Cup.
Roger mengecup lembut bibir Val, sebelum gadis itu melayangkan protes.
"Bagaimana?" tanya Roger.
"Apanya?" jawab Val.
"Rasanya?"
"Rasa apanya?"
"Yang tadi?"
"Maksudnya?"
Astaga. Begitu saja terus sampai tahun baru di tahun baru tahun depannya lagi.
"Val."
"Iya, Roger-ku sayang."
"Kok jadi mual, ya?" ucap Roger.
"Gara-gara cium aku?" simpul Val.
"Bukan."
"Terus, gara-gara apa dong?" tanya Val, bingung.
"Gara-gara kamu manggil Roger-ku sayang tadi. Kedengerannya aneh, jadi kayak mual gitu," ungkapnya.
"Udah deh, ngga usah mulai. Ayo jalan lagi. Jadinya mau ke mana ini?" tanya Val.
"Ke rumah kamu," jawab Roger.
"Ngapain sih? Orang ngga ada penghuninya kok, sepi. Kan di resto semua orangnya." Sahut Val.
"Kamu kan ada. Kamu salah satu penghuni rumahnya, kan?" tukas Roger.
"Iya sih, tapi kan-"
"Ssstt, ngga usah pake tapi. Mau dicium lagi?" Potong Roger.
"Boleh, ini silahkan." Val memajukan bibirnya, bersiap untuk menerima kecupan dari sang kekasih. Namun, gagal.