"Oh begitu," sahut Nia seolah tidak peduli.
"Ya sudah, kamu pulang naik taksi saja sekarang, aku harus kembali ke rumah sakit," ujar Ridwan.
Nia hanya mengangguk saja menyetujui. Dia memang tidak betah berlama-lama bersama Ridwan. Lelaki itu terlalu mendominasi dirinya. Bukan cuma itu Ridwan terkesan menyepelekan dan merendahkan Nia, mungkin karena dia merasa sudah menyelamatkan hidupnya dan membuat bergantung padanya.
Tidak bisa dibayangkan, bagaimana Nia bisa hidup dan menghabiskan masa tuanya dengan lelaki seperti Ridwan. Dia memang tidak pernah kasar, tetapi kata-katanya selalu membuat perasaan Nia cedera.
Setelah kepergian Ridwan, Nia tidak langsung pulang ke rumahnya, dia berniat menuju ke suatu tempat. Setelah menaiki sebuah taksi, dia turun di sebuah pabrik di kawasan industri.
Panasnya cuaca hari itu tidak menyurutkan Nia untuk berjalan masuk ke dalam pabrik, yang berjarak sekitar sepuluh meter dari gerbang depan.
