Suara Marta mengejutkan Ayah Renata, yang sedang memandangi setelan jas berwarna hitam.
"Aku tidak ingin Mas datang ke sana," imbuh Marta kembali.
"Kenapa, bukankah mereka juga mengirim kamu gaun untuk dikenakan besok?"
"Kamu ingin melihat bagaimana puasnya Riko dan Renata yang meledek kita. Mereka pasti merasa berada di atas awan besok. Aku tidak mau, lagi pula pestanya tidak meriah-meriah amat, aku dengar mereka hanya mengundang lima puluh orang saja."
"Bukan itu yang menjadi masalahnya. Meriah ataupun tidak, aku harus datang karena mempelai wanita adalah putriku," sergah ayah Renata.
"Mas, kamu masih menganggap Renata sebagai anakmu sedangkan dia sendiri sudah membuangmu. Jika dia tidak membuangmu harusnya Dia datang sendiri ke rumah ini dan mengantarkan jas untukmu. Dan seharusnya juga tidak ada surat perjanjian, yang harus kita tanda tangani untuk tidak mengganggunya. Itu artinya Renata sudah membuang kita, membuangmu, ayahnya!"
