Chereads / Melodi Cinta Aisyah / Chapter 19 - Mengantar Kepulangan Abi

Chapter 19 - Mengantar Kepulangan Abi

Gus Hanafi dan juga Kyai Umar, Nyai Aminah berjalan mendekati keluarga Aisyah yang akan pulang. Kali ini Gus Hanafi yang akan mengantar mereka sampai ke bandara. Saat Gus Hanafi mendekati Abi Rozak, mata Rengganis sekilas memandang wajah tampan milik Gus Hanafi. Wajah yang nyaris sempurna tanpa cacat, dan juga tampak bersinar.

"Zak, biar Hanafi yang antar kamu sampai ke bandara." Kyai Umar berbicara dengan Abi Rozak. Sedangkan Rengganis langsung memalingkan wajahnya dan menunduk tidak berani menatap Gus Hanafi. Gus Hanafi sendiri tidak menoleh sedikitpun pada Rengganis. Justru gadis manis dan cantik yang tampak sembab di depan Abi Rozak lah yang menjadi pusat perhatiannya.

Gus Hanafi merasa jika ada debaran aneh dalam dadanya saat menatap wajah Aisyah. Pun sebaliknya, Aisyah merasa jika saat ini dirinya bertemu dengan dewa tampan yang wajahnya terlihat sangat sempurna. Merasa jika ada yang salah dalam dirinya, Gus Hanafi segera memutuskan pandangannya pada Aisyah.

"Kenapa gadis ini membuatku seperti merasakan jantungku berdetak kencang? Ingat Hanafi, kamu udah punya gadis kecil masa lalumu yang begitu cantik. Tapi kenapa aku bisa merasa tertarik dengan gadis ini?" gumam Gus Hanafi dalam hati.

"Ya udah kalau begitu saya titip Aisyah ya Mar, marahi dia jika bandel di pesantren ini," ucap Abi Rozak pada Kyai Umar. Lalu Kyai Umar langsung tertawa pelan sambil menepuk bahu Abi Rozak.

"Iya, percayakan saja padaku. Aku pasti akan mendidik Aisyah agar menuruti tata tertib di pesantren ini," sahut Kyai Umar. Nyai Aminah tampak sedang berbincang-bincang bersama Ummi Masitoh. Namun Rengganis hanya berdiri di samping Ummi Masitoh dan tidak berani mengatakan apapun. Saat ini hatinya sedang gelisah karena merasakan jatuh cinta pada Gus Hanafi yang baru saja bertukar CV dengan dirinya.

Rengganis tiba-tiba tersenyum tipis nyaris tak terlihat saat menyadari jika calon suami yang dipilih Abinya itu sangatlah tampan. Dalam hati dia merasa senang karena merasakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Astaghfirullah," gumam Rengganis sambil mengelus dadanya pelan karena telah memikirkan orang yang belum menjadi suaminya.

"Ya udah ayo masuk," ajak Abi Rozak pada istrinya dan juga Rengganis.

"Aisyah pengen ikut antar Abi di bandara boleh?" tanya Aisyah pelan masih dengan nada sedih nya. Kali ini dirinya harus benar-benar rela melepas keluarganya pulang tanpa dirinya.

"Ya udah kamu ikut aja nduk, oh ya Hanafi, kamu ajak kang Aziz buat temanmu nanti jika pulang." Kyai Umar berkata seperti itu agar nanti setelah pulang mengantar keluarga Aisyah, Hanafi tidak berduaan di dalam mobil bersama Aisyah saja. Begitu pula, Aisyah ditemani Mbak Rini atas perintah Kyai Umar.

Aisyah dengan hati yang sedih dan menahan tangis langsung masuk di mobil bagian depan, tentu saja jantung Gus Hanafi langsung berdetak kencang saat menyadari Aisyah dengan santainya duduk di samping dirinya.

"Aisyah, jangan duduk di depan. Kamu pindah di belakang sama Mbak Rini sekarang," celetuk Abi Rozak yang tak habis pikir dengan sikap Aisyah yang tidak tahu malu pada lawan jenis.

"Abi, enak di depan." Aisyah merengek sambil menoleh ke belakang. Sedangkan santri yang bernama kang Aziz tengah bingung di luar mobil ingin masuk di bagian mana karena di depan ada Aisyah. Tentu saja Kyai Umar dan juga Nyai Aminah geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat tingkah anak Abi Rozak yang satu itu.

