Chereads / Tsundere Love / Chapter 3 - 3. Proposal

Chapter 3 - 3. Proposal

Kuk kuruyukkkk kukuruyuk.

Terbangun. Aku merenggangkan tubuhku yang pegal di beberapa bagian. Ah rasanya tidak enak sekali tidur sambil duduk di sofa. Aku mematikan tv ku yang menampilkan garis-garis warna warni. Melihat jam yang menunjukkan pukul tiga pagi, aku beranjak ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dan merasa segar, aku menjalankan kewajibanku. Karena merasa masih pegal aku memilih untuk kembali tidur di kasur empukku. Dan menyetel alarm jam 4.50 pagi.

Tininit tininit.

Aku terbangun rasanya aku tidur hanya sebentar, dan timbul keinginan untuk kembali tertidur. Tininit tininit. Tapi seperti alarm berkata lain. Aku kembali bangun dan mandi. Bersiap-siap ke kantor. Menghidupkan alat penyeduh kopi aku mengoleskan selai kacang di atas roti bakarku. Hah secangkir kopi panas dan roti bakar. Aku mau makan nasi, batinku. Hah sebentar lagi aku juga akan punya istri yang akan menyiapkan sarapanku. "Yes! Aku akan makan nasi!"

Menyelesaikan sarapanku dengan cepat. Aku menaiki mobil putihku untuk pergi ke kantor. Melihat jam tangan ku waktu menunjukkan jam 6.30. Aku lebih memilih berangkat ke kantor pagi-pagi untuk menghindari macet yang sangat parah di ibu kota.

Perusahaan PT Aeterna IT Tbk. Dimana adalah perusahaan yang mengembangkan aplikasi keuangan dan keamanan di bidang teknologi. Juga mengembangkan beberapa aplikasi yang mempermudah kegiatan manusia seperti alat pemesanan tiket pesawat. Kita harus mengikuti perkembangan dunia. Sekarang sudah banyak hal yang digantikan oleh teknologi yang tujuannya untuk membantu manusia agar dapat menjalankan kegiatan lebih mudah. Tentu kita harus mempersiapkan diri dan menyesuakan diri dengan perkembangan zaman yang serba teknologi ini dan kalau bisa harus kita manfaatkan. Beginilah bagaimana aku menjelaskan pemikiranku pada calon pemegang saham agar mau menanamkan modalnya di perusahaan kami.

Kenapa aku datang pagi-pagi padahal jam kerja kantor jam 8.30 ? Karena ini adalah kebiasaanku, dan karena aku tidak mau membuang-buang waktuku di tengah jalan.

Aku sampai di kantorku, membalas sapaan semua karyawan dengan anggukan dan senyuman. Penting untuk menjaga hubungan kerja dengan baik, namun juga harus bijaksana dalam menilai pekerjaan mereka.

"Pagi ma bro!" Sapa sahabatku, Roni, yang juga menjadi sekertarisku.

"Yo!" Balasku singkat. Mengarahkan jam yang ku pakai pada alat yang berbentuk seperti alat pengharum ruangan otomatis yang dibuat berlapis baja untuk memindai identitasku sebagai pemilik ruangan.

Setelah terdeteksi akan berbunyi. "Welcome Mr. Panji Bagaskara as CEO of PT Aeterna IT Tbk."

Dan pintu akan terbuka jika id yang diberikan memang sesuai dengan sandi pintu ruangan. Dan biasanya alat yang ditanamkan id profil bisa berupa jam, cincin, ataupun kartu biasa.

Penggunaannya, pintu hanya bisa dibuka jika pemilik id telah menghubungkannya ke alat pendeteksi. Dan jika pemilik id ada di dalam ruangan pintu bisa bebas terbuka, atau harus memerlukan ijin terlebih dahulu dari pengguna id, semua itu tergantung dari kemauan pemilik id.

Roni ikut masuk ke ruanganku. Aku meletakkan tasku di atas meja. Membuka kancing jasku dan duduk di kursi kebesaranku. Menunggu Roni membacakan kegiatanku.

Tak kunjung mendengar suara Roni, aku menegurnya, "Jadwal ku hari ini?"

"Hehehee udah nggak marah nih Pak bos?"

Huh dia malah mengingatkanku tentang kejadian kemarin. Aku memberikannya lirikan tajam.

"Ehem. Maaf, Pak Panji. Jadi siang ini di Restoran Plataran Dharmawangsa jam 11.10 bapak ada pertemuan dengan Pak Ali untuk membahas perjanjian proyek kerja sama perusahaan. Jam 14.30 ...."

Mendengar Restoran Plateroze yang terletak di Jakarta Selatan sudah bisa aku bayangkan makanan apa yang akan aku pesan, sate ayam, onde mande, Ayam Plateroze, dan Platroze Tea adalah menu yang aku suka, membayangkannya membuatku lapar, ini pasti karena aku belum makan nasi.

"Roni-Roni ..." Aku menghentikan Roni yang masih terus berbicara tapi karena aku yang kehilangan fokus saat mendengar nama restoran kesukaanku membuat aku menghentikan semua perkataan Roni.

