Tak terasa hari sudah siang, Devian Fernando, Alisia Fernando, dan Allena Fernando sedang bersiap untuk pergi menemui Leon Fernando.
"Alle, kamu sudah siap?" tanya Devian Fernando.
"Sudah ayah," balas Allena Fernando.
Devian Fernando hanya mengangguk dan tersenyum menatap istrinya.
"Kamu sudah siap sayang?" tanya Devian Fernando.
"Sudah sayang," balas Alisia Fernando.
"Sebaiknya kita berangkat sekarang," ujar Devian Fernando.
Tak lama kemudian mereka pun pergi.
***
~ Mansion L ~
~ Ruang Tamu ~
Leon sedang memeriksa berkas-berkasnya yang menumpuk dan tidak lama kemudian Syafa datang membaca minuman serta makanan untuk suami tercintanya.
"Mas ... aku membawa camilan dan minuman susu jahe hangat," ujar Syafa.
"Baiklah sayang. Terimakasih," ujar Leon, "Syafa, sebaiknya kamu istirahat,".
"Baiklah suamiku. Aku akan menuruti semua perintahmu," ujar Syafa.
Syafa pun pergi meninggalkan Leon sendirian.
"Kue keringnya sangat menggoda perutku," ujar Leon.
Leon pun memakan kue coklat dengan taburan choco chip.
"Lembut," ujar Leon.
Leon pun memakannya sampe habis dan tidak tersisa sedikitpun.
"Ya habis," lirih Leon.
Leon pun meminum susu jahenya perlahan-lahan.
"Hangatnya membuatku tenang dan santai," ujar Leon.
Tiba-tiba bel berbunyi.
"Ya sebentar," ujar Leon.
Leon pun meletakan laptopnya di meja dan membukakan pintunya.
"Kakak," ujar Allena.
Allena langsung memeluk erat Leon, air mata mulai mengalir di wajah adiknya.
"Aku merindukanmu adikku," ujar Leon.
Devian Fernando dan Alisia Fernando tersenyum.
"Kamu tidak merindukan kami nak?" tanya Devian dan Alisia.
Allesya melepaskan pelukannya lalu Leon pun memeluk kedua orang tuanya.
"Bagaimana kabarmu nak?" tanya Devian.
"Alhamdulilah baik ayah," balas Leon.
"Kamu semakin berisi sayang," ujar Alisia.
"Dia telah merawatku," ujar Leon.
"Bukankah hubunganmu dengan Citra sudah berakhir?" tanya Devian.
"Bukan dia ayah," balas Leon.
"Lalu siapa?" tanya Alisia.
"Bunda akan tahu nanti disaat waktunya tepat," balas Leon.
"Kau ini aneh sekali nak. Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami orang tuamu?" tanya Devian Fernando.
"Aku tidak menyembunyikan apapun ayah. Hanya saja sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahu kalian," balas Leon Fernando.
"Terserah kau saja nak. Dari dulu memang sikapmu sangat misterius," ujar Devian Fernando.
"Kalian duduklah dahulu," ujar Leon Fernando.
"Lantas kau mau kemana nak?" tanya Alisia Fernando.
"Aku mau mengambil minuman dan beberapa camilan," balas Leon Fernando.
"Baiklah nak," ujar Devian Fernando.
Devian Fernando pun pergi.
"Sikapnya semakin aneh suamiku," ujar Alisia Fernando.
"Benar sayang," ujar Devian Fernando.
"Sikap Leon memang seperti itu sejak kecil. Pendiam, irit bicara, dan misterius," lanjut Devian Fernando.
Devian dan Alisia pun terdiam.
"Bunda. Aku mau ke toilet dulu," ujar Allena.
"Ya nak," ujar Devian.
Allena pun pergi meninggalkan Devian dan Alisia.
***
Leon membuka pintu kamarnya, ia tersenyum sinis melihat istrinya yang sudah tidur.
"Aku tidak akan pernah mengenalkanmu pada kedua orang tuaku. Kamu hanya pelampiasan dendamku saja," ujar Leon.
Leon pun menutup pintunya kembali lalu pergi.
***
Leon duduk di samping bundanya.
"Ayah, bunda. Silahkan nikmati minuman dan camilannya," ujar Leon Fernando.
"Baiklah nak. Terimakasih," ujar Devian dan Alisia.
Devian dan Alisia pun mulai menikmati camilan dan minuman yang diberikan oleh putranya.
"Allena mana?" tanya Leon Fernando.
"Adikmu sedang ke toilet," balas Devian.
Leon Fernando hanya mengangguk dan tersenyum.
***
Allena telah keluar dari toilet.
"Aku mau lihat kamar kakak," ujar Allena.
Allena pun naik ke atas tangga dan pergi ke kamar Leon.
