Chereads / Love And Conspiracy / Chapter 35 - Tipuan Keenan

Chapter 35 - Tipuan Keenan

Deringan ponsel Keenan tak berhenti, pria itu berdecak sebal. Kyra memiliki kesempatan untuk menghindari Keenan. "Udah sana, angkat dulu," ucap Kyra, melebarkan senyuman.

"Ah, sial!" Keenan menjauhkan diri dari Kyra.

"Tuhan memang baik pada umat-Nya. Setidaknya, aku bisa lolos dari cengkraman iblis itu." Kyra mengambil lagi pakaiannya, lalu memakainya. Dia tak peduli dengan aroma yang mengganggunya.

"Ada apa?" tanya Keenan. Kekesalannya memuncak.

"Tuan muda, di mana?"

"Apa masih di hotel. Aku sedang menaruh barang-barangku. Apa sesuatu terjadi?"

"Kondisi Pak David kritis. Aku takut sesuatu terjadi padanya," kata Regina. Wajahnya berlinang air mata. Keenan menghela nafas, seraya melirik Kyra.

"Aku akan ke sana."

"Mau pergi, ya?" ujar Kyra.

"Kenapa? Apa kamu ingin melanjutkannya kembali? Masih ada waktu," ucap Keenan, sepasang matanya menyiratkan keliaran yang tak bisa ia singkirkan dari benaknya.

"Ogah! Udah sana, buruan pergi!" desak Kyra.

"Sebelum aku pergi, kamu harus melihat ini. Aku membelikan semua ini untukmu." Keenan memberikan tas belanja yang berisi gaun serta pakaian dalam Kyra. Wanita itu enggan menyentuh tas belanja tersebut.

"Apa itu?"

"Lihat sendiri aja!"

"Dia pasti merencanakan sesuatu," batin Kyra.

"Enggak mau?"

"Enggak deh." Kyra membuang muka. Terlintas dalam benak Keenan untuk merencanakan sesuatu yang liar.

"Kalau kamu beneran enggak mau, biar aku melepaskan pakaianmu sekarang juga," bisik Keenan.

"Dasar mesum! Apa kamu tidak puas mempermainkan hidupku?"

"Itu salahmu karena tidak mau menerima pemberianku."

"Ya udah, mana sini." Kyra menerima pemberian Keenan. Dia kagum melihat gaun berwarna rose gold.

"Bagus 'kan?"

"Lumayan. Seleramu tidak buruk."

"Apa salahnya memujiku?"

"Kamu tidak layak mendapatkan pujianku."

"Kamu sungguh mengesalkan."

Keenan mendekatkan wajahnya pada Kyra. Namun, wanita itu mengalihkan pandangannya. Ia tak ingin melihat Keenan. Dia membelakangi Keenan untuk memperhatikan gaun di tangannya.

"Kenapa tidak dicoba saja di sini?"

"Nanti aja di kamar mandi."

"Di sini saja."

"Enggak mau."

"Dasar keras kepala!" Keenan melingkarkan tangannya pada leher Kyra. Lalu, mendekatkan wajahnya pada rambut Kyra. Nafasnya menderu. Kecupan ringan ia lontarkan pada rambut wanita itu.

"Masih tidak ingin mencoba gaunnya?"

"Aku bisa melakukannya sendiri." Kyra mendorong Keenan hingga ia terjatuh.

"Kamu enggak apa-apa?" tanya Kyra, mengkhawatirkan Keenan. Pria itu kesal.

"Sebagai seorang pelayan yang mencelakai tuannya, harus dihukum."

"Aku bukan pelayanmu. Bukankah kamu harus pergi?"

"Menghukummu lima menit juga tidak masalah." Keenan semakin mendekat.

"I-ini bisa dijelaskan. Aku hanya tidak sengaja. Sungguh!"

"Tenang, aku tidak melakukan yang aneh-aneh."

"Apa yang kamu inginkan?"

"Buka tas satunya," kata Keenan, menunjuk tas yang berisi pakaian dalam.

"Yang ini?"

"Iya. Buka saja!"

"O-oke. Aku akan membukanya." Wajah Kyra memerah saat melihat sepasang pakaian dalam berwarna merah.

"Dia sengaja mempermainkanku. Apa yang dia rencanakan?" batin Kyra. Keenan bersikap dingin. "Apa mungkin dia menyuruhku memakai ini di sini? Pria ini benar-benar…"

"Kenapa diam saja?"

"A-aku…"

"Kenapa? Kamu tidak mau?"

"Aku akan memakainya di sana saja." Kyra berlarian cepat ke kamar mandi. Pria itu tersenyum licik. "Kamu pikir, kamu akan bebas dari hukumanku?" gumam Keenan.

Kyra bernafas lega. Dia dapat menyelamatkan diri sendiri. Dia melihat banyak sekali perlengkapan kamar mandi. Dia berencana menghabiskan waktunya dengan mandi di sana. Mungkin, air dapat memberikan kesegaran yang ia rindukan.

