Noah melihat para tuan muda itu sedang minum-minum sambil mengamati kekasih mereka yang menggila tahu bahwa para tuan muda itu akan menghukum kekasih mereka nantinya. Noah tahu pasti ada yang akan direncanakan mereka terlihat dari senyum demon Theodor dan teman-temannya.
"Nona Kaila sepertinya harus bersiap untuk menerima hukuman dari tuan," gumam Noah.
Kaila yang merasa lelah melangkahkan kaki bersama Richard menuju tempat teman-temannya berada.
"Richard, lu baru kelihatan ke mana aja?" tanya Nora sambil menenggak vodka yang ada tangannya.
"Cheers dong," ajak Christine.
Mereka semua mengangkat gelas mereka hingga sejajar.
"Ini cheers buat apa ya?" tanya Kaila.
"Untuk pertunangan lu yang sebentar lagi," jawab Christine terbahak.
"Apaan sih, enggak jelas. Udah, cheers buat kelulusan kita dulu," balas Kaila.
"Yeayy!" teriak teman-temannya Kaila.
Ting
Mereka semua melakukan cheers lalu meminum gelas berisi alkohol itu dengan pelan.
"Eh, kita foto-foto dulu yuk sebelum pesta lagi," ajak Nora.
Keempat serangkai itu mulai berfoto bersama dengan berbagai gaya. Tak lupa mereka juga berselfie dengan latar belakang klub.
"Ehh, jangan dishare loh. Bisa habis kita bantu," tegur Margaretha.
"Lah yang harusnya waspada tuh kita. Lu kan masih jomblo," ejek Christine.
"Mending jomblo daripada dapat kekasih kayak kalian. Iihh seram," balas Margaretha.
"Awas aja lu sampai nanti dapat pacar segila kita, gue sukurin lu," kata Christine yang sudah mabuk dan meracau tidak jelas.
"Kaila, kamu mau sampai jam berapa di sini? Ini sudah larut malam, nanti dicariin loh," kata Richard.
Kaila menangkup wajah Richard. "Semuanya akan baik-baik saja, Richard. Santai," balas Kaila dengan mata sayu.
"Bawa aja dia ke kamar," kata Christine.
"Kalian lebih baik pulang, ini udah malam ini. Tadi pada naik apa ke sini?" tanya Richard.
"Kita ya pakai supir tadi. Oh iya, mobil Kaila ada di rumah Christine," jawab Nora terkekeh.
"Oke, oke, gue antar kalian ke mobil. Supir kalian stand by kan?" tanya Richard.
"Iya santai, Richard. Tuh pengawal kita ada di sana. Lu urusin Kaila aja tuh," jawab Christine.
"Oke, Kaila ayo ikut aku. Aku antar pulang ya," bisik Richard di telinga Kaila karena dentuman musik begitu kencang.
"Guys, gue duluan ya," pamit Kaila.
Teman-temannya Kaila malah tertawa saat mendengarkan ucapan Kaila membuat Kaila mengacungkan jari pada teman-temannya.
"Ayo kita jalan sekarang," ajak Richard.
Kaila berjalan bersama Richard yang memapah dia.
"Gendong, Richard. Kakiku sakit," rengek Kaila.
Richard menggendong tubuh Kaila ala bridal style. Saat sudah berada di gendongannya, dia bisa melihat belahan bukit kembar Kaila begitu menantang berusaha tidak tergoda dengan kecantikan dan keseksian Kaila.
"Fokus, Richard. Jangan berbuat hal nekad," gumam Richard.
Richard membawa Kaila menuju kamar yang ada di lantai dua.
"Lu ganteng banget sih, Richard. Enggak kalah dah sama calon tunangan gue. Ehh, ngomong-ngomong apa rencana lu sih supaya gue gagal bertunangan sama Theodor?" tanya Kaila terkekeh.
"Kaila, kamu cantik banget," puji Richard,
"Hahaha, lu ini ya muji gue mulu," balas Kaila.
"Kaila, maaf untuk rencana yang gue rencanain mungkin bisa menghancurkan semuanya," kata Richard.
"Masa sih," balas Kaila sambil menggoda Richard dengan jari telunjuknya.
Kaila memegang tubuh bidang Richard yang berbalut kemeja dan kancingnya terbuka dua. Mata Kaila sudah berkabut. Dia sudah setengah sadar saat ini.
