Chereads / Melodi Cinta Aisyah / Chapter 15 - Tiba Di Pesantren

Chapter 15 - Tiba Di Pesantren

Saat ini mereka semua sudah tiba di pulau Jawa bagian timur setelah melakukan transit di Bogor. Aisyah masih saja merasa kesal dengan kakaknya karena menyuruhnya membaca buku yang dipegang kakaknya saat berada di pesawat.

"Aisyah, sebelum kamu masuk ke pesantren nanti cepat ganti pakaian mu dengan pakaian busana muslim. Jangan memakai celana jeans seperti itu. Nggak boleh di area pesantren memakai pakaian seperti punyamu," sarkas Abi yang sedang menasehati Aisyah. Saat ini mereka tengah naik taksi agar bisa sampai ke pesantren yang dimaksud.

Aisyah hanya diam sambil menatap keluar jendela, pandangan pohon yang tampak berkejar-kejaran menjadi pandangan yang menarik bagi Aisyah saat ini. Saat ini Abi duduk di depan, samping supir. Sedangkan Aisyah duduk bertiga di belakang.

"Ingat Syah, semua baju kamu di koper kemarin umi dan kakakmu yang isi. Semuanya berisi pakaian busana muslim dan juga jilbab. Masih baru semua, kemarin kak Anis yang membelikan untukmu," seru umi yang saat ini sedang duduk di antara kedua anaknya.

Mendengar pernyataan uminya barusan membuat dada Aisyah terasa nyeri. Mulai besok dirinya resmi menjadi anak santri yang tidak bisa keluar kemanapun yang dia inginkan.

Aisyah terdiam terpaku di tempat sambil menatap luar jendela. Mulai besok sudah tidak lagi menginjakkan kaki nya di bumi lancang kuning. Ingin berteriak dan berlari sejauh mungkin namun tidak bisa.

Tak lama kemudian taksi yang mereka tumpangi turun di sebuah pom bensin. Kesempatan berhenti kali ini umi Masitoh gunakan untuk membujuk Aisyah mengganti pakaiannya dengan busana muslim seperti santri pada umumnya.

"Asiyah, ayo kamu turun dulu ke toilet. Ganti baju kamu dan segera pakai jilbabnya. Sebentar lagi udah nyampe di pesantren kita," titah Umi Masitoh pada Aisyah. Tak ingin berdebat dengan mereka semua, Aisyah lalu meraih paper bag yang disodorkan umi untuk dirinya. Dengan langkah gontai kini Aisyah telah berjalan menuju toilet umum yang ada di pom bensin untuk merubah penampilannya menjadi Asiyah yang diinginkan umi dan juga abinya.

Setelah tiba di toilet Aisyah lalu masuk ke dalam toilet yang kosong. Saat sudah berada di dalam, Aisyah tak langsung menggunakan pakaian itu. Ia masih menatap wajahnya di cermin sambil meraba kedua pipinya. Dan juga meraba rambut hitam panjangnya yang selalu tergerai indah. Haruskah dia merelakan penampilannya yang lama menjadi sosok wanita berhijab? sambil bergelut dengan pikirannya, Aisyah lalu membuka satu persatu baju yang dia kenakan. Lalu dia buka paper bag yang dibawa tadi, baju panjang berbentuk gamis menjuntai hingga ke bawah. Aisyah tampak termangu saat memegang baju itu. Kali ini hatinya merasa terharu, karena selama ini baju yang seperti itu tidak pernah dia sama sekali.

Setelah baju itu melekat ditubuhnya, Aisyah berputar-putar sambil menghadap cermin untuk melihat penampilannya yang baru. Kemudian tangannya terulur untuk mengambil jilbab segi empat yang masih berbentuk lipatan di dalam paper bag. Jilbab warna baby blue itu Aisyah pakai di kepalanya. Sekilas Aisyah menatap wajahnya di depan cermin sambil meneliti raut wajahnya yang tampak berubah setelah memakai jilbab itu. Tanpa sengaja bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman.

"Lumayan, nggak terlalu buruk juga," gumamnya bermonolog.

Setelah selesai menggunakan pakaian dan juga hijabnya lalu Aisyah segera melipat kembali baju yang tadi dia pakai dan dimasukkan ke dalam paper bag.

