Matahari menampakkan sinarnya, pagi telah datang dengan senyuman. Sepasang mata indah membuka mata tanpa adanya paksaan. Ia menatap sekeliling. Tatapannya beralih pada wanita yang berada disisinya.
Banyak jejak yang ia tinggalkan pada tubuh Kyra. Jika mengingat kembali perbuatan binatangnya semalam, ia menggelengkan kepala.
Perasaan bersalah mengitari hati Keenan, namun segala hal yang mengusik pikiran dan hati pria itu, tersingkir dalam sejenak. Egonya terlalu tinggi, menganggap dirinya tak bersalah.
Namun, ia tak bisa membiarkan Kyra terbaring tanpa sehelai pakaian disana. Dia memutuskan memakaikan pakaian Kyra yang mulai mengering setelah ia berpakaian lengkap. Saat dia memasukkan lengan baju pada tangan Kyra yang kanan, wanita itu tiba-tiba membuka mata lebar-lebar.
"A-apa yang kamu lakukan?" Kyra mendorong Keenan hingga terjatuh. Untung saja kepala pria itu tak terbentur sesuatu. "Dasar binatang! Kamu mencari kesempatan untuk melecehkanku."
"Seharusnya, kamu berterima kasih karena aku yang menyelamatkanmu, bukan malah mendorongku seperti ini," ungkap Keenan, nada yang ia katakan terdengar kesal.
"Terima kasih pada iblis sepertimu? Kalau kamu bukan iblis, kamu tidak akan menyentuhku. Aku membencimu, sampai kapanpun aku tetap membencimu!" teriak Kyra. Sorotan mata indahnya mengandung aura membunuh.
"Daripada kamu marah-marah, kenapa kamu tidak memakai bajumu dengan benar? Apa kamu ingin menggodaku?" ucap Keenan. Wajah Kyra merona.
"Be-berbaliklah dan jangan mengintip!" kata Kyra.
"Siapa juga yang mau mengintip? Kamu sama sekali tidak memiliki daya tarik," elak Keenan sambil membelakangi Kyra. Hati tak sejalan dengan bibirnya. Hati Keenan tak berhenti memuja keindahan tubuh Kyra.
"Kamu memang binatang. Aku yakin, kamu pasti meniduri banyak wanita di luar sana, dengan gayamu itu dapat membodohi mereka semua," kata Kyra seraya memasukkan tangan pada lengan bajunya. Kemudian, ia berdiri, memakai celana panjangnya.
Setelah usai berpakaian, ia menghampiri Keenan, ia merasakan tubuhnya pegal-pegal. "Iblis itu. Dia benar-benar keterlaluan padaku semalam. Bagaimana dia bisa berbuat sekeji ini hingga aku agak kesulitan menggerakkan kedua kakiku," batin Kyra.
"Kenapa? Sulit bergerak? Mau kugendong?" tanya Keenan seakan tahu apa yang Kyra pikirkan. Wanita itu tak memperdulikan kondisi tubuhnya. Ia menendang perut Keenan, tetapi pria itu menghindar. "Kamu berani ya ingin menendangku."
"Kenapa memang? Iblis sepertimu harus dapat merasakan bagaimana sakit hati yang sebenarnya. Pukulan itu juga tak berarti apa-apa dibandingkan rasa sakit hatiku."
"Kalau begitu, kenapa semalam kamu pasrah saja ketika aku menyentuhmu? Kenapa tidak berontak seperti sekarang?" ujar Keenan, mengangkat salah satu alisnya.
"Aku enggak tahu apa-apa. Aku hanya ingat, semalam ada kejadian mati lampu di rumahku. Ketika aku turun dari tangga, seseorang membekapku, dan saat itu aku tidak ingat apa-apa."
"Kamu juga tidak ingat kalau kamu bunuh diri di tengah laut?"
"Bunuh diri? Apa maksudmu? Kamu jangan mengada-ada."
"Aku gak mengada-ngada. Aku mengatakan yang sebenarnya."
"Aku tahu pria sepertimu pasti menciptakan alasan agar aku mempercayai semua omong kosongmu. Sekarang aku mulai paham siapa kamu."
"Terserah kamu mempercayai apa yang kukatakan atau tidak. Aku nggak membohongimu."
"Ini semua adalah rekayasa yang kamu buat. Kamu berpura-pura tidak punya kesalahan apa-apa karena kamu ingin lari dari tanggung jawab. Iya, kan?"
"Hei, nona, jangan asal nuduh sembarangan!" Keenan tak terima dirinya dipandang buruk. Ia mencengkram kedua bahu Kyra, menatapnya penuh emosi. Wanita itu tersenyum miring.
"Jangan sok menjadi orang yang benar! Pria sepertimu memang tidak punya hati."
"Katakan itu sekali lagi, maka aku akan…"
"Akan apa? Memukulku? Pukul saja aku! Rasa sakit itu hanya sepintas lalu, tak seperti harga diriku yang kamu injak-injak!" kata Kyra. Air mata membasahi wajahnya yang elok.
