Chereads / Dendam Rana / Chapter 9 - Bab 9. Obat Dalam Minuman

Chapter 9 - Bab 9. Obat Dalam Minuman

Tidak lama setelah Sintia mengakhiri telpon dengan Julia, ia mendengar suara mobil masuk ke dalam garasi rumah, pertanda Adrian telah kembali setelah seharian bekerja.

"Kenapa kamu terlambat pulang?" tanya Sintia, ketika Adrian baru saja masuk ke dalam rumah.

"Banyak kerjaan di kantor," jawab Adrian.

"Kemarin-kemarin itu juga yang menjadi alasanmu, aku menelpon pegawai kamu dia bilang kamu sudah pulang sejak dua jam yang lalu, kenapa kamu berbohong Adrian?" tanya Sintia yang mulai emosi karena Adrian mulai berbohong.

"Aku mampir dulu nongkrong sama teman-teman," jawab Adrian kembali.

Sintia menatapnya dengan sangsi, ia merasa Adrian sedang berbohong lagi. Adrian yang mendapatkan tatapan seperti itu dari istrinya merasa kesal dan khawatir jika ketahuan dirinya telah berbohong.

"Apa? Kamu tidak percaya padaku? Terserah jika kamu tidak percaya, suami pulang capek kerja bukannya disambut malah dicurigai," gertak Adrian. Dia melengos meninggalkan istrinya itu untuk menyembunyikan perasaan gugup, dia takut wanita itu bertanya lebih banyak dan akhirnya tahu dia memang sedang berbohong.

Adrian membanting pintu kamar mandi dengan keras, Sintia mendengar itu makin kesal dengan prilaku suaminya.

Keesokan harinya ketika waktu menjelang sore Kirana yang sudah berjanji akan bertemu dengan Zayn keluar dari rumahnya. Namun kali ini dia tidak membawa mobilnya ia memilih untuk memesan taksi online. Sepanjang di perjalanan ia tidak menyadari bahwa Julia dan Sintia telah mengikutinya sejak dari rumah. Kirana mengirim pesan bahwa dia sedang berada di perjalanan dan akan segera tiba kepada Zayn.

Taksi itu berhenti di depan sebuah restoran yang di janjikan Zayn untuk bertemu. Dia turun dan masuk ke dalam restoran itu, begitupula dengan Julia dan Sintia mereka mengikuti Kirana dengan sedikit berahati-hati supaya orang lain tidak curiga dan Kirana tahu bahwa mereka sedang mengkutinya.

"Sepertinya dia akan bertemu dengan seseorang di sini," tutur Julia.

"Kita lihat saja nanti," Sintia menanggapi. Matanya tidak lepas dari sosok Kirana, ia merasa penasaran siapa yang akan di temui oleh Kirana. Mereka memilih duduk di meja salah satu sudut restoran.

Kirana menghampiri Zayn yang sedang menunggunya di salah satu meja.

"Maaf menunggu lama!" sapa Kirana.

"Oh tidak apa-apa, aku banyak waktu luang untuk menunggumu," ucap Zayn.

Kirana duduk di hadapan Zayn. Melihat itu Julia berbinar, ia merasa menemukan ide baru untuk rencananya.

"Sintia sebaiknya kita tunda dulu tentang rencana kita yang kemarin kita bicarakan, aku mempunyai rencana baru," ucap Julia.

"Rencana apa itu Ma?" tanya Sintia.

"Kita manfaatkan situasi ini, aku beruntung melihatnya bersama laki-laki itu," gumam Julia.

Zayn dan Kirana tampak sedang memesan makanan kepada salah satu pelayan, ketika pelayan itu sudah mencatat pesanan, Julia mengikuti pelayan itu ke belakang. Sedangkan Sintia masih menunggu di meja dan belum mengetahui rencana baru yang di maksud oleh mertuanya itu.

"Melihat Julia kembali Sintia pun bertanya, "Apa yang Mama lakukan?"

"Kau akan tau nanti, kita lihat saja!" jawab Julia.

Tidak lama pelayan tadi datang mengantarkan makanan untuk Zayn dan Kirana.

"Terima kasih!" kata Kirana kepada pelayan itu. Pelayan itu mengangguk lau pergi.

"Oh ya ini jaket milikmu, aku belum sempat mencucinya aku pikir ini jaket mahal dan butuh tempat khusus untuk mencucinya. Terima kasih karena kau sudah beberapa kali menolongku," ucap Kirana, sambil menyodorkan jaket milik Zayn.

"Bukan apa-apa, aku senang jika itu membantumu," jawab Zayn.

Setelah mengoborol dan makan sekitar satu jam, Kirana memutuskan untuk pergi dari sana dan pulang ke rumahnya. Namun, tiba-tiba ia merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan tubuhnya.

