Malam semakin larut saja, dan seperti biasanya jika Kenzo akan menginap dirumah Jasmine setelah melalui begitu banyak hal bersama dengan gadis itu. Kini mereka berbaring di atas ranjang yang tidak terlalu besar itu, menatap langit-langit yang sudah gelap karena Jasmine sudah memadamkan lampunya. Hanya suara detik jam yang terdengar dibarengi dengan air hujan yang masih terus saja mengguyur bumi ini.
Lelaki itu menatap layar ponselnya sebentar kemudian beberapa pesan masuk dan panggilan pun memenuhi notifikasinya, akan tetapi Kenzo tidak akan terlalu memperdulikan nya karena sekarang dia tengah bersama dengan Jasmine. Gadis itu merasa terganggu dan pemasaran dengan suara ponsel Kenzo yang tak kunjung usai, hingga Jasmine pun berusaha untuk menanyakannya. Dia hanya takut jika sampai ada panggilan atau mungkin sebuah pesan penting yang sedang berusaha menghubunginya.
"Kenzo, kenapa kau tidak melihat ponselmu terlebih dahulu?" tanya Jasmine kepada lelaki yang tidur disampingnya.
Kenzo menatap dengan hangat, "Kenapa harus aku angkat? itu hanya sebuah panggilan tidak penting, lagi pula ada hal yang lebih penting lagi yaitu kau. "
"Kenapa tidak penting? memangnya siapa yang sedang berusaha untuk menghubungimu?" tanya Jasmine kembali.
"Hanya mantan rekan kerja, tadi siang aku baru saja keluar dari pekerjaan yang selama ini telah membesarkan namaku. Namun iya itu bukan masalah besar, apalagi karena memang pemiliknya selalu saja memperlakukan aku seperti boneka! benar-benar menyebalkan," ucap Kenzo dengan wajah kesalnya.
"Benarkah itu? kenapa kau keluar dari pekerjaan yang telah membesarkan namamu? Kenzo, mencari sebuah pekerjaan yang nyaman itu sulit di jaman seperti ini. Apalagi jika kita tidak memiliki pengalaman khusus, mungkin bukan hanya pengalaman tapi hal lain juga akan sangat dibutuhkan," ucap Jasmine kepada lelaki itu.
Kenzo tersenyum kecil, "Iya kau memang benar. Namun bagaimana jadinya jika tempat kerja yang kau datangi itu selalu membuat resah? bahkan semua orang menatap dengan tatapan yang tidak biasa. Semua seolah tidak suka keberadaan mu disana Jasmine, jadi aku keluar pun memiliki alasan yang bagus pula bukan?"
Entah mengapa kata-kata yang dikeluarkan oleh lelaki itu membuat hati kecil Jasmine bergetar, mungkin bisa dikatakan karena dia juga mengalami hal yang sama seperti Kenzo. Ketika beberapa orang dikantornya selalu melihat dia dengan sebelah mata, apalagi ketika tahu jika cara Jasmine masuk ke perusahaan tersebut ada campur tangan juga dari Rifan. Mungkin karena itu pula dia selalu mendapatkan nilai plus dan sikap baik dari atasannya, padahal tidak begitu yang terjadi. Jasmine adalah seorang yang sangat rajin dalam melakukan pekerjaannya, sehingga sang atasan pun merasa begitu suka dengan gadis itu.
"Iya kau memang benar, tidak akan nyaman jika rekan kerja kita sendiri yang menatap kita dengan sebelah mata. Kau tahu? aku pun merasakan hal yang sama ditempat kerja, dan itu benar-benar menyebalkan. Hanya saja karena Rifan yang memasukan aku kesana, aku tidak mungkin keluar dengan seenaknya. Apalagi kau sendiri tau Kenzo, jika mencari pekerjaan di jaman seperti ini tidaklah mudah."
Semua yang dikatakan oleh Jasmine adalah benar, di jaman seperti ini tidak mudah mencari sebuah pekerjaan. Akan tetapi hal seperti itu tidak berlaku bagi Kenzo, dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan menggunakan wajahnya. Dan selama yang dia alami berhasil, orang-orang akan langsung menawari dia begitu banyak pekerjaan di dunia fashion atau pun lainnya. Hanya saja lelaki ini terlalu pemilih dalam urusan pekerjaan, sehingga banyak juga perusahaan yang dia tolak hanya karena penghuninya bukan seorang wanita cantik. Iya namanya juga seorang playboy! pasti sangat ingin dikelilingi oleh begitu banyak wanita disekitarnya.
