Chereads / Dendam Rana / Chapter 10 - Bab 10. Kesaksian Pelayan Restoran

Chapter 10 - Bab 10. Kesaksian Pelayan Restoran

Sintia menuruti perintah ibu mertuanya, dia mengirimkan foto-foto Kirana bersama Zayn kepada Adrian. "Sudah beres Ma, aku ingin mengetahui bagaimana reaksinya setelah melihat ini," ucap Sintia.

Baru saja Sintia mengucapkan kata terakhirnya, Adrian langsung menelponnya.

"Apa maksud dari foto-foto ini," tanya Adrian, setelah Sintia mengangkat panggilannya.

"Ya kau bisa lihat sendiri bukan foto apa itu? Dan kamu tahu apa yang akan terjadi selanjutnya kepada mereka, aku dan Mamamu tidak sengaja melihatnya di restoran tadi dan kita ikuti," jelas Sintia.

Julia mengambil ponsel yang ada dalam gengaman Sintia, "Adrian ini benar nyata, Mama melihatnya sendiri ternyata dia memang wanita rendah. Dari luar saja nampak polos ternyata itu hanya topeng dan Mama yakin juga jika anak dalam kandungannya memang bukan anakmu," ucap Julia dengan menggebu-gebu.

"Sekarang kalian ada di mana?" tanya Adrian.

"Di apartement Realheaven!" jawab Julia.

Adrian langsung menutup ponselnya, dan segera beranjak dari ruangannya menuju tempat yang Julia sebutkan. Dia sangat yakin Kirana tidak seperti yang ibunya katakan, laki-laki itu pasti yang menjebak Kirana agar masuk ke dalam perangkapnya dia masih mengingat jelas ucapan laki-laki itu ketika di pemakaman ayah Kirana, dia berpikir harus menyelamatkan Kirana secepatnya.

"Aku yakin dia akan menyusul kita ke sini," ucap Sintia. Dia merasa sebal jika benar itu terjadi, berarti Adrian masih saja memperhatikan Kirana dan belum bisa untuk melupakannya.

"Biar saja dia melihat dengan mata kepalanya sendiri," kata Julia. Dia begitu yakin Adrian akan membenci Kirana setelah ini. Tidak lama kemudian mereka melihat mobil Adrian, dengan terburu-buru Adrian keluar dari mobilnya dan langsung masuk untuk bertanya pada resepsionis apartement.

"Apa kau melihat perempuan ini bersama laki-laki ini?" tanya Adrian, menunjukan foto yang di kirimkan Sintia padanya.

"Maaf Pak saya tidak bisa memberikan informasi penghuni apartemen!" tolak resepsionis itu. Dia tahu Zayn orang sangat berpengaruh di tempat itu, oleh karena itu dia tidak berani memberitahukannya.

"Dia telah menjebak pacarku, ini bisa dikatakan tindakan kriminal, cepat katakan sebelum aku memanggil polisi dan membuat keributan di sini!" ancam Adrian. Julia yang sudah ada di dekatnya bersama Sintia mencoba menenangkan Adrian.

"Sabar Adrian!" ucap Julia.

Sintia mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu dalam tasnya untuk ia serahkan kepada resepsionis itu. "Kau tidak perlu khawatir, kami tidak akan membuat keributan, hanya ingin memastikan dia berada di sini atau tidak," ucap Sintia.

Resepsionis itu tampak ragu untuk memberitahukan, tetapi ketika ia melihat uang yang di sodorkan Sintia ia akhirnya menyerah dan memberitahukan nomor unit yang di tempati Zayn.

Mereka naik ke lantai tujuh sesuai informasi dari resepsionis tadi, Adrian nampak gelisah begitu juga dengan Sintia yang sedari tadi memperhatikan suaminya itu, ia merasa kecewa dan marah dengan perilaku suaminya yang berlebihan untuk Kirana.

Saat pintu lift terbuka, Adrian segera menghambur keluar dan menuju nomor unit yang dituju, sedangkan ibu dan istrinya berusaha menyusul di belakang. Setelah sampai Adrian langsung memencet bel, untuk sesaat tidak ada reaksi di balik pintu. Dia mencoba lagi memencet bel beberapa kali dengan tidak sabar.

Tidak lama pintu itu terbuka, melihat Zayn yang membuka pintu Adrian langsung masuk ke dalam, "Di mana Kirana?" tanya Adrian, pandangannya menyapu ke seluruh ruangan.

"Ada apa ini? Kau sungguh lancang!" ucap Zayn.

"Kami tahu Kirana bersamamu, tadi kami melihatnya," kata Julia.

"Mengapa kalian begitu yakin Kirana berada di sini?" tanya Zayn dengan santai, ia duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya.

"Jangan bertele-tele! Cepat katakan di mana dia?" Adrian menghampiri Zayn dan langsung memegang kerah baju Zayn. Dia tidak mendapati Kirana di seluruh ruangan, dia semakin cemas jika Zayn berbuat sesuatu yang buruk kepada Kirana.

