Chereads / Kami adalah Aku : Epiphany / Chapter 11 - Restu Papa Mama

Chapter 11 - Restu Papa Mama

Berbeda dari malam-malam sebelumnya. Mama menyambut Rea yang wajahnya sumringah malam ini. Sepertinya pertemuan dengan salah satu kandidat ini berjaan lancar. Mengajaknya mendekat ke arah sebuah sofa panjang dimana Pak Estu menunggunya.

"Kayanya kamu seneng banget Rea." Rea buru-buru mengatur air mukanya agar tak terlalu mencolok.

"Gimana tadi? Seru?" Tanya Pak Estu.

"Seru kok pa. Ya Rea seneng aja karena udah lama banget kayanya aku gak ketemu dan ngobrol sama orang lain di luar keluarga kita. Kalopun ngobrol virtual doang sama pembaca-pembaca setia cerita Rea." Rea bercerita.

"Ganteng gak?" Tanya sang mama jahil.

"Ih mama nih." Rea memilih untuk tak menjawab tapi semu merah di pipi nya seakan memberi pernyataan.

"Ya udah kita istirahat aja. udah malem banget loh ini." Ajak sang mama.

"Iya, besok malem kamu juga masih harus ketemu sama Arjun." Pak Estu mengingatkan.

"Hm, pa." Panggil Rea.

"Kenapa?" Sang papa yang sebenarnya sudah beranjak pergi harus menoleh lagi.

"Kayanya aku pilih Jin aja. Boleh gak?" Tanya Rea ragu-ragu.

"Kamu yakin? Gak mau coba ketemu Arjun dulu?" Tanya papa.

"Yakin pa. Jin orangnya sepertinya baik dan dia juga sederhana. Dia juga lucu banget. Paling penting dia udah tahu tentang Gia dan Uri bahkan sebelum kita ketemu hari ini. Rea udah ngerasa cocok aja sama dia." Rea sedikit bercerita.

"Dia udah tau tentang Gia dan Uri? Kok bisa?" Tanya mama Rea.

Rea berakhir menceritakan detail pembicaraannya tadi dengan kedua orang tuanya. Pada akhirnya mereka setuju dan Pak Estu berjanji akan segera menanyakan pada Jin apa dia mau menikah dengan putrinya.

"Kalau urusan kemampuan memimpin perusahaan sebenarnya dia masih harus banyak belajar. Arjun jelas lebih mampu kalau harus menjabat sebagai CEO. Tapi buat papa kemampuan seperti itu bisa di pelajari. Toh papa juga liat selama ini track record Jin juga sangat baik di kantor. Dia bisa pimpin tim nya dengan baik walau masih muda dan selalu menunjukkan hasil maksimal dibandingkan supervisor yang lain. Ya semoga pilihan kamu tepat Rea." Papa mengelus puncak kepala Rea.

"Mama inget sih sama yang namanya Jin Jin itu. Emang kalo mama liat anaknya baik kok juga ganteng walau bukan selera mama. Hahaha. Terus kayanya juga datang dari keluarga yang gak neko-neko. Mama sama papa dukung semua keinginan kamu nak." Bu Wulan begitu senang karena setelah sekian lama Rea bisa berani mengambil keputusan.

Semua tidak terjadi tanpa alasan tentunya. Sebenarnya sebelum pertemuan ini, Rea sudah membaca diari Uri yang memang saat itu ikut papa mamanya ke kantor. Dia juga yang mendengar semua sesi wawancara dari keempat kandidat yang ada. Walau masih muda tapi tentu Uri tahu mana pria yang bisa di andalkan dan tidak.

-Tadi siang gua ketemu sama semua kandidat calon suami Rea. Mereka semua sih keliatan baik. Kalau untuk urusan kemampuan bisnis mah udah biar jadi urusan papih, gua juga gak ngerti. Gua review satu-satu ya supaya kalian bisa pilih. Pertama, mereka semua cakep dan manis juga punya pesonanya masing-masing. Kayanya papih emang gak salah pilih deh. Hahaha.