"Aku nggak pernah memukul wanita, tetapi, aku ingin membuat perhitungan denganmu."
"Hahaha… Kamu selalu seperti ini. Kamu tidak menyadari apa kesalahanmu, malah menilai setiap kesalahanku. Apa kamu pernah bercermin? Walau wajahmu ganteng, namun sifatmu sangat buruk."
"Kamu…" Amarah Keenan memuncak. Dia hanya bisa memandang wajah Kyra dengan kilatan emosi.
"Mungkinkah, kamu punya kelainan?"
"Kelainan?"
"Yah mungkin saja, kalau kamu sedang sakit," kata Kyra seraya memandang ke arah celana Keenan.
"Maksud kamu, aku sakit itu?"
"Yah, bisa jadi. Kamu sengaja memanfaatkan kelemahan perempuan untuk diperdaya olehmu. Sebenarnya, kamu pria yang menyedihkan dan..."
"Cukup! Batas kesabaranku sudah habis. Kamu terlalu merendahkan harga diriku berkali-kali. Jika kamu mau, aku bisa menghamilimu kapanpun. Bahkan sekarang pun juga bisa disini," kata Keenan sembari berjalan mendekati Kyra. Wanita itu melangkah mundur.
"Ka-kamu iblis!"
"Kamu yang membuatku seperti ini! Jangan salahkan aku berbuat yang lebih kejam! Keenan menarik tangan Kyra hingga wajah mereka saling berdekatan.
"Lepasin aku!" teriak Kyra.
"Aku nggak akan melepaskan kamu. Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang kamu katakan!"
"Dasar psikopat! Iblis ber─" Keenan membungkam Kyra dengan menciumnya ganas. Kyra meronta-ronta, namun kedua tangannya tetap tak terlepas dari cengkraman Keenan.
Bibir Kyra menciptakan kecanduan yang sulit Keenan lepas. Apalagi, mengingat malam bergairah yang terjadi semalam, Keenan semakin bergerak liar. Kyra menggigit bibir Keenan berkali-kali, Keenan tak peduli akan hal itu.
Ciumannya semakin intens, Kyra tak dapat berbuat apa-apa. Lima belas menit kemudian, Keenan melepaskan ciuman perlahan. "Karena kamu sudah melukai bibirku, hukumanmu harus ditambah," bisik Keenan seraya menarik sudut bibirnya.
"Iblis gila!" Kebetulan, disana ada beberapa orang yang mulai berdatangan. "Tolong, ada orang yang ingin melecehkanku!" seru Kyra. Mereka memasang tatapan membunuh saat melihat Keenan. Beberapa orang menghampirinya.
"Sebagai pria harusnya menghargai wanita, bukan malah melecehkannya," kata pria berbaju kotak-kotak.
"I-ini…"
"Pria seperti ini harus diseret ke kantor polisi," ucap pria berambut gondrong.
"Rasain kamu. Memang enak, dikeroyok rame-rame," batin Kyra. Ia merasa keberuntungan berada dipihaknya.
"Jangan salah paham. Sebenarnya, kami adalah suami istri. Ada pertengkaran kecil diantara kami. Dia labil karena sedang hamil. Harap dimaklumi!" ujar Keenan berbohong.
"Kalau begitu, jagain istrinya baik-baik ya. Istriku juga begitu, suka ngambek kalau lagi hamil," ucap seorang pria berkacamata.
"Sama aku juga. Bahkan, ia suka melempar barang-barang," ungkap seorang pria berbadan gemuk.
"Bukan seperti itu! Aku tidak lagi ham─" Keenan menutup mulut Kyra menggunakan tangannya.
"Kalau begitu saya permisi dulu. Mau pulang bersama istriku," kata Keenan sambil menggandeng Kyra. Tak lama, Keenan mencari taxi dan menemukannya cukup cepat. Dia mendorong Kyra ke mobil.
"Kemana ya, Pak?" tanya sopir taksi.
"Hotel di pertengahan kota ya."
"Baik, Pak."
"Apa kamu gila? Ka-kamu…"
"Sebagai calon istriku, kamu harus menurut ya, Sayang. Kalau kamu nggak menurut, aku bisa sebuas seperti semalam," bisik Keenan sambil menyeringai.
"Siapa yang mau menjadi istrimu? Gak sudi!"
"Kamu nggak akan bisa lolos dariku. Anggap saja ini hukuman yang pantas untukmu."
"Dasar sakit jiwa! Kelainan…"
"Kalau kamu bicara seperti itu lagi, aku akan melakukannya saat ini juga, dan sopir itu akan menjadi penonton kita," bisik Keenan. Kyra tak bersuara, ia menganggukkan kepala. Ia tahu ancaman Keenan tidak main-main. "Good girl." Keenan mengusap kepala Kyra.
Akankah Keenan melakukan sesuatu yang buruk terhadap Kyra? Sebenarnya, trik licik apa yang sedang ia rencanakan?