Tiada yang mampu menggantikan cinta dalam hidup
.
.
.
Bila pertanyaan mengenai titik terendah seseorang dalam hidup menghampiri seseorang seperti Saga Decode, maka dengan sangat yakin lelaki itu akan mengatakan masa inilah dimana dia merasa teramat hancur. Dia mungkin sudah pernah diusir oleh keluarganya. Sudah gagal karena tidak berhasil mendapat kekuasaan maupun bagian warisannya. Dia mungkin pernah menghancurkan hidup lebih dari satu orang. Tetapi untuk sekarang, dia amat membenci kehidupannya sendiri.
Minuman dalam botol ketiganya sudah habis. Saga melempar semua itu ke atas lantai. Dia bangkit dari kursi dan kembali menghempaskan tubuhnya diatas ranjang yang berantakan. Tidak ada lagi seseorang yang maniak kebersihan. Yang tidak mampu hidup bila menemukan sesuatu jorok atau tidak teratur. Hari-harinya amat kelam.
Keputusannya untuk pergi dengan membawa simpanan uang dari bagian pernikahannya dipakainya untuk berfoya-foya. Saga pikir bila dia kembali pada kehidupan semulanya, maka dia akan baik-baik saja. Dia tidak perlu menjadi pribadi yang bertanggung jawab. Pribadi yang bertugas membahagiakan istri dan anaknya. Yang bekerja dengan keras hanya untuk bisa membeli barang-barang untuk dua orang itu kelak.
Istri dan anaknya.
Dua sosok yang amat mempengaruhi pikirannya. Dia tidak bisa mengenyahkan hari-hari yang amat bersinar dalam ingatannya ketika dia menempati rumah sederhana bersama dengan dua orang itu. Sekarang dia hanya seorang diri. Menempati kamar sewaan dan bertingkah layaknya seorang bujangan diusia yang tak lagi muda.
Bukannya Saga tidak mencoba, tetapi tiap kali dia ingin mencari kesenangan diluar. Matanya akan otomatis tertuju pada cincin ditangan kanannya. Bila dia ingin melepasnya maka perasaannya menjadi tidak karuan. Seakan sumpah pernikahan yang diucapkannya menusuk batinnya. Saga sempat curiga apakah dia sedang dimantrai sampai tidak mampu berpaling. Lebih dari itu semua, dia bahkan tidak memiliki minat terhadap wanita yang coba disodorkan Pedro padanya. Ya, dia kembali menemukan Pedro dan bawahannya itu terpaksa mengikuti kemana pun Saga melangkah.
Pedro mencoba membantu majikannya untuk mengisi hidupnya yang mulai kosong dengan hal-hal yang sebelumnya ada dalam dunia seorang Saga Decode. Sayang, semua itu percuma. Ketika wanita sewaan dibawa ke dalam kamar Saga, maka lelaki itu akan mengusir wanita itu karena hanya ada satu nama yang akan diteriakkan lelaki itu bagai orang gila.
Novalin Decode.
Pedro sendiri tidak mungkin membawa Saga kembali dalam keluarganya karena ancaman M tidak berlalu dalam sekejap mata. Terkadang mereka harus berpindah tempat karena orang-orang M bergerak bagai gurita yang marajalela dimana-mana.
Saga berulang kali mengatakan penyesalan dalam hidupnya dan Pedro bisa frustasi mendengar semua itu. Mau tak mau dia memilih keluar dan membiarkan majikannya itu mengambil waktu seorang diri. Pedro hanya cukup memastikan majikannya tidak mengambil langkah singkat seperti bunuh diri. Karena Pedro tidak bisa melupakan budi yang dilakukan Saga dalam hidupnya sendiri.
Pedro mengetuk pintu kamar Saga membawa makan malam majikannya. Tidak ada jawaban membuatnya menggunakan kunci cadangan dan membuka sendiri. Benar saja Saga sudah terlentang diatas ranjang yang berantakan.
Pedro menggeleng menyaksikan semua itu. Mau tak mau lelaki itu membereskan kekacauan yang Saga lakukan. Setelah menyingkirkan sampah dan membersihkan meja, Pedro meletakkan makanan diatas wadahnya lengkap dengan sendok dan garpunya. Air mineral kemasan juga sudah dia siapkan. Saga tetap akan menghabiskannya bila lelaki itu sadar dan lapar.
"Pedro…"
Pedro tersentak. Saga tahu-tahu memanggilnya meski lelaki itu curiga Saga pasti masih setengah sadar. "Ya tuan?"
"Empat November jatuh hari apa?"