Pertmana, gua inget Edo dia itu HR loh. Manis sih dan kalo cara bicaranya juga keliatan lancar dan jago banget. Awanya gua harap dia bakal lebih ngerti kita karena background pendidikan dia. Cuman pas di tanya sama mamih apa dia siap nikah dia bilang egak. Katanya dia baru aja dapet pacar dan sayang banget sama pacarnya. Itu kenapa dia langsung gua tolak dari awal. Gua gak mau lah pernikahan Rea harus ngerusak kebahagiaan orang lain.

Terus gua inget Garin. Dia kayanya kuat dan macho gitu. Kayanya bisa sih naklukin Gia. Hahaha. Anak engineer. Tapi denger dari jawabannya aja meskipun aku awam tapi dia emang kayanya belum siap untuk jadi CEO apa lagi jadi suami Rea. Itu kenapa papih sama mamih yang nolak dia dari awal.

Kandidat lain sih bagus juga, Arjun itu emang kelihatannya paling bisa diandalkan untuk nerusin perusahaan papih karena walau gua gak terlalu ngerti tapi ketika dia yang ngomong gua berasa ikutan paham. Ganteng nya tuh ganteng nya orang pinter berwibawa gimana sih paham kan? Gua rasa emang bisa jadi salah satu kandidat kuat.

Tapi jujur aku suka sama satu kandidat yang namanya Jin. Semua cakep tapi dia cakep banget. Hihihi. Dia kayanya juga laki-laki yang jujur dilihat dari jawaban-jawabannya yang sederhana dan apa adanya. Lucu emang beberapa pertanyaan dia bilang gak tahu atau bingung mau jawab apa. Tapi kayanya justru itu yang bikin menarik karena dia gak berusaha menjadi sosok yang sempurna. Dan gua sempet nabrak dia pas ke toilet. Astaga malu nya. Cakep nya makin paripurna kalo diliat dari deket. Hahaha.

Ps: Kandidat dari gua sih Jin sama Arjun. Mereka berdua keliahatan paling cocok sama Rea.

Uri-

Tentu saja selain pertimbangan dari Uri. Entah kenapa dia bisa merasakan bahwa Jin memang sosok yang tepat untuknya walau mereka hanya baru saling mengenal hari ini. Apa lagi Jin sudah tahu tentang Gia dan Uri tapi tidak memilih untuk mundur. Dia juga tidak memberi janji-janji manis padanya hanya berkata akan berusaha yang menurutnya terdengar lebih manusia.

Di lain sisi di rumah Jin. Seluruh keluarganya nampaknya sudah tidur karena lampu sudah mati dan suasana sepi. Jin masuk saja menuju kamar mandi untuk membilas diri.

"Sudah pulang?" Begitu terkejutnya Jin ketika sebuah suara menyapanya.

"Astaga buuu. Ngagetin aja." Jin mengelus dadanya berulang kali.

"Hehehe. Ya maaf. Ibu dari dapur ambil air minum. Gimana ih?" Bu Utari bicara.

"Huft. Ya gak tau buk. Tinggal liat aja Rea milih siapa. Aku atau Arjun." Jawab santai Jin.

"Hm, lah kamu nya gimana? Suka gak sama dia?" Tanya Bu Utari membuat Jin tersenyum aneh dan menggaruk kepala belakangnya saja.

"Ya udah gak usah di jawab. Ibu udah ngerti jawabannya. Ibu masuk kamar dulu ya." Bu Utari tersenyum meninggalkan anaknya sendiri.

Jin sendiri mengakui dirinya tertarik pada Rea sejak pandangan pertamanya pada Gia. Selain itu ternyata kepribadian Rea dan pengalaman buruknya entah kenapa justru membuatnya ingin melindunginya hingga akhir. "Pasti sulit selama ini buat dia hidup seperti itu. Kalau dia beneran pilih gua untuk jadi suami nya. Gua janji akan berusaha sekuat tenaga buat nemenin dia entah sesulit apapun itu. Tapi, kalau dia beneran pilih gua, gua juga harus segera ngomong sama bapak ibu kondisi Rea yang sebenarnya. Gua cuma berharap mereka bisa nerima kondisi Rea yang spesial."