Chereads / Dendam Rana / Chapter 11 - Bab 11. Kau Sangat Menggoda

Chapter 11 - Bab 11. Kau Sangat Menggoda

Masih dengan tatapannya yang tajam, "Meskipun hubunganku dengannya sudah selesai, setidaknya aku mengenalnya lebih lama dibandingkan dirimu yang hanya orang asing baginya," jawab Adrian.

Sebenarnya dia ingin mengatakan bahwa dia sangat khawatir dengan Kirana dan anak yang ada dalam kandungannya, namun dia menyadari ada Sintia di sana.

"Benarkah jika aku asing baginya? Mengapa dia lebih mempercayaiku dibanding dirimu ketika di hari ayahnya meninggal?" balas Zayn.

Adrian dan Zayn saling menatap tajam terasa aura persaingan di antara mereka, Sintia yang meihat itu mendengus keluar meninggalkan mereka, Julia menyadari kekesalan Sintia.

"Adrian sudah! Untuk Apa lagi kamu mempedulikan Kirana? Lihat Sintia jadi merasa kesal," ujar Julia, dia lalu ikut keluar dan mengejar Sintia.

"Sintia tunggu! Maafkan ucapan Mama tadi ya, Mama merasa terdesak dan tidak menyangka jika laki-laki itu akan mengetahui rencana kita," kata Julia, membujuk agar menantunya itu tidak marah kepadanya. Bisa runyam jika hubungan di antara dia dan menantu kayanya itu memburuk.

Sintia tidak menghentikan langkahnya dan terus berjalan tanpa menghiraukan ibu mertuanya.

"Dan Mama yakin Apa yang dilakukan Adrian itu hanya karena khawatir sebatas hubungan seseorang yang pernah saling mengenal, bagaimanapun juga kan mereka pernah bersama tolong mengerti dia! Aku yakin dia sangat mencintaimu," sambung Julia kembali, ketika mereka sudah masuk ke dalam lift.

"Aku menyesal melakukan rencana ini bersamamu Ma," ucap Sintia pada akhirnya. Selain mendapat tuduhan dari Adrian, ia juga harus menyaksikan kekhawatiran suaminya kepada wanita lain dan itu merupakan suatu penghinaan baginya.

"Sintia ini adalah rencana yang tidak kita rencanakan dengan matang sebelumnya jadi kita gagal. Mama tidak akan menyerah, bukankah jika ini berhasil kau juga yang diuntungkan?" ucap Julia.

"Terserah Mama! Aku lelah mau pulang, Mama pulang saja naik taksi!" pungkas Sintia, lalu pergi menjauh meninggalkan Julia.

Julia menghela napasnya dengan kasar rencananya berantakan. Tadi dia yakin ini akan berhasil tapi nyatanya semua gagal berantakan., semua ini atas campur tangan laki-laki itu. Rupanya dia menyadari telah salah perhitungan tentang laki-laki itu, siapa laki-laki muda itu? tanya hatinya.

Tidak lama ia melihat Adrian keluar dari lift melihat ekspresinya dia tahu anaknya itu sangat marah.

"Adrian Mama mengakui jika Mama memang yang menyuruh pelayan itu, tapi itu Mama lakukan demi kebaikanmu juga untuk menjauhi wanita itu tolong fokus saja sama istrimu tidak usah pedulikan lagi dia!" ucap Julia.

"Sebaiknya Mama Tidak usah mengganggu lagi Kirana! Aku bisa mengatasi diriku sendiri," tentang Adrian.

"Apa kamu masih mencintai dia?" tanya Julia dengan menghadang Adrian di depannya.

Adrian memalingkan mukanya dan menjawab, "Tidak!"

Mendengar jawaban putranya Julia tersenyum lega, "Bagus memang seharusnya begitu, karena saat ini kamu sudah menikah dan akan menjadi seorang ayah, ingat itu!" tegas Julia.

Adrian kembali teringat dengan calon bayi yang dikandung Kirana, haruskah anak itu terlahir tanpa seorang ayah? Dia begitu dilema.

Kirana membuka matanya perlahan, dia melihat cahaya remang-remang di sekitarnya. Dia mencoba mengingat-ingat kembali kejadian ketika di restoran, sejak mulai bersikap aneh karena reaksi tubuhnya hingga akhirnya dia bisa terbangun di tempat asing itu. "Ah apa yang terjadi denganku?" gumamnya.

Dia merasa lega mendapati dirinya masih berpakaian lengkap setelah terjadi hal yang tidak wajar dengan tubuhnya tadi. Ia bangun secara perlahan kemudian mencari sesuatu di sekitarnya.

"Kau sudah bangun?" tanya Zayn, yang muncul di dekat pintu. Kirana melihat ke arahnya dengan tatapan sinis.

"Apa yang kau lakukan padaku?" tanya Kirana, dia menduga jika apa yang terjadi padanya adalah ulah Zayn.