Cup
Entah bagaimana ceritanya bibir mereka sudah saling beradu dan saling bertukar saliva. Kecupan mereka semakin ganas, bahkan Kaila mengalungkan tangan dia di leher Richard.
"Aku merindukan bibirmu dan semua yang ada di tubuh kamu," kata Richard.
Richard mengecup leher Kaila membuat Kaila merinding saat merasakan sentuhan Richard, tapi mata dia tiba-tiba merasa seperti melihat Theodor melepaskan tautan bibirnya.
"Kenapa, Kaila?" tanya Richard.
"Hehehe, tidak apa-apa. Bisa kita pergi dari sini?" kata Kaila.
"Oke," balas Richard.
Richard masih menggendong Kaila. Dia melihat pintu lift sudah terbuka lalu masuk ke lift iru dan memencet tombol lift. Selama di dalam lift, Kaila bersandar di tubuh bidang Richard.
Ting
Lift yang mereka tumpangi sampai di lantai tujuan.
Kaila menatap sekeliling. "Richard, kita mau ke mana?" tanya Kaila.
"Kita istirahat ya," jawab Richard dengan raut wajah datar.
Cklek
Richard membuka pintu kamar hingga terlihat kamar yang luas dan didominasi warna merah.
"Richard, katanya mau antar pulang kok ke kamar?" tanya Kaila heran.
Suasana sudah terasa seram saat ini bagi Kaila. Dia digendong Richard lalu ditidurkan di atas ranjang.
"Kaila membangunkan dirinya dari atas ranjang, tapi tiba-tiba tubuh dia didorong hingga terbaring lagi.
"Kaila, ini jalan kita supaya kamu dan Theodor putus. Dia tidak akan mau bertunangan dengan penghianat bukan?" kata Richard santai.
"Apa sih maksud lu? Ini enggak lucu ya. Lu bilang lu suka sama gue, tapi lu bawa gue ke kamar. Mau ngapain," kaga Kaila dengan nada tinggi.
Richard berbalik. Dia malah tertawa terbahak-bahak membuat Kaila syok setengah mati.
"Kaila sayang, lebih baik kita bersenang senang. Kalaupun kamu jadi bertunangan dengan Theodor, dia pasti akan memutuskanmu apalagi kalau apa yang berharga darimu aku ambil sekarang," kata Richard dengan tawa gilanya.
"Apaan sih lu? Enggak jelas," balas Kaila.
Kaila berusaha berdiri. Dia berjalan sempoyongan ke pintu sambil menatap Richard dengan penuh amarah.
"Kenapa, Sayang? Buka pintunya kalau kamu bisa," kata Richard dengan nada mengejek.
Kaila menghampiri Richard. Dia ingin merebut kunci yang ada di tangan Richard.
Bugh
"Aduh!" teriak Kaila saat tubuh dia terjatuh ke atas lantai.
Richard menunduk dan menarik tubuh Kaila lalu memeluknya erat.
"Apa yang lu lakukan? Lepas. Tolong!" teriak Kaila panik saat Richard merobek bajunya.
"Kenapa, Sayang? Kamu mau kan kita bersama? Mari kita lakukan sekarang," kata Richard.
"Richard jangan begini please. Gue mohon. Theodor bakal murka sama lu. Gue enggak tahu apa yang akan dia lakukan ke lu," kata Kaila dengan tatapan memohon.
"Kenapa, Kaila?" tanya Richard mengecup rakus bibir Kaila.
Kaila memukul-mukul tubuh Richard, tapi tenaga dia tidak sepadan sama sekali dengan Richard. Bahkan Richard bisa menggendong tubuhnya dengan mudah ke atas ranjang. Kaki dia ditarik hingga kakinya melebar.
"Kamu seksi banget sih, Kaila," puji Richard dengan tatapan bergairah.
"No ... no, please jangan ngelakuin ini. Gue mohon, gue minta maaf kalau gue nolak," kata Kaila ketakutan.
"Aku enggak mau nyakitin kamu, Kaila, jadi bersikaplah baik," kata Richard sambil jari jemarinya menelusuri lekuk tubuh Kaila.
Kaila menitikkan air matanya. Dia memikirkan nasib dia dan tanggapan keluarganya bagaimana nanti.
"Lu udah nyakitin gue dengan cara lu yang kayak gini. Gue pikir lu tidak bakal menggunakan cara kotor seperti ini. Sialan," kata Kaila.