Zayn menepiskan tangan Adrian dengan sedkiti menyunggingkan senyum, "Apa kau khawatir padanya? Bukankah kau sudah tidak ada hubungan apa pun lagi dengannya? Apa kau cemburu?" tanyanya.

Adrian yang sedari tadi tampak cemas dan gelisah semakin naik pitam dengan sikap Zayn. Sintia sedang bersender dengan melipat kedua tangannya di depan pintu dan menyaksikan itu, semakin yakin jika Adrian memang masih sangat peduli dengan Kirana.

Julia yang melihat situasi itu langsung berkata, "Jangan konyol! Mana mungkin anakku cemburu, dia hanya ingin memastikan bahwa perempuan yang mengaku hamil anaknya Adrian itu adalah hanya seorang wanita murahan dan tidak akan terus menerus mengganggu anakku lagi."

Sebenarnya ia sendiri merasa heran karena tidak menemukan Kirana di dalam sana, kemana wanita itu? Tidak mungkin Kirana keluar apartemen dalam keadaan seperti itu.

Tidak lama datang beberapa orang masuk mengalihkan perhatian mereka, salah satunya pelayan restoran yang tadi memberikan minuman untuk Kirana. Melihat itu sontak saja Julia dan Sintia merasa terkejut dan cemas. Bagaimana bisa pelayan itu ada di sini?

"Siapa mereka?" tanya Adrian.

"Mereka adalah orang-orang yang aku suruh untuk mencari tahu sesuatu, dan tentang pelayan itu kau bisa tanyakan kepada ibumu!" ujar Zayn dengan menunjuk pelayan restoran yang sedang menunduk.

"Apa maksudnya dengan semua ini? Ma, memangnya kenapa dengan pelayan itu?" tanya Adrian kepada ibunya.

"A-Adrian dia pasti menjebak kita, dia akan memfitnah Mama, dia pasti sudah merencanakannya," ucap Julia.

"Katakan! Ada apa memangnya kau dan Mamaku?" tanya Adrian kepada pelayan restoran itu. Ia tidak menghiraukan ibunya, karena dia bisa menebak ibunya sedang berbohong karena terlihat gelisah tanda sedang menyembunyikan sesuatu.

"Ibu ini tadi menyuruhku memasukan obat ini untuk makanan yang akan di berikan kepada teman wanita Tuan ini," tutur pelayan itu. Ia mengeluarkan sesuatu dalam sakunya, dan beberapa lembar uang yang tadi diberikan Julia sebagai imbalan meluluskan rencana jahatnya.

Adrian mengambil obat dari tangan pelayan itu, dia bisa tahu obat macam apa itu dan reaksi yang akan ditimbulkan jika obat itu di konsumsi. Matanya berubah menyalak dan menatap ibunya, "Apa benar yang dia katakan Ma?"

Julia gugup dan ketakutan namun ia masih mencoba untuk mengelak, "Tidak Adrian dia bohong, pasti laki-laki itu yang menyuruh pelayan ini berbohong untuk memfitnah Mama," belanya dengan menunjuk kepada Zayn.

Zayn tersenyum sinis mengangkat sebelah alisnya, begitu liciknya wanita ini. Dia memberi perintah kepada anak buahnya untuk menunjukan sesuatu kepada Adrian. Anak buahnya menuruti perintah Zayn, ia memberikan sebuah rekaman CCTV restoran yang menunjukan Julia sedang berinteraksi dengan pelayan itu, memberikannya obat dan uang di sebuah lorong restoran.

Selain itu ada rekaman lain yang menunjukan perilaku ibu mertua dan menantu jahatnya sedang membuntuti Kirana dan Zayn.

Adrian berang merasa ditipu oleh ibu dan istrinya, "Kalian harus menjelaskan ini padaku!"

"Adrian aku tidak tahu menahu tentang obat yang diberikan ibu untuk Kirana," elak Sintia.

Julia merasa kecewa dengan ucapan Sintia dan menatapnya kesal, bukankah dia juga ikut terlibat dengan rencananya, walaupun tidak secara langsung.Rupanya Sintia mencoba menyelamatkan diri dan melimpahkan semua kesalahan kepada Julia.

"Lho itu benar kan Ma? Aku sama sekai tidak tahu tentang rencana Mama memberi obat itu," ucap Sintia kepada Julia. Sintia mengerti dengan tatapan ibu mertuanya itu.

"Sebaiknya kalian menyelesaikan urusan keluarga kalian di luar saja! Aku tidak ingin di sini terjadi kericuhan," ujar Zayn.

Adrian yang masih penasaran di mana Kirana kembali bertanya pada Zayn, "Lalu di mana Kirana sekarang?"

"Kirana sudah bukan urusanmu lagi!" jawab Zayn.