Bagi seorang Viktor Gusev Konstantin, menyematkan nama keluarga istrinya bukanlah beban seperti kebanyakan orang katakan padanya. Namun, bukan juga suatu kebanggaan.
"Viktor, biarkan aku membantu mu!"
Xandrova menatap Viktor dengan cemas. Raut wajah cantiknya terlihat lebih pucat dari biasanya.
"Tidak, Zoya!"
Kalimat penegasan yang baru saja diucapkan oleh Viktor, tentu saja membuat Xandrova terkejut.
"Mengapa? Aku ini Istrimu, 'kan?"
Xandrova mengerutkan kening seraya menunggu Viktor menjawab pertanyaannya.
"Ya! Justru karena kau adalah Istriku, maka aku tidak akan membiarkan mu melakukan hal berat seperti membawa koper-koper ini, Zoya."
Suara bariton milik Viktor membuat Xandrova tersenyum. Bukan karena suaranya yang khas, tetapi karena makna yang tersirat di dalam kalimat yang diucapkan oleh Viktor barusan selalu mampu menghipnotis dirinya dan menjadikannya sebagai wanita berharga di mata pria itu.
"Viktor, Ya lyublyu vas!" (Arti: Aku mencintaimu!)
Xandrova berjinjit, lalu menempelkan bibirnya yang kemerahan ke bibir Viktor.
"Ayo, masuk ke kamar!"
Xandrova berseru usai membuat Viktor terkejut dengan tingkahnya. Mereka punーViktor dan Xandrovaーmemasuki kamar Four Seasons Hotel yang telah disewa oleh Davidoff sejak jauh-jauh hari.
Tuk! Tuk! Tuk!
Suara sepatu wanita yang dikenakan oleh Xandrova terdengar saling bersahutan. Wanita 19 tahun tersebut merebahkan tubuhnya di atas ranjang besar seraya menengadahkan kepalanya menatap langit-langit kamar.
Astaga! Mewah sekali kamar hotel ini! Viktor memekik di dalam hati mengagumi kemewahan kamar hotel di mana ia menginjakkan kakinya saat ini.
"Zoya, beristirahatlah sejenak sebelum kita memulai aktivitas!"
Viktor memasukkan koper-koper yang ia bawa ke lemari besar menjulang tepat di sisi kiri ranjang.
"Viktor, kapan kau akan mengantarkan koper-koper milik Papa dan Mama ke kamar mereka?"
Dua netra biru milik Viktor dan Xandrova pun bertabrakan. Sesekali Xandrova menelan saliva saat memandangi wajah maskulin suaminya, begitu juga sebaliknya.
Kau sungguh cantik, Zoya! Namun aku tidak berani menyentuhmu jika kau tidak menginginkannya, batin Viktor.
"Aku akan mengantarkannya sekarang, Zoya."
**
"Mengapa kau lama sekali, Viktor?! Bukankah tadi pelayan membantu membawakan barang-barang?!"
Galana Konstantin menegur menantunya yang baru saja datang membawa 2 koper besar miliknya dan Davidoff.
"Maaf, Ma. Saya mengantarkan Zoya ke kamar terlebih dahulu karena dia terlihat sangat lelah."
Viktor menjawab pertanyaan Galana sambil meletakkan 2 koper yang dibawanya di sudut kamar.
"Zoya bukan lelah karena perjalanan menuju ke sini, tetapi dia lelah karena memiliki seorang Suami tidak berguna seperti mu, Viktor! Mengapa kau tidak menyadarinya?!"
Kalimat yang mengandung cercaan seperti barusan kerap menjadi santapan sehari-hari bagi Viktor yang menumpang hidup di rumah mertuanya. Sesekali ia merasa geram dan ingin menghajar siapapun yang telah menghina dirinya, tetapi apa boleh buat, ia tidak memiliki pilihan, selain bersabar.
"Tunggu!"
Davidoff yang sejak tadi hanya duduk menonton televisi, kini angkat bicara. Ia menatap Viktor yang berdiri di samping ranjang besar berukiran Eropa.
"Apa yang kau lakukan di sana, Viktor?!"
Davidoff menunjuk 2 koper besar yang sengaja diletakkan Viktor di sudut ruangan.
"Keluarkan semua isinya dan letakkan di dalam lemari dengan rapi!"
Davidoff berteriak memberikan titah kepada Viktor.
"Astaga!"
Tuk! Tuk! Tuk!
Galana sedikit berlari menghampiri menantunya. Emosinya naik turun saat berhadapan dengan Viktor.
"Kau ...."
Galana membuka satu persatu koper dengan kasar. Ia memperhatikan seluruh isi koper dengan teliti.
"Jangan sampai semua pakaian saya rusak! Letakkan dengan baik di dalam sana!"
Galana menunjuk lemari besar dengan sorot mata tajam.
