Chereads / Tsundere Love / Chapter 2 - 2. Setuju!

Chapter 2 - 2. Setuju!

Aku meremas kemasan air gelas yang isinya telah habis olehku dan melemparkannya pada Roni yang asyik menyeruput kuah mie goreng rasa sotonya, ngawur sekali ucapannya itu. Aku normal, bahkan aku masih sering memimpikan orang yang kucintai tapi menyakitiku. Bayang-bayang wajahnya yang cantik, rambutnya yang hitam legam tentu masih teringat jelas dalam pikiranku.

"Tau ah bayar sendiri makanan lo!" ucapku marah, bukannya membantu untuk melupakan wanita yang aku pikirkan, Roni semakin mengungkit luka lama yang masih basah.

"Lah perjaka tua ngambek ceritanya nih?"

Aku mendelikkan mataku, dan memilih kabur, tidak jadi mentraktir temanku yang sungguh tidak berperikemanusiaan itu.

Di tengah perjalananku ke arah mobilku, aku mendengar teriakannya yang menyebut nama yang terpatri dalam jiwaku.

"KALISTA BENTAR LAGI BALIK DARI JEPANG LOH? YAKIN NGGAK MAU NYAMPERIN?!"

Teriakan Roni sempat membuat aku berhenti melangkah, dan berdiri kaku, namun setelah kesadaran menghantamku, aku lebih memilih cepat-cepat masuk ke dalam mobil ku.

Di dalam mobil aku masih mendengar teriakan sahabatku. "WOYYY!!! BAYAR WOYYY!!! JANGAN LANGSUNG KABUR LO!!"

Perkataan terakhir Roni terus terngiang di kepalaku. Kalista bakal balik ke Indonesia? Aku harus cepat-cepat memiliki gandengan sebelum dia pulang ke bumi pertiwiku ini.

Menyalakan mobil aku menjalankan mobilku untuk berkunjung ke rumah orang tuaku. Memikirkan rencana di otakku aku semakin bersemangat agar cepat sampai ke rumah.

Tok tok tok

Aku mengetuk pintu namun tidak ada yang keluar untuk membuka pintu. Mencoba peruntungan aku coba membuka pintu dan dan ternyata pintunya tidak di kunci. Aku bingung dengan suasana rumah yang sunyi. Namun semakin kakiku melangkah memasuki rumah aku bisa mendengar percakapan orang tua ku dan dua suara asing.

"Sebenarnya aku tidak setuju dengan rencana ini, aku juga harus memikirkan perasaan, Panji."

Itu adalah suara mamaku.

"Tapi Mbak, aku yakin masa depan Panji akan jauh lebih baik kalo menerima rencana kita."

Kali ini aku tidak tahu ini suara siapa, tapi jika aku amati dari percakapan yang kudengar, dan pengalaman menonton film, aku yakin mereka ingin menjodohkan aku seperti di film-film. Nah kebetulan yang baik. Aku segera keluar dari persembunyianku di balik tembok.

"Pa, Ma, AKU SETUJU!"

Aku melihat ekspresi mereka berempat yang terkejut.

"Setuju apa anakku?" Papa bertanya padaku.

Dan dengan penuh percaya diri aku menjawab, "Aku setuju dijodohkan, Ma, Pa, Om, Tante, Aku mau pernikahannya dilaksanakan tiga hari lagi ya, Ma. Untuk urusan pernikahannya aku serahin ke Mama ya. Dan sebelum hari pernikahan aku harap aku nggak perlu bertemu dengan calon istriku ya, supaya lebih spesial. Soalnya aku mau mengurus pekerjaanku yang belum selesai supaya bisa honeymoon, berdua sama istriku. Makasih Ma, Pa, Om, Tante."

Ekspresi mereka yang masih terkejut, membuatku lebih memilih untuk kabur, aku tidak mau diinterogasi oleh mamaku. Lagi pula kupikir, mereka akan lebih leluasa membicarakan tentang rencana pernikahanku.

Aku pergi ke rumahku setelah mengatakan keinginanku. Dan sepertinya aku harus benar-benar sibuk besok, kerjaanku yang setumpukan itu harus aku selesaikan dalam waktu tiga hari. Ah terserah lah, yang penting saat dia pulang, aku bisa membuktikan bahwa aku sudah move on darinya.

Aku baru saja merebahkan tubuhku di kasur empukku saat telpon di genggamanku berdering dan menampilkan sebuah ikon hati.

"Halo, Ma?"

