Wiyana pulang lebih cepat karena keinginan dirinya, juga disebabkan di kontrakan ada Alea yang tengah menantikan dirinya.
Selama dalam perjalanan, Wiyana tak henti menangis dan itu membuat Haidar jadi gusar yang duduk di samping gadis itu.
"Berhenti menangis, temanmu akan baik baik saja," kata Haidar lugas, dengan mata fokusnya yang hanya tertuju pada jalanan.
"Kamu berusaha menghibur saya?" tanya Wiyana di sela sela tangisnya, dia menyeka air matanya.
Percuma saja diseka sebenarnya, dia tidak bisa berhenti menangis saat ini.
Terdengar helaan napas berat dari Haidar, pria itu sepertinya lelah. Dan, belakangan ini dia pun tak berpikir dua kali untuk mengurusi Wiyana.
Kadang kala terlintas dalam pikiran Haidar, kenapa dia ingin seperti itu demi Wiyana. Dia kerap mencari jawabannya, tapi tak ada yang memberikan jawaban. Dan, hati kecilnya yang berkata.
Kalau Wiyana harus selalu dia lindungi, Haidar tahu masih ada bahaya yang mengintai gadis itu.
"Kenapa, apa tidak terhibur?"
