lalang di rumah sakit besar itu.
"Hufff, gue gugup."
"Santai aja, dia juga nggak bakal mati cuma gara gara pingsan," cerocos Alea .
Lihatlah gadis itu, dirinya masih saja bicara sembarangan padahal Wiyana sudah menegurnya tadi.