***
"Sepertinya ini kamar kakak," ujar Allena.
Allena pun membuka pintu kamarnya dan ia terkejut melihat seorang wanita yang sedang tidur di kamar kakaknya.
"Siapa wanita itu? Mengapa ia ada di kamar kakakku?" ujar Allena.
Allena pun menutup pintu kamarnya lalu pergi.
***
Allena duduk di sebelah kedua orang tuanya.
"Nak. Ayah mau tanya sesuatu," ujar Devian Fernando.
"Mau tanya apa?" tanya Leon Fernando.
"Pagi tadi ayah Citra datang menemui ayah," balas Devian Fernando.
"Apa!" teriak Leon.
"Apa yang dia katakan pada ayah?" tanya Leon.
Devian terdiam menatap sorot kemarahan dari mata putranya.
"Tenanglah nak. Kendalikan emosimu," ujar Devian.
Devian mengusap lembut pundak putranya.
Leon menghela nafas panjang.
"Apa yang dia katakan padamu. Ayah?" tanya Leon.
"Dia mengatakan kalau putrinya hamil anakmu," balas Devian.
Leon sangat terkejut ia mengepalkan tangannya, emosinya kembali memuncak.
"Anak itu bukan darah dagingku ayah. Dia adalah anak dari pria lain," ujar Leon, "Ayah harus tahu, wanita itu telah mengkhianatiku dengan bercinta dengan pria lain,".
Leon pun pergi ke kamarnya.
"Leon mau kemana nak?" tanya Devian.
Pertanyaan sang ayah diabaikan oleh Leon.
***
Leon membuka pintu kamarnya dengan perlahan-lahan, ia tidak ingin menganggu waktu istirahat istrinya.
Leon mengambil kunci mobilnya, saat ingin pergi tiba-tiba Syafa memanggilnya.
"Mas mau pergi?" tanya Syafa.
"Ya," balas Leon singkat.
Syafa tersenyum.
"Hati-hati," ujar Syafa.
Leon tersenyum tipis lalu pergi.
***
Saat Leon akan pergi, ia dihentikan langkahnya oleh Devian Fernando.
"Kamu mau kemana nak?" tanya Devian Fernando.
"Aku mau menemui ayahnya Citra," balas Leon Fernando.
"Kami akan ikut kamu nak," ujar Devian Fernando dan Alisia Fernando.
Leon Fernando terdiam dan menatap Allena.
"Citra yang telah mengkhianatiku lalu kenapa harus Syafa yang menjadi pelampiasan dendamku," ujar Leon Fernando, "Aku rasa waktu dua tahun pernikahan sudah cukup untuk menjadikannya pelampiasan dendamku,".
Devian Fernando dan Alisia Fernando terkejut.
"Apa yang kamu katakan nak," ujar Alisia Fernando.
"Ya, aku sudah menikah dan usia pernikahanku sudah dua tahun. Aku menjadikan istriku sebagai pelampiasan dendamku," ujar Leon Fernando.
Devian Fernando kembali terkejut dengan perkataan putranya.
"Nak, istrimu mana?" tanya Devian Fernando.
"Aku menyuruhnya untuk istirahat ayah," balas Leon Fernando.
"Baiklah nak," ujar Devian Fernando.
"Allena, kamu jaga kakak ipar kamu saja," lanjut Devian Fernando.
"Baiklah ayah. Aku akan menemaninya dengan senang hati," ujar Allena.
Allena pun pergi.
"Ayo nak. Kita selesaikan masalahmu dengan kekasihmu Citra," ujar Devian Fernando.
"Mantan ayah. Dia sudah aku blacklist dari fikiranku dan hatiku," ujar Leon Fernando.
"Lalu dihatimu sekarang ada siapa?" tanya Devian Fernando.
"Sebaiknya kita pergi ayah," balas Leon Fernando.
"Baiklah-baiklah nak," ujar Devian Fernando.
Mereka bertiga pun pergi.
***
Allena telah sampai di kamar sang kakak lalu ia pun membukanya.
"Assalamualaikum kakak," ujar Allena.
"Waalaikumsalam. Kamu siapa?" tanya Syafa.
Allena pun menutupi pintu kamar dan melangkah mendekati Syafa.
"Allena adiknya kakak Leon," ujar Allena.
Syafa terkejut.
"Mas Leon belum pernah bercerita padaku selama ini tentang keluarganya," ujar Syafa.
"Aku mengerti kakak," ujar Allena.
"Sini duduk di sebelahku," ujar Syafa.
Allena pun duduk di sebelah Syafa dan ia tersenyum hangat.
"Kakak sangat cantik sekali," ujar Allena.
"Kamu berlebihan, Alle. Kamu lebih cantik," ujar Syafa.
Allena pun memeluk Syafa dengan erat.