Tak terasa malam telah tiba, keluarga Fernando sedang makan malam bersama.
"Bunda sangat bahagia memiliki putri seperti kamu nak," ujar Alisia Fernando.
"Ayah juga sangat bahagia memiliki putri seperti kamu," ujar Devian Fernando.
Syafa hanya tersenyum ia sangat bahagia telah menjadi bagian keluarga Fernando.
"Mas. Mau tambah lagi nasi dan lauknya?" tanya Syafa dengan nada lembut.
"Boleh sayang. Aku mau ayam kecap yang banyak," balas Leon Fernando dengan nada lembut.
Syafa tersenyum dan mengambilkan nasi dan ayam kecap untuk suaminya. Tatapan matanya terfokus saat melihat pipi Leon yang merah bagaikan darah.
"Mas," ujar Syafa.
"Ya sayang," ujar Leon.
Leon menatap istrinya dengan serius.
"Wajah kamu kenapa?" tanya Syafa.
Uhuk!
Uhuk!
Devian Fernando tersedak dengan perkataan putrinya.
"Ayah kenapa?" tanya Syafa dengan nada panik.
Syafa langsung mengambilkan air minum dan memberikan pada Devian dengan lembut.
"Terimakasih putriku," balas Devian Fernando.
Alisia hanya tersenyum geli.
"Makannya hati-hati," ujar Alisia dengan nada lembut.
"Ya sayang. Aku hanya sedang menggoda Leon," ujar Devian Fernando.
Leon terkejut dan tersenyum tipis.
"Duduklah sayang," ujar Leon dengan nada lembut.
"Cie ...," goda Devian.
Syafa pun duduk di samping suami dan menundukkan wajahnya.
Leon mengecup kedua pipi istrinya dengan lembut.
Cup!
Cup!
Devian dan Alisia tercenggang dengan pemandangan dihadapannya.
"Allena. Lanjutkan makannya," ujar Devian.
"Baiklah. Ayah," ujar Allena.
Syafa sangat terkejut dengan perlakuan suaminya, tubuhnya bergetar menerima kecupan pada pipinya.
"Aku tahu kamu masih belum terbiasa dengan yang dilakukanku tadi," ujar Leon.
Leon mengecup kening istrinya dan mulai berkata, "Makanlah, Sayang."
Syafa menurut dan mulai menikmati makanannya dengan tenang.
***
Tak terasa malam semakin larut, Devian Fernando, Alisia Fernando, dan Allesya Fernando telah kembali ke kamarnya masing-masing. Sementara di kamar Syafa dan Leon, Syafa sedang asik memandangi bulan yang bersinar terang.
Tak lama kemudian, Leon datang dan tersenyum melihat istrinya.
"Kamu sedang apa malam-malam di sana Sayang?" tanya Leon.
Leon melangkah mendekati sang istri dan memeluknya dari belakang, ia mengecup leher istrinya dengan sangat lembut. Syafa terkejut dan sedikit takut.
"Mas, kamu baik-baik saja?" tanya Syafa dengan nada bingung.
"Balas dulu pertanyaanku Sayang, baru aku akan membalas pertanyaan dari kesayanganku," ujar Leon dengan nada lembut.
Syafa berbalik dan menatap sang suami, beberapa saat kemudian kembali menunduk. Leon langsung menghimpit tubuh mungil istrinya.
"Tataplah aku Sayang!" tegas Leon dengan sedikit memerintah dan akhirnya Syafa menurut.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku Sayang," ujar Leon dengan nada lembut sambil menata rambut istrinya yang berantakan.
"Pertanyaan yang mana. Mas," ujar Syafa dengan nada gugup dan berakhir dirinya lupa tentang apa yang dikatakan oleh Leon.
"Aku akan membuatmu mengingatnya," ujar Leon.
Leon mulai membelai lembut leher istrinya dan mengecupnya lembut.
"Sekarang waktunya tidur Sayang. Kamu akan pergi bersamaku besok pagi," ujar Leon.
Leon menggendong tubuh mungil istrinya dan membaringkannya dengan lembut ke ranjang.
"Tidurlah. Sudah malam," ujar Leon.
Leon mencium bibir istrinya dengan lembut dan menyelimutinya. Tak lama kemudian sang istri terlelap karena usapan lembut dan halus yang ia berikan.
"Syafa adalah tanggung jawabku dan aku akan melindungi istriku selamanya," ujar Leon.
Leon pun memeluk erat Syafa dan ikut terlelap bersama.
***
Di tempat lain...
Liam Handoko mencambuk putrinya dengan sangat kejam.
Ctar!
Ctar!
Ctar!