"Iya Maaf Pak bos, Ada yang salah?"

"Tidak ada, kirimkan saja jadwal emailnya ke gmail saya, dan antarkan berkas yang harus saya tanda tangani, dan tolong hubungi Pak Wanda, bilang saya menitip 2 nasi padang dan 2 gelas es teh di depan kantor dan antarkan ke ruangan saya. Ini uangnya." Aku memberikan uang 200 ribu rupiah pada Roni.

"Dua nih? Satunya buat gue?" tanya Roni.

"Kagaklah itu buat Pak Wanda, lagian lo pasti bawa bekal kan? Istri lo pasti marah kalo tahu bekalnya nggak di habisin." nasehatku penuh pengertian.

Dan dengan wajah tertunduk pasrah sahabatku berkata, "Duh iya-ya apalah daya, yang udah punya istri. Ops! Hahahahaa."

Dasar! Rupanya dia hanya mau mengejekku. Lihat saja nanti saat aku sudah menikah, akan aku minta istriku membuatkan aku bekal satu rantang dan akan aku pamerkan di depan wajah sahabatku itu.

"Udah-udah sana, merusak mood kerja saja," usirku.

"Siap Pak Boss. Pagi-pagi udah sensi aja," sindirnya.

Aku yang sedang memegang berkas untuk ku teliti, hampir saja menggetok kepalanya dengan berkas di tanganku. Kalau saja Roni tidak cepat-cepat kabur dari hadapanku.

Tok tok tok.

"Ya masuk." Aku memang tidak menggunakan sistem penguncian ruangan untuk saat ini. Rasanya malas untuk harus memindai jam tanganku di alat pemindai di bawah mejaku, hanya untuk mengijinkan seseorang masuk ke dalam ruanganku.

"Hehehe ... ini ya pak bos dokumennya." Setelah meletakkan tumpukan dokumen diatas mejaku, Roni langsung pergi tanpa meninggalkan jejak.

Aku menghela napas melihat tumpukan dokumen di atas mejaku. Orang mungkin hanya melihat kesuksesan orang lain dapat diraih dengan mudah, karena melihat apa yang orang sukses itu dapat, seperti banyaknya uang, mobil, rumah, pakaian yang bagus. Padahal itu semua didapatkan dengan kerja keras, tentu sebelum berhasil beeada di puncak, ada rintangan yang harus dihadapi. Karena kesuksesan tidak didapat dengan mudah, tentu ada usaha yang harus dilakukan.

Tok tok tok

"Ini bos nasi padang dan es tehnya." Rupanya itu adalah Roni, Ronimrletakkan nasi padang dan es teh diatas meja untuk tamu."

"Oke thanks bro, kok lo yang menghantarkan ini?" Tanyaku heran.

"Oh tadi gue habis dari dapur kantor bikin kopi, terus melihat Pak Wanda lagi menyalin nasi padang ke piring, yaudah sekalian ajak ngobrol Pak Wanda sama bantuin Pak Wanda bawain ini ke ruangan lo. Toh searah juga." Jelas sahabatku.

Aku mengangguk-anggukkan kepalaku. "Oke lo udah menyampaikan terimakasih gue ke Pak Wanda?"

Roni mengacungkan kedua jempolnya. "Udah dong, gue makan dulu ya, sebelum jam kantor mulai."

"Oke."

Beranjak dari kursiku, aku beralih pada sofa untuk tamu di ruanganku. Ah harumnya sangat menggoda rasa. Nasi padang paket komplit yang kupesan sangatlah berwarna, karena berbagai macam lauk dan sayuran tersaji di hadapanku. Rendang, Ayam Pop, Dendeng Batokok, sayur daun singkong, timun, sambal hijau, dan sayur nangka adalah perpaduan kenikmatan tiada tara.

Makan nasi padang memanglah paling mantap dengan menggunakan tangan kanan langsung. Nikmatnya tiada terhingga, bumbu dari ayam pop dan sambalnya sangat nendang di mulut.

Aku menyelesaikan acara makanku. Melihat ke arah jam rupanya masih jam 8.15, itulah nikmatnya berangkat pagi, terhindar dari kemacetan dan perut bisa menjadi kenyang.

Aku kembali bekerja setelah mengembalikan piring dan gelas kosong ke dapur kantor. Setelah itu aku tenggelam dalam imajinasi yang dipadukan kenyataan dalam bekerja, ya bekerja bagiku juga memerlukan imajinasi, kemungkinan apa yang akan terjadi kedepannya jika aku mengambil keputusan ini.

Membaca dokumen di tanganku aku berpikir keras, PT Reseach Eksosfeir ingin menjalin kerja sama dengan kami, tapi dengan memakai sistem pengamanan web dari PT Guide Meisosfeir, hmm jika dihitung total keuntungannya juga lumayan. Baiklah. Aku menelpon sekertarisku.

"Iya pak?"

"Buat proposal kerja sama dengan PT Guide Meisosfer," ujarku tanpa mau basa-basi.