Sedangkan Gus Hanafi saat ini merasakan debaran aneh saat mendengar Aisyah berbicara. Hatinya merasa bahagia seperti saat bermain bersama teman masa kecilnya dulu. Tidak tahu saja Gus Hanafi jika teman masa kecil yang dia maksud adalah Aisyah itu sendiri.

"Aisyah!" seru Abi Rozak lagi. Lalu dengan wajah yang terlihat kesal, Aisyah langsung turun dari mobil dan pindah ke belakang samping kakaknya dan juga Mbak Rini. Sedangkan Abi Rozak dan juga Ummi Masitoh berada di bagian tengah.

Gus Hanafi ternyata melirik sekilas sambil menahan tawa melihat tingkah lucu Aisyah menurutnya. Lalu setelah Aisyah keluar, Kang Aziz langsung masuk ke mobil duduk di samping Gus Hanafi.

Akhirnya, setelah drama Aisyah berakhir, Gus Hanafi segera melajukan mobil Alphard nya menuju bandara. Di dalam mobil tampak hening. Gus Hanafi sendiri tidak tahu harus mesti bicara apa pada Abi nya Aisyah.

"Gus, dulu kamu waktu kecil main ke rumah paman masih kecil berumur sekitar 11 tahun lho. Apa kamu ingat?" ucap Abi memecahkan keheningan yang ada di mobil. Gus Hanafi tampak berpikir, sepertinya yang dia ingat hanya Ummi Masitoh, eh tapi tunggu. Itu artinya teman masa kecilku adalah anak Abi Rozak? begitu lah yang dipikirkan Gus Hanafi saat ini. Mendadak pikirannya kembali pada Rengganis, apakah Rengganis teman masa kecilnya dulu. Karena wajah Rengganis kecil dan juga Aisyah hampir sama. Dan setelah dewasa seperti ini wajah mereka berubah drastis. Gus Hanafi masih bingung karena tidak mengenali. Mendadak hatinya kecewa saat menyadari jika Rengganis adalah gadis masa lalunya. Karena dia berharap gadis itu adalah Aisyah.

Ya sekarang Gus Hanafi baru saja ingat jika dulu dirinya pernah berkunjung di rumah Abi Rozak hampir sebulan lamanya. Namun untuk mengenal Aisyah saat ini dirinya tidak bisa karena setahu Gus Hanafi wajahnya berbeda.

Bolehkah dirinya berkhianat dari Rengganis pada Aisyah. Bertemu dengan Aisyah baru pertama kali ini adalah membuat harinya merasa bahagia. Entah kenapa, Gus Hanafi juga tidak mengerti.

"Samar-samar sepertinya masih ingat paman, tapi udah lama sekali jadi saya lupa" sahut Gus Hanafi dengan suara yang begitu terdengar sopan dan lembut. Siapapun kaum hawa yang mendengar akan merasa kagum dan terpesona hanya mendengarkan suara Gus Hanafi saja.

"Iya ya, sudah lama sekali soalnya. Umur berapasekarang kamu Gus," tanya Abi basa basi agar suasana di dalam mobil tidak terlalu hening.

"Sekitar 23 paman," sahut Gus Hanafi. Gus Hanafi sudah lulus kuliah di Kairo. Namun dirinya tidak pernah jumpa sama sekali dengan Rengganis. Dan sekarang Gus Hanafi melanjutkan kuliah S2 nya di kota tempat dia tinggal saat ini.

Rengganis yang mendengar suara Gus Hanafi merasa berdebar senyum ditahan. Dalam hatinya merasa senang sekali, sedangkan Aisyah tidak peduli dengan apa yang mereka obrolkan. Karena matanya fokus menatap jalanan di kota Jawa. Sambil sesekali matanya melirik ponselnya yang sedang berbunyi.

Aisyah lupa jika nomor Salsa tidak dia blokir. Saat ini nomor Salsa tak henti-hentinya menelpon Aisyah. Aisyah yang merasa tidak nyaman hanya diam saja tidak mengangkatnya. Ingin merejectnya tapi dia tidak sejahat itu pada Salsa. Biarlah hanya Salsa yang berbuat jahat pada dirinya.

Tanpa Aisyah sadari, mata Gus Hanafi melirik spion di dalam mobil yang mengarah ke belakang. Terlihat jelas sekali wajah Aisyah yang sedang duduk menyamping dengan wajah murung.