"Dasar anak tidak tahu malu. Kau telah mempermalukan Ayahmu!" teriak Liam Handoko.
Sang istri hanya menangis melihat perlakuan kasar yang dilakukan suaminya kepada sang putri.
"Mas sudah, dia putrimu!" teriak sang istri berusaha menghentikan suaminya dalam bertindak kasar pada putrinya.
"Pergilah!" tegas Liam Handoko sambil berusaha memendam emosinya.
"Jangan siksa putri kita," ujar sang istri.
"Pergi!" teriak Liam Handoko.
Sang istri memutuskan untuk pergi agar kemarahan suaminya tidak meledak.
"Mulai hari ini, kau bukan lagi anakku. Kau dan anakmu adalah beban!" teriak Liam Handoko, "Mulai hari ini, kau akan tinggal di gudang,".
Liam Handoko pun pergi dengan sangat marah, ia tidak menyangka putrinya yang selalu ia banggakan bisa memberikan aib dan rasa malu padanya.
***
Tak terasa malam sudah semakin larut, Leon merasakan pergerakkan lembut tubuh istrinya. Ia merasa bahwa sang istri tercinta sedang kedinginan.
"Aku akan menghangatkan tubuhmu," ujar Leon.
Leon bangkit dan membuka pakaiannya memperlihatkan tubuh kekar dan berotot miliknya.
"Kamu pasti hangat Sayang," ujar Leon.
Leon pun memeluk istrinya kembali dan terlelap.
***
Di tempat lain...
Aiden sedang mengemudikan mobil miliknya dengan sangat fokus, tiba-tiba ponselnya berdering.
Kring!
Kring!
Aiden langsung mengangkat telponnya.
[Halo Tuan. Saya sudah menemukan keberadaan nona Lia.]
Aiden:[Segera kirimkan poto tempat ia berada. Aku akan menjemputnya,]
[Baiklah Tuan. Saya akan kirimkan pada Anda,]
Setelah selesai menelpon, Aiden meletakan ponselnya kembali.
Tuit!
Aiden menghentikan mobilnya sejenak untuk melihat pesan email dari orang kepercayaannya.
[Tuan. Nona Lia berada di sebuah Cafe bernama White,]
Aiden tersenyum tipis dan membalas pesannya.
Aiden:[Kau memang bisa diandalkan, aku bangga padamu.]
Setelah selesai mengirimkan pesan, Aiden memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menjemput gadis yang merupakan sahabat dari Syafa, istri sekaligus Nyonya muda Devian.
"Aku menemukanmu Sayang. Kau tidak akan bisa kabur lagi dari genggamannya," ujar Aiden.
Aiden tersenyum menyeringai dan kembali fokus mengemudi.
Di sisi lain...
~ Cafe White ~
Lia Ariana, gadis berusia 21 tahun. Dia adalah sahabat dari Syafa Aliya Rahmah. Dikenal sebagai gadis yang murah senyum dan ramah.
"Lia," ujar Seira.
"Ya." Lia melirik ke arah sahabatnya sekilas dan fokus menikmati makanannya.
"Kenapa Syafa tidak ada bersamamu? bahkan di rumah neneknya dia tidak ada?" tanya Seira.
"Apa jangan-jangan dia hilang atau diculik orang," balas Lia dengan nada sangat panik.
"Perkataanmu benar juga, Lia. Bagaimana kalau kita cari dia?" tanya Seira.
"Kau sangat cerdas, Seira. Besok kita akan mencarinya," balas Lia.
Lia pun bangkit dari duduknya dan hendak pergi namun dihalangi oleh Seira.
"Kamu mau kemana?" tanya Seira.
"Bayar pesanan," balas Lia.
"Ouh," ujar Seira.
"Ya," ujar Lia.
Lia pun pergi dan tanpa ia sadari, Aiden sedang mengawasinya.
"Gadisku sangat cantik dan manis, Tidak akan lama lagi kau akan ada di Mansionku," ujar Aiden.
Aiden tersenyum menyeringai lalu turun dari mobil. Ia mengambil jubah hitam dan memakai topeng.
Aiden pun pergi.
Di sisi lain...
Lia sedang berbincang dengan penjaga kasir.
"Berapa semuanya?" tanya Lia dengan nada sangat sopan.
"Empat ratus lima puluh ribu. Nona," balas penjaga kasir.
"Baiklah," ujar Lia
Lia memberikan uang pecahan senilai seratus ribu dengan jumlah lima lembar.
"Nona. Uangnya lebih," ujar penjaga kasir.
"Tidak masalah. Ambil buat Bapak saja," ujar Lia.
Hai!!!
Author Back...
Maapin ya, jarang update🥲
Janji deh mulai besok up terus🥰