"Halo, Panji, mama mau tanya, yang tadi kamu katakan di ruang keluarga adalah kebenaran?"

Aku tahu. Mama pasti khawatir kenapa anaknya yang betah dengan status jomblonya selama tiga tahun, tiba-tiba mau menikah.

"Iya ma, aku yakin apapun pilihan mama dan papa adalah yang terbaik. Dan aku janji akan menjalani kehidupan pernikahanku dengan baik. Walau aku belum mengenal perempuan pilihan mama, tapi aku akan lebih mengenalnya lagi saat aku dan dia sudah terikat di dalam pernikahan."

Aku tidak mungkin bilang, ingin cepat-cepat menikah karena dia akan pulang kan pada ibuku? Bisa-bisa aku dikutuk jadi batu oleh ibuku.

"Hmm ... baiklah, anak mama sudah besar ternyata. Sesuai dengan permintaan anak kesayangan Mama, pernikahan akan dilaksanakan tiga hari lagi. Dan anak mama cukup bawa diri aja. Untuk baju pernikahannya nanti asisten Papa yang kirim paketnya ke kamu ya, nak. Dan jangan menolak, Mama and Papa juga mau membantu pernikahanmu, karena kamu adalah anak satu-satunya kami, jadi biarkan kami ikut berkonstribusi dalam pernikahanmu."

Tidak sulit untuk keluargaku menyiapkan pernikahan mewah dalam waktu tiga hari, apalagi aku adalah anak satu-satunya yang selalu mereka manjakan.

Eitss tapi aku tidak selalu manja pada mereka, aku juga harus sadar bahwa kesuksesan itu harus di raih dengan kerja keras. Jadi di setiap jenjang sekolah aku selalu berusaha untuk menjadi nomer satu, agar tidak usah bayar spp, dan ataupun mendapat beasiswa prestasi agar tidak terlalu merepotkan mereka.

"Makasih, Ma. Sayang Mama ummach ..."

Tut tut tut ...

"Yah telponnya udah mati. Pasti Papa nih yang cemburunya lagi kumat."

Aku mengomel di depan hpku yang menampilkan layar hitam. Pasti papa yang memutuskan telponku pada mama, tanpa tahu aku yang menelpon. Papa kan super duper posesif kalo menyangkut mama.

Ponselku kembali berdering.

"Iya Ma?"

"Maaf ya sayang, ini papa mu langsung memutuskan telpon habis denger nada ummach kamu itu."

"Bilangin ke papa ma, jangan terlalu cemburu, apalagi ke anak sendiri." Ejek ku.

"Duh Ax, tangannya diam dulu, siniin hpnya." Terdengar omelan mama pada papa dari seberang telpon.

"Aduh jangan ganggu dulu, Ax!" teriak Mama dari seberang telepon.

Oke sepertinya Papa dan Mama lagi di mode tidak boleh di ganggu, jadi aku memilih untuk mematikan sambungan telponku.

Aku memilih tinggal sendiri. Untuk memberikan waktu Papa dan mamaku waktu bermesraan mereka. Lagi pula aku memilih untuk tinggal di rumah yang letaknya tepat di depan rumah orangtuaku dan hanya terpisah oleh jalan untuk mobil atau kendaraan penghuni kompleks perumahan Indah Asri melintas.

Ah lebih baik aku cepat beristirahat agar setelah bangun lebih fresh dan bisa mengerjakan pekerjaanku dengan optimal. Tapi aku lebih memilih untuk membersihkan tubuhku dan mengisi perutku yang sebelumnya hanya terisi air dengan makanan yang mengenyangkan.

Setelah wangi, aku menghampiri lemari di dapurku dan membukanya. Biasanya mama juga menyiapkan sekotak lauk untuk ku. Aku mengambil tupperware berwarna ungu dan membuka isinya. Rupanya ada bebek goreng kesukaanku. Aku yakin di kulkas ada sambal mangga dan kemangi. Benar saja saat aku membuka kulkas ada dua tupperware putih dan kecil yang berisi sambal mangga dan daun kemangi yang dipisahkan.

Menepuk perutku yang menjadi lebih padat. Aku memilih duduk bersantai di sofa yang ada di depan tv. Menonton berita membosankan tentang gosip artis terkini. Wah ternyata sekarang adalah musim kawin. Untung saja aku tidak ketinggalan trend yang satu ini. Tanpa sadar mataku mulai memberat, dan suara presenter di tv yang membacakan berita gosip terkini semakin terdengar tidak jelas di telingaku. Dan semuanya menjadi gelap.