Malam yang penuh dengan kebingungan itu telah berakhir, kini pagi yang sedikit mendung siap menyambut hari-hari seorang Jasmine. Gadis cantik itu bangun dengan wajah yang masih mengantuk, dia menatap layar ponselnya yang sedari tadi terus berdering membunyikan alarm.
Waktu menunjukan pukul 06.00
Jasmine pun beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengambil handuk yang tergantung di balik pintu. Bersiap untuk pergi bekerja karena uang tidak akan datang dengan sendirinya, hari ini mungkin Jasmine akan pulang lebih awal karena memang hari sabtu. Dia bahkan berencana pergi keluar untuk berbelanja kebutuhan bulanan, bukan hanya ke market namun kebutuhan basah juga. Pernah sekilas terlintas didalam pikrian nya jika dia akan mengabari Kenzo dan mengajak lelaki itu untuk bertemu, namun rasanya itu terlalu berlebihan. Apalagi dengan situasi yang tidak terlalu menyenangkan ini, karena mana ada seorang wanita yang mengajak lelaki untuk bertemu terlebih dahulu?! benar-benar konyol.
"Jasmine, kau akan menghancurkan harga dirimu begitu saja? jadi cepat letakan ponsel itu dan jangan mengabari Kenzo sebelum dia yang menelpon dirimu terlebih dahulu okay?!"
Jasmine kembali meletakan ponselnya di atas meja kemudian bersiap untuk berangkat bekerja, mungkin Rifan juga sudah menunggu di depan sana. Karena setiap hari mereka memang selalu berangkat bersama, lelaki itu selalu menawarkan bantuan dan tumpangan setiap harinya. Lagi pula Jasmine tidak mungkin menolak karena lumayan juga untuk mengirit uang transportasi setiap hari.
"Heh kau lama sekali pendek!" teriak Rifan dari depan sana sembari menyalakan mesin motor matic miliknya.
"Iya maafkan aku, ada sedikit masalah tadi pagi jadi berhentilah untuk mengoceh dasar tiang!" bentak Jasmine kesal.
Rifan pun melaju dengan kencang agar bisa sampai menuju kantor, selama diperjalanan dia juga terus mengoceh dan menanyakan siapa lelaki yang datang kerumah teman nya itu semalam. Jasmine tidak terlalu banyak bicara karena memang hubungan mereka hanya sebatas teman tidak jelas, namun Rifan tetap tidak percaya dan menuduh Jasmine jika lelaki itu adalah kekasihnya. Dengan jelas pun gadis ini mengatakan jika mereka tidak ada hubungan apapun! namun tetap saja Rifan masih tidak percaya.
"Kau itu tidak pernah berteman dengan sembarang lelaki Jasmine, jadi aku please jangan berbohong seperti itu padaku okay? jadi cepat katakan siapa lelaki penguntit yang datang kerumah mu semalam?!" tanya Rifan dengan mata yang fokus ke jalanan.
"Iya memang aku tidak mudah bergaul dengan lelaki mana pun bodoh! namun bukan berarti jika Kenzo itu kekasihku. Hah coba kau pikir tentang hubungan kita selama ini, apa kita berpacaran? tidak kan. Jadi dekat bukan berarti seorang kekasih, dasar kepo!" ucap Jasmine sembari memukul kepala Rifan dari belakang.
"Iya iya aku tahu! hanya saja kau perlu berhati-hati dengan lelaki seperti Kenzo itu, matanya sangat jahat. Dan aku bisa melihat semuanya itu dengan jelas hanya dengan sekali tebakan saja. Kau tahu jika aku ini laki-laki sama seperti dia, jadi aku bisa tahu juga kemana lelaki itu memandang dan berfikiran ketika melihat seorang gadis cantik," omel Rifan.
"Wah jadi kau mulai memujiku cantik sekarang?! hm sungguh mencurigakan, jangan-jangan kau ingin meminjam uang lagi padaku? hey maaf ya Rifan tapi hari ini aku banyak sekali keperluan jadi tidak bisa meminjamkan kau uang okay?"
