"RA."
"Ya."
Aira menoleh, dia melihat Jake sudah berada di sisinya. Aira tidak menarik pandangan matannya, dia hanya sedikit mengalihkan.
Jake mendehem, cukup sulit rasanya saat hendak memulai percakapan.
"Aku memiliki seorang Ibu," kata Jake dengan suara penuh tekanan.
"Lalu?"
"Hampir dua minggu aku meninggalkannya."
"Apakah Kakak mau pergi?"
"Aku mau pulang."
"Ke rumah Ibu?"
"Ya, ke rumah Ibuku."
"Apakah artinya Kakak tidak akan kembali lagi ke sini?"
"Aku tidak bisa berjanji."
"Kenapa?"
"Janji itu tidak semudah menandai pergantian musim."
"Tak usah Kakak beri tanda pada janji, cukup datang saja diwaktu yang sudah disepakati, jangan diubah."
Jake terdiam. Jawaban Aira membuat dahinya berkerut. Kalimat yang baru saja diucapkan perempuan itu bukanlah kalimat main-main.
Butuh kewarasan dan wawasan untuk bisa merangkai kalimat penuh makna seperti itu.