"Ya, Ma."
Viktor menjawab dengan nada rendah. Ia bergegas membawa koper tadi mendekati lemari yang dimaksud Galana.
"Bagus, Viktor. Sebagai seorang Suami miskin seperti mu, ternyata kau cukup tahu diri!"
"Hmm ...."
Viktor menghela napas. Viktor tidak memedulikan ucapan ibu mertuanya karena ia harus bertahan demi amanah sang tuan besar keluarga keluarga KonstantinーGennadius Zigfrids Konstantinーuntuk tetap menjaga dan mencintai Xandrova dengan tulus. Ia melakukan pekerjaan apapun yang diperintahkan oleh kedua mertuanya dengan cekatan dan rapi.
"Viktor, cepat ke sini!"
Davidoff memanggil Viktor tanpa menoleh. Mendengar seruan dari sang ayah mertua, pria dengan tinggi 185 centimeter tersebut bergegas menghampirinya.
"Ya, Pa?"
Viktor mengamati tingkah Davidoff. Pria itu mengubah posisi duduknya membelakangi Viktor.
"Cepat pijat saya!"
Hah?! Memijat?! Apakah aku benar-benar seperti tukang pijat? tanya Viktor di dalam hatinya.
"Tunggu apalagi, Viktor? Ayo, cepat!"
Davidoff menunjuk bagian bahunya yang pegal. Ia tanpa sungkan selalu memerintahkan Viktor.
"David, mengapa kau tidak pergi ke sarana pijat refleksi yang tersedia di hotel ini saja?"
Syukurlah Mama memberikan saran yang bagus kepada Papa, batin Viktor seraya menyembunyikan senyumnya.
"Di sana terdapat beragam jenis pijat beserta manfaat yang bisa kau dapatkan, David."
Galana melanjutkan ucapannya seraya meletakkan ponsel di atas nakas. Wanita itu meraih tabir surya dari dalam tas tangan yang ia bawa, lalu mengolesnya ke bagian wajah.
"Kau benar, Sayang. Kembalilah ke kamarmu, Viktor!"
David meminta Viktor untuk segera pergi dari kamarnya. Ia mematikan saluran televisi seraya bersiap untuk pergi ke tempat pijat refleksi yang dikatakan oleh Galana tadi.
"Baik, Pa."
Mendengar jawaban Viktor barusan, Davidoff menggelengkan kepala.
"Sebenarnya, saya terlalu jijik mendengar kau menyebut diri saya sebagai Papa! Karena kau tahu?"
Davidoff bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan memutari Viktor yang diam membatu.
"Karena bagi saya, Maksim adalah segalanya. Dia tampan, kaya raya dan seorang pewaris tunggal perusahaan keluarga Romanov. Benar-benar sosok Suami idaman yang sempurna untuk Zoya!"
Tidak sampai di situ, Galana yang sejak tadi sibuk memperhatikan suami dan menantunya, kini berjalan menghampiri keduanya.
"Viktor, apakah kau tahu, siapa keluarga Romanov?!"
Galana menatap Viktor sinis. Ia memperhatikan sosok menantunya dari ujung rambut hingga ujung kaki.
"Keluarga Romanov merupakan keluarga terkaya di Rusia dan aset kekayaannya menduduki peringkat 1 versi majalah Forbes."
Benarkah keluarga Romanov merupakan keluarga terkaya di Rusia? Lalu, mengapa merekaーDavidoff dan Galanaーsepertinya sangat peduli dengan semua itu? Apakah semua keluarga kaya raya berpikir seperti itu? Berbagai pertanyaan pun memenuhi benak Viktor.
"Apa yang kau tunggu?! Cepat pergi dari sini!"
Galana meneruskan kalimatnya. Ia menatap Viktor dengan pandangan tanpa minat.
"Ya, Ma."
Baru saja Viktor menjawab perintah sang ibu mertua, terdengar suara ketukan pintu.
Tok! Tok! Tok!
Suasana menjadi hening seketika. Viktor memergoki Galana dan Davidoff saling bertukar pandang seiring dengan senyum keduanya yang mengembang.
Sepertinya Maksim sudah datang, batin Galana seraya tersenyum lebar. Aku akan mengatur waktu untuk Zoya dan Maksim tanpa kehadiran Viktor, lanjutnya dalam hati.
"Bukalah pintunya, Viktor!"
Galana dengan sengaja memberikan perintah kepada Viktor berharap sang menantu akan terkejut saat melihat sosok tampan dan gagah yang datang.
"Baーbaik, Ma."
Dengan ditunggangi rasa penasaran tinggi, Viktor segera melangkahkan kakinya menuju pintu. Sementara sepasang suami istri yang selalu merendahkan Viktor saling melemparkan senyum dan raut wajah mereka terlihat sungguh bahagia.
Ceklek!