Rifan hanya bisa menghela nafasnya panjang, Jasmine ini terlalu polos untuk seorang gadis yang sembarangan mengenal orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu dia sangat khawatir, terlebih karena mereka sudah sangat mengenal lama dan Rifan tahu betul bagaimana kepribadian Jasmine dengan baik. Sebagai seorang teman, dia hanya ingin membantu agar gadis itu tidak salah memilih teman atau pun kekasih. Terutama Kenzo! karena entah mengapa Rifan seolah sering melihat wajah lelaki itu dimana-mana.
Namun sudahlah tidak ada gunanya untuk ikut campur karena Jasmine sendiri seolah tidak perduli dengan apapun yang dikatakan oleh Rifan, dia hanya berharap jika Kenzo atau lelaki mana pun yang dekat dengan Jasmine tidak akan pernah menyakiti hatinya.
***
Sementara itu dilain tempat, Kenzo yang sedang melakukan sesi pemotretan merasa kupingnya panas sekali. Apa mungkin seseorang atau sekelompok orang tengah membicarakan dia? benar-benar tidak nyaman.
Setelah pulang dari rumah Jasmine kemarin malam, Kenzo masih belum menghubungi gadis itu untuk di ajak keluar mencari udara segar. Karena menurut lelaki ini rumah adalah tempat ternyaman untuk dia berkencan atau bertemu seseorang. Bahkan bisa dikatakan jika Kenzo tidak pernah mengajak seorang gadis pun untuk pergi keluar berjalan-jalan, bahkan membiarkan mereka memeluk tubuhnya ketika di atas motor. Hubungan lelaki ini dengan para gadis-gadis cantik itu sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan akan dibuat sesimpel mungkin agar dia bisa mengakhiri semuanya dengan mudah.
"Sepertinya tidak ada salahnya juga untuk aku menelpon atau pun mengirim pesan kepada gadis itu, astaga aku sangat ingin bertemu lagi dengannya."
Kenzo tersenyum sendiri sembari memandangi kontak Jasmine yang ada di ponselnya, lelaki ini sedang memikirkan pembahasan apa yang kira-kira akan membuat gadis itu membalas pesan darinya. Mungkin sebuah ajakan jalan-jalan atau mungkin hal lainnya bisa membuat Jasmine ingin keluar dan pergi bersamanya.
Kenzo mengirim sebuah basa basi pesan kepada gadis itu, dan Jasmine pun langsung membalasnya. Mereka saling berbalas pesan sampai pada akhirnya harus berakhir karena gadis itu akan kembali bekerja, Kenzo pun sempat menanyakan kemana Jasmine akan pergi malam ini dan dia berkat jika akan berbelanja di swalayan untuk keperluan sehari-hari dan juga bulanan. Kenzo pun juga sempat menawarkan diri untuk mengantar gadis itu, namun sayangnya Jasmine menolak karena tidak ingin merepotkan nya.
"Dia memang gadis yang mandiri," gumam Kenzo dengan senyuman manis diwajahnya.
"Siapa yang mandiri?"
Suara Fina terdengar dari arah belakang, wanita berpakaian serba pendek itu menepuk pundak kekasihnya dengan perasaan kesal. Dengan siapa Kenzo berkirim pesan sampai terlihat begitu bahagia dan jelas membuat Fina sangat cemburu, karena selama mereka berkencan tidak pernah lelaki itu menunjukkan sikap seperti ini di hadapannya.
"Hanya teman, kenapa?" tanya Kenzo dengan ekspresi datarnya.
Fina tercengang bukan main, teman katanya. Namun kenapa lelaki itu itu seolah menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tidak mungkin jika seorang teman bisa sampai membuat Kenzo girang, sebuah perasaan curiga pun terlintas di pikiran wanita ini. Siapa gadis yang kekasihnya itu katakan sebagai teman?!
"Siapa orang yang yang kau maksud sebagai teman itu sayang?" tanya Fina dengan senyuman palsu diwajahnya.
Kenzo langsung menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, apalagi ketika Fina mencoba untuk mencari tahu siapa orang yang tengah lelaki itu pikirkan saat ini. Jujur saja Kenzo benar-benar risih dengan sikap wanita itu yang semakin hari terlihat semakin posesif, dia jadi berpikir apa mungkin ini saatnya untuk mengakhiri hubungan mereka?! lagi ketikan sekarang Kenzo sudah memiliki seorang pengganti yang lebih baik daripada Fina.
"Fina, sikapmu itu semakin menyebalkan saja..."