Dia mersakan sensasi aneh pada tubuhnya lebih khusus pada bagian sensitifnya. Sesuatu mengahangat di sana, dia mulai meracau tak tentu dengan sedikit menggigit bibirnya. Zayn yang melihat itu heran dengan tingkah Kirana, ia mengerutkan keningnya. Melihat ada sesuatu yang tidak beres pada gelas yang baru saja Kirana habiskan, dia lalu mengambil dan memeriksanya, Zayn menghela napas berat.

"Kirana ayo kita pergi dari sini!" ajak Zayn.

"Emh ...." Kirana menjawab dengan sedikit mendesah lalu bangkit dari duduknya.

Melihat mereka akan beranjak dari situ, Julia memerintahkan Sintia itu mengeluarkan ponselnya, "Ini saatnya Sintia cepat ambil gambar mereka!" ujarnya.

Sintia akhirnya mengerti dengan maksud mertuanya itu, ia segera mengambil gambar Zayn dan Kirana. Zayn memegang Kirana yang hampir kehilangan keseimbangannya karena efek minuman yang sudah diberi sesuatu itu. Kirana yang kehilangan kontrol, terus menggoda Zayn dan bergelayut manja pada Zayn.

"Kirana tolong kendalikan dirimu! Ini di tempat umum," pinta Zayn.

"Kalau begitu tolong bawa aku secepatnya! Aku sudah tidak tahan, tolong aku!" kata Kirana dengan memohon.

Zayn membawa Kirana masuk ke dalam mobilnya dan segera meninggalkan tempat itu, wanita itu sudah meracau tidak jelas dan mengosok-gosok leher dan dadanya, " Di sini sangat panas ah ...," ucapnya.

"Ow tolong berhenti Kirana!" seru Zayn, yang melihat Kirana hendak membuka bajunya. Dia pun mulai merasa geliasah. Ada sesuatu dalam dirinya bangkit karena melihat Kirana, tentu saja dia pria normal.

Dia memutuskan membawa Kirana ke salah satu apartement miliknya, karena tidak mungkin ia membawa Kirana pulang dan ibu Kirana mengetahui apa yang terjadi dengan putrinya. Kirana mulai agresif dengan menciumi leher Zayn, sepanjang perjalanan tentu Zayn sangat kewalahan menegndalikan Kirana dan hasrat yang ada dalam dirinya.

Julia dan Sintia terus mengikuti Zayn dan Kirana, mereka pun tidak menyadari bahwa seseorang membuntuti mereka dari belakang. Dan Yang terjadi saat itu tiga mobil beruntun saling membuntuti.

"Kamu lihat Sintia kita beruntung hari ini. Dengan melihat itu Adrian akan berpikir lain tentang Kirana dan tentunya ia akan ragu dengan anak dalam kandungan wanita itu," tutur Julia.

"Kamu benar Ma, aku tidak mengira ini sebelumnya ini akan terjadi. Laki-laki itu telah mempermudah jalan kita," sahut Sintia.

"Tentu saja laki-laki mana yang tidak akan tergoda jika mendapati seorang wanita dalam keadaan seperti itu. Lihat mereka akan masuk menuju apartament itu!" kata Julia, yang melihat mobil yang membawa Kirana masuk menuju sebuah gedung apartement mewah.

"Apa kita akan mengikutinya sampai ke dalam Ma?" tanya Sintia.

"Tentu saja, ini kesempatan bagus aku tidak ingin melewatkan ini," jawab Julia.

Mereka akhirnya masuk ke apartement itu, Sintia bersiap kembali dengan ponsel di tangannya. Mereka melihat Kirana memeluk Zayn dengan begitu bernafsu, Zayn pun merangkul Kirana dengan lembut.

Setelah di depan lift Zayn menerima sebuah panggilan di ponselnya, ia masuk ke dalam lift lalu menjawab panggilan itu. "Bagaimana?" tanyanya pada si penelepon.

"Mereka masih mengikuti Anda Tuan, oh tidak tunggu! Mereka tampaknya memutuskan untuk kembali ke luar," jawab si penelpon.

"Oke awasi mereka! Dan satu lagi kamu tangani pelayan di restoran tadi!" titah Zayn.

"Baik Tuan!" panggilan itu pun terputus.

Rupanya Zayn sudah menyadari kehadiran Julia dan Sintia sejak mereka tiba di resoran itu. Maka dari itu, ia mengirim pesan memerintahkan anak buahnya untuk mengawasi mereka. Namun dia tidak menduga jika wanita jahat itu akan memberikan sesuatu pada minuman Kirana.

Julia dan Sintia melangkah ke luar menuju mobilnya dengan melewati anak buah Zayn. Orang itu bisa mendengar sedikit percakapan antara mertua dan menantu itu.

"Ini sudah lebih dari cukup, ayo kirimkan pada suamimu foto-foto itu! Aku yakin dia pasti akan membenci Kirana saat ini juga!" ujar Julia.