Malam ini terasa sangat sepi bagi Haidar, begitu dia membuka pintu. Ken tidak ada di sana, pasti putranya itu tengah berdiam diri di dalam kamar seperti seseorang yang tidak memiliki gairah hidup.
"Kenapa anak itu tidak pernah bisa mengatasi permasalah percintaannya sendiri?" gerutu Haidar dengan helaan napas yang sepertinya sangat berat.
Penat sedari pulang bekerja, Haidar tadinya ingin bicara banyak dengan Ken dan makan malam setidaknya sekali sehari. Ah, putranya memang sangat sulit untuk diajak kompromi.
"Baiklah, jika Wiyana ada di sini. Dia akan memukul saya, jika saya tidak menemani Ken di saat saat begini," gerutu Haidar lantas mulai menaiki setiap anak tangga guna menuju kamar Ken.
Tak lama berselang, Haidar sudah berdiri di depan kamar Ken yang tertutup rapat. Haidar ketuk sekali dengan memanggil nama Ken berkali kali, tapi. Ken tak menyahut.
Hingga tanpa diduga, Ken ternyata membukakan pintu.