"Aku membawa kamu kemari lalu ...."

"Brengsek semua laki-laki sama saja!" potong Kirana. Ia bangkit menyibakkan selimut lalu meraih ponselnya di meja melewati Zayn dan hendak keluar. Namun, ketika ia akan membuka pintu ia merasa semakin marah karena pintu itu terkunci.

"Tolong keluarkan aku dari sini!" teriak Kirana.

Zayn yang masih bersikap tenang lalu ia berkata, "Kau belum mendengar penjelasanku." Dia menghempaskan tubuhnya di sofa menatap Kirana.

"Kau benar-benar brengsek! Rupanya kau sadari awal mendekatiku dan merencanakan ini," ucap Kirana.

Zayn tersenyum mendengar ucapan Kirana, "Sini duduklah! Aku akan jelaskan padamu dan aku pasti membukakan pintu itu untukmu setelah kau mendengarku," pinta Zayn.

"Baik cepat katakan! Atau aku akan menelepon polisi," ancam Kirana.

"Coba saja jika kau mau! Tapi sebelum polisi sampai kemari kau harus melihat ini dulu!" kata Zayn. Dia meletakkan sebuah ponsel dan memutarkan rekaman Julia dan pelayanan restoran tadi. Kirana penasaran dengan rekaman itu lalu mengambil ponsel yang diletakkan di meja.

Kirana membulatkan matanya tak percaya, di rekaman selanjutnya terdapat dirinya yang sedang menggelayut manja dan menciumi Zayn bertubi-tubi begitu bernafsu. Mukanya memerah karena merasa malu dengan tingkahnya. Dan kini ia semakin merasa malu menatap Zayn karena sudah menuduhnya yang melakukan perbuatan tercela itu.

Zayn meneguk minumannya sambil melihat ekspresi Kirana yang tampak salah tingkah.

"Jadi i-ini perbuatan ibunya Adrian, aku pikir--"

"Kamu pikir aku pelakunya? Jika aku menginginkanmu, aku akan memintanya langsung padamu tanpa harus menjadi pecundang," potong Zayn.

"Lalu kenapa kau membawaku kemari dan bagaimana aku bisa tertidur di sini?" tanya Kirana.

"Aku tidak mungkin membawamu pulang ke rumahmu sebelum membawa bukti. Ibumu pasti berpikir hal yang sama dengan tadi yang kamu pikirkan dan masalahnya akan menjadi runyam, aku tadi memanggil dokter untuk menghilangkan efek obat yang kau minum dan kau tertidur disini," jelas Zayn.

"Lalu untuk apa Ibu Adrian melakukan itu? Aku sungguh tidak menginginkan Adrian kembali padaku," lirih Kirana.

"Dia mengirimkan foto mesra kita berdua pada Adrian, lalu tidak lama Adrian datang kemari lebih tepatnya ke unit sebelah karena aku di sana. Dia tampak sangat mengkhawatirkanmu," ucap Zayn.

"Mengapa dia menghawatirkan aku?" tanya Kirana.

"Mana aku tahu, Mungkin dia masih mencintaimu," jawab Zayn.

Kirana tersenyum kecut, "Dia sudah mencampakkan aku! Untuk apa lagi mengkhawatirkan aku?"

"Apa kau masih mencintainya?" tanya Zayn.

"Setelah Apa yang dia lakukan, aku tidak tahu lagi apa itu cinta," jawab Kirana. Mungkin perasaan dikhianati menutupi perasaan cinta yang pernah ia puja sebelumnya.

Zayn terdiam, dia tahu Kirana masih mencintai Adrian perasaan itu tidak akan mudah hilang begitu saja.

"Aku harus pulang tolong buka kuncinya dan ... terima kasih. Kali ini kau sudah menolongku lagi!" ucap Kirana.

"Ya, ibumu pasti menunggumu," ucap Zayn, sambil bangkit dan membukakan pintu untuk Kirana. Bukannya langsung keluar wanita itu malah bertanya kepada Zayn.

"Mengapa kau tidak mencegahku untuk tetap tinggal? Apa sekarang kau tidak menginginkan aku? Apa aku tidak cukup menggoda bagimu?" tanya Kirana dengan pelan.

Zayn kaget dan heran dengan pertanyaan yang Kirana lontarkan padanya. Ada apa dengan wanita ini? pikirnya. Dia lantas menutup kembali pintu itu, melangkah mendekati Kirana dan menatapnya.

"Haruskah aku mengatakannya? Baiklah, kau sangat mengoda. Aku ingin kau tidak pergi sekarang! Aku sangat menginginkanmu," ucap Zayn, yang semakin mendekati Kirana.

Kini tubuhnya telah menempel dengan tubuh Kirana yang bersender di dinding, menatap ke dalam manik Kirana.