Kakinya melangkah keluar dari toilet untuk kembali ke taksi yang dia tumpangi tadi. Semua orang yang berada di area pom bensin itu memandang takjub pada makhluk ciptaan Tuhan yang bernama Aisyah itu. Wajahnya tampak lebih anggun dari sebelumnya. Mereka bagaikan bertemu dengan bidadari yang turun dari langit. Ya Aisyah memang cantik sebelum menggunakan hijab. Kini menggunakan hijab cantik diwajahnya kian bertambah.

Ternyata taksi yang Aisyah tumpangi tadi sudah menunggu di pinggir jalan. Lalu Aisyah berlari kecil agar mereka semua tidak terlalu lama menunggu. Setibanya di tempat, Aisyah langsung masuk ke dalam taksi tanpa berkata apapun. Abi,umi dan juga Rengganis menatap kagum pada Aisyah yang berubah menjadi wanita anggun. Hijab baby blue dan gamis berwarna abu melekat ditubuh Aisyah dengan begitu indah. Siapa pun yang mengenal Aisyah pasti akan merasa pangling saat melihat Aisyah yang berubah anggun.

"MasyaAllah... Anak umi cantik sekali pakai jilbab," puji Umi Masitoh dengan wajah berbinar. Akhirnya Aisyah yang mereka inginkan sudah ada di depan mata.

Aisyah yang dipuji hanya diam saja tak menanggapi, tangannya sibuk mengemasi paper bag yang dia pegang tadi.

"Ya udah kita bisa jalan lagi pak," pinta Abi pada supir di sampingnya. Abi merasa bahagia karena pada akhirnya bisa memasukkan Aisyah di pesantren. Ia berharap anak-anaknya kelak menjadi anak yang sholeha dan bisa menolong kedua orangtuanya di akhirat kelak.

Taksi pun kembali melaju di padatnya jalanan kota Banyuwangi. Kota yang berada di bagian paling selatan di provinsi Jawa Timur. Kota yang dulu menjadi tempat dimana abinya menuntut ilmu agama hingga belasan tahun lamanya hingga bersahabat dengan Pak Kyai Umar. Aisyah baru kali ini menginjakkan kaki di kota B. Tak ada yang istimewa bagi Aisyah, karena yang istimewa baginya berada di kota kelahirannya.

Tiba-tiba ingatannya kembali pada Reza dan juga Salsa. Mereka pasti sedang berbahagia merajut asmara tanpa kehadiran dirinya. Saat akan pergi ke pesantren kemarin Aisyah tidak pamit pada teman kampusnya. Tidak ada yang tahu jika Aisyah akan berpindah di kota Banyuwangi. Kota yang terkenal dengan ikon patung Gandrung nya dan juga budaya suku Osing.

Akhirnya setelah menempuh beberapa jam dari Bandara tadi, kini mereka tiba di depan gerbang pesantren yang mereka tuju. Rengganis pun ikut turun. Kali ini Rengganis pun tampak begitu gugup karena akan melakukan ta'aruf pada anak pak kyai Umar yang belum dia ketahui sama sekali seperti apa bentuk wajahnya.Demi mengabdi pada Abi dan juga Uminya dia rela dijodohkan oleh orang yang belum dia kenal.

Mereka semua sudah turun, dan taksi pun kembali melanjutkan perjalanannya setelah Abi membayar ongkosnya.

"Aisyah, di sinilah nanti kamu akan tinggal. Jadi Abi harap kamu bisa berada dengan lingkungan baru," jelas Abi sambil menatap wajah anggun Aisyah yang sudah terbalut hijab. Abi tampak kagum menatap wajah putri bungsunya yang selama ini dia inginkan untuk menggunakan hijab.

"Insyaallah bi," sahut Aisyah datar sambil menyeret kopernya menuju gerbang pesantren. Tiba-tiba gerbang pesantren di buka, santriwan yang diutus oleh kyai Umar untuk membawakan barang-barang dari keluarga Aisyah.

Sebelumnya, kyai Umar sudah dihubungi terlebih dahulu oleh Abi Rozak jika mereka akan tiba hari ini. Tentu saja kyai Umar menyambutnya dengan gembira karena sahabat lamanya semasa di pesantren dulu akan datang dan bisa bertemu setelah sekian tahun lamanya tidak bertemu.