"Kalau begitu, apa kau bisa memberiku sebuah pekerjaan Jasmine?" tanya lelaki itu dengan senyumannya yang manis.
Jasmine menatap heran, "Aku? entahlah, karena aku sendiri bekerja karena dibantu oleh Rifan. Apa kau bisa bekerja di sebuah perusahaan? terlebih karena pekerjaanmu yang sebelumnya adalah seorang model bukan?"
"Iya aku memang bekerja sebagai seorang model, akan tetapi bukan masalah jika mencoba hal baru. Itu pun jika kau bisa membantuku masuk ke perusahaan tempatmu bekerja, bukankah sangat menyenangkan jika kita bisa pergi bersama dan bertemu setiap hari? wah tidak bisa aku bayangkan."
Jasmine terdiam sejenak, dia membayangkan betapa menyenangkannya bisa bertemu dengan lelaki tampan ini setiap hari. Akan tetapi apakah itu akan baik-baik saja? terlebih di perusahaan tempatnya bekerja begitu banyak wanita cantik yang bertebaran. Jujur walau pun mungkin hubungan mereka hanya sebatas teman, tetap saja Jasmine merasa begitu cemburu! hal yang tidak sepantasnya gadis ini rasakan kepada lelaki yang bukan siapa-siapa di hidupnya.
"Kenapa kau diam saja?" tanya Kenzo kepada gadis itu.
"Tidak, aku hanya bingung bagaimana caranya membujuk Rifan agar dia bisa memasukan mu ke perusahaan itu. Karena seperti yang kau tahu, jika lelaki itu selalu saja sinis jika berhadapan langsung denganmu. Tapi jika kau bisa berbaikan dengan Rifan, mungkin lelaki itu bisa membantumu untuk masuk kesana."
Jujur saja Kenzo sangat malas berhubungan dengan lelaki bernama Rifan itu, dia terlalu pengatur dan juga posesif dengan segala gerak gerik yang dilakukan oleh gadis itu. Padahal hubungan mereka hanya sebatas teman juga seperti Kenzo, akan tetapi Rifan itu seolah bertindak jika Jasmine adalah miliknya seorang. Hal yang benar-benar membuat lelaki ini tidak suka!
"Kenapa tidak kau saja yang berbicara dengan Rifan? karena dengan begitu dia akan lebih mendengarkan perkataanmu dari pada aku yang bukan siapa-siapanya," ucap Kenzo kepada gadis itu.
"Iya nanti aku akan mencobanya, tapi aku tidak janji ya? karena seperti yang kau tahu jika Rifan itu sangat keras kepala hehehe..." jawab Jasmine dengan tawa kecilnya.
Lelaki itu hanya tersenyum kemudian memeluk Jasmine dengan begitu erat, dia bahkan memendamkan wajahnya di leher gadis itu untuk merasakan hangat. Bukan masalah jika Rifan tidak bisa menolongnya, lagi pula Kenzo yakin dengan wajah seperti ini dia bisa melakukan apapun yang dia mau.
"Tidurlah jangan pikirkan tentang pekerjaan lagi, aku hanya ingin terus bersamamu itu saja tidak lebih. Jadi jika lelaki itu tidak bisa memasukan aku ke perusahaan, maka aku yang akan masuk ke dalam hatimu," bisik Kenzo ditelinga gadis itu.
Jasmine bergidik geli, "Kau itu bisa saja, sudahlah tidur! jangan menggodaku lagi Kenzo."
"Aku serius, aku akan masuk ke dalam hatimu..."
Lagi-lagi lelaki itu membuat Jasmine berharap lebih tentang hubungan mereka, iya bagaimana tidak? karena Kenzo sendiri yang memulai semuanya sehingga dia tidak bisa dengan fokus hanya untuk berteman saja. Mungkin entah sampai kapan mereka terjebak dalam permainan seperti ini, Jasmine sendiri tidak tahu.