"Pria itu tak buruk juga memilih sabun."

Kyra menyukai aroma sabun yang biasanya dipakai Keenan. Dia berpikir Keenan telah pergi. Waktu yang ia habiskan di kamar mandi begitu lama. Ia menduga, tak mungkin Keenan menunggunya selama itu.

Butuh 30 menit ia habiskan untuk mandi. Waktu yang lama itu bukan karena aroma sabun yang memabukkannya sekejap, melainkan ia ingin menghilangkan tanda kemerahan di tubuhnya. Dia berdecak sebal, kenapa tanda-tanda itu tak hilang.

Dia tak bisa membayangkan, Keenan menggunakan metode yang mengerikan agar tubuhnya seperti itu. Segala pikiran liar menghantui pikirannya.

Dia menggelengkan kepala, memastikan tak benar. Sebagian hatinya membenci Keenan. Namun, sebagian lagi, menginginkan Keenan berada di sisinya.

"Gila! Apa yang kupikirkan? Aku sangat membencinya. Sampai kapan pun, aku tidak akan mengampuni iblis itu," ucapnya, berbicara sendiri. Ketika ia merasa pegal berada di kamar mandi, ia menyudahinya, walau bekas kemerahan tak kunjung hilang.

Dia memakai gaun yang diberikan Keenan. Dia tersenyum memandang dirinya sendiri. Kecantikannya ibarat dewi yang turun dari kayangan. Dia perempuan yang sempurna. Kyra membuka pintu, sepasang matanya cukup terkejut melihat Keenan duduk sambil memejamkan mata.

Dia mengendap-endap. Dia tak memedulikan rambutnya yang masih basah karena belum disisir. Ada keinginan mengambil kartu hotel, kemudian kabur dari sana. Dia tertegun sejenak melihat kartu hotel berada di saku celana Keenan.

Kyra menyentuh kartu hotel diam-diam. Ketika Kyra melangkah maju, kakinya malah bertabrakan dengan kaki Keenan, sehingga kepalanya mengenai paha Keenan.

"Ternyata, kamu perempuan yang tidak sabaran," ucap Keenan. Ia membuka mata. Kyra tersenyum, menatapnya tanpa bersalah. Saat ia berhasil mendapatkan kartu hotel, ia menginjak kaki Keenan.

"Kamu menginjak kakiku. Jangan berani kabur dari sini!" seru Keenan. Kyra menjulurkan lidah. Dia tak menyangka berhasil lolos begitu mudah.

Keenan mengejar Kyra. Namun, wanita itu membawa kartu kamar hotel bersamanya. Keenan terkunci dari dalam kamar dan tak bisa keluar dari sana. "Beraninya kamu mengunciku seperti ini!" teriak Keenan.

"Aku hanya melakukan seperti apa yang kamu lakukan padaku. Salahmu sendiri yang tidak pergi dari sana, kenapa malah menungguku?"

"Aku ketiduran. Kamu tahu sendiri, aku cukup lelah karena semalam," ungkap Keenan. Ia tidak mengada-ada.

"I-itu masalahmu. Jangan disangkutpautkan denganku!" Kyra tak peduli teriakan Keenan.

"Aku harus ke rumah sakit sekarang! Mereka membutuhkanku."

"Kamu pasti bohong. Bilang saja kalau kamu ingin menipuku."

"Aku enggak bohong. Bisakah kamu membuka pintunya sekarang juga?" pinta Keenan. Suaranya terdengar serak.

"Duh, bagaimana kalau dia tidak berbohong? Apa aku terlalu banyak berpikir? Mungkin, pria ini tidak sejahat yang ku pikirkan," batin Kyra. Hatinya mulai gusar.

"Percayalah padaku, kali ini saja."

"Hmm… Baiklah. Aku akan mempercayaimu sekali ini, tetapi jangan sekali-kali memainkan trik denganku."

"Bukalah dulu aja pintunya!" desak Keenan. Kyra membuka pintu itu. "Mana kartunya?" tanya Keenan.

Kyra menyerahkan kartu kamar hotel pada Keenan. Tiba-tiba seringai iblisnya muncul. Kyra merasa ada sesuatu yang tak benar.

Keenan menempelkan bibirnya pada bibir Kyra. Gerakan bibirnya semakin tak stabil. Dia membawa Kyra ke dalam kamar tanpa melepaskan ciuman hingga Kyra bertubrukan dengan tembok.

Saat bibir Keenan mulai menguasai bibir Kyra, saat itu Keenan mendorongnya. Lalu, ia keluar dari sana sambil membawa kartu hotel bersamanya.

"Dasar pria licik! Aku salah mengira. Iblis memang tidak pernah berubah menjadi baik." Kyra mengepalkan tangan. Sepertinya, ia berada di situasi yang sulit.

"Thanks ya, Gadis kecil. Kamu harus tetap berada di sana sampai aku kembali," ujar Keenan, menampakkan senyuman iblis. Kyra mengepalkan tangan. Apa yang akan Kyra lakukan?