Dahi Pedro berkerut. Sekarang masih bulan April dan rasanya menuju bulan kesebelas dalam kalender satu tahun itu masih cukup lama. "Ada apa tuan?"
"Tsk, jawab aja sialan!"
"Senin, tuan." Jawab Pedro akhirnya setelah mengecek sebentar ponsel pintarnya.
Saga terkekeh. "Ingatkan aku, nanti. Beli sesuatu yang bagus. Itu tanggal penting, Pedro."
Pedro menghela napas. Majikannya kembali kambuh. Bicara tidak jelas tiap kali mabuk. "Baik tuan. Ada lagi?"
Saga kembali meracau, "Tapi itu hari senin Pedro. Itu hari penting saat sekolah. Kita harus pastikan semua dokter dan rumah sakit tersedia."
"Baik tuan."
"Kau tidak mengerti, Pedro. Itu hari ulang tahun anakku, Pedro. Dia selalu sakit tiap kali ulang tahunnya. Dia tidak boleh sampai terlambat dapat perawatan Pedro atau aku akan mengamuk."
Ingatan Pedro melayang pada potongan informasi yang berusaha dikatakan majikannya. Anaknya? Sekian lama Pedro mengabdi pada Saga, dia cukup tahu lelaki itu tidak suka pada anak kecil. Kalau pun terbiasa hidup dalam kehidupan malam yang bebas maka Saga akan sangat berhati-hati agar tidak sampai jatuh dalam jebakan wanita karena kehamilan diluar kehendak. Dan selama ini Saga memang tidak pernah dituntut sebagai ayah dari seorang anak. Kecuali, anak yang pernah dia temui saat tak sengaja mengunjungi istri Saga di panti.
"Oh anak Nyonya Novalin maksudnya tuan?"
Saga menggeram mendengar itu. "Dia anakku Pedro! Anakku."
Pedro mendengus. "Iya tuan. Anak tuan. Hm, aku tidak tahu ini penting atau tidak. Yang pasti aku sudah melacak tentang anak itu tuan."
Saga mendadak bangun dari ranjangnya. Menatap Pedro yang berdiri didekat pintu kamarnya dengan emosi. "Mengapa kau melacaknya sialan. Jangan sakiti dia. Kau benar-benar sialan. Istriku sampai ketakutan saat kau mendatanginya waktu itu."
Pedro berdeham sejenak membersihkan tenggorokannya. "Maafkan aku tuan. Aku hanya ingin memastikan apakah kabar itu benar atau tidak. Maksudku, pernikahan tuan dan nyonya Novalin."
Saga berdecak. "Tentu saja itu benar, bodoh."
"Iya tuan, maafkan aku tuan. Hanya saja apakah anda tahu, siapa ayah kandung anak itu tuan?"
Efek alkohol yang Saga teguk dari tadi mendadak menipis dalam darahnya mendengar cara bicara Pedro berubah serius. Wajahnya ikut menyimak dengan saksama. "Apa maksudmu?"
Pedro mengangkat bahu. "Seperti yang aku katakan tuan. Aku tanpa sengaja melacak tentang anak itu. Karena saat melihatnya, aku teringat pada seseorang yang pernah kukenal dulu. Dan benar saja. Ayah anak itu bernama Jared Harlon tuan. Sepertinya untuk menyembunyikan identitasnya, maka Nyonya Novalin memakai nama belakangnya pada anak kecil itu."
Saga tersentak. "Siapa,… Jared Harlon?"
Pedro mengangguk. "Benar tuan. Jared adalah kakak kandung Margin Harlon. Atau yang lebih kita kenal sebagai M."
Bagai tersiram air dingin, kesadaran Saga langsung kembali. Dia menatap Pedro sekali lagi. "Kau tidak sedang bercanda denganku kan?"
Pedro menggeleng. "Mana mungkin aku berani tuan?"
Mendadak Saga tertawa. Tawa yang amat kencang membuat Pedro mulai berpikir untuk membawa majikannya pada psikiater sesudah ini. Sepertinya akibat stres berlebihan, kejiwaan majikannya perlahan terganggu. Dan dugaan itu tidak keliru karena detik berikutnya air mata Saga mendadak turun. Tetapi lelaki itu buru-buru menghapusnya.
"Aku amat menyayangi mereka, Pedro. Novalin dan juga Javier. Tapi selama ini aku menyayangi dua orang yang adalah keluarga orang yang menginginkan nyawaku sendiri? Bukankah ini lucu?"
Pedro tidak menjawab melainkan hanya membisu. Detik selanjutnya dia memutuskan agar pamit dari kamar majikannya. Sepeninggal itu, Saga mengacak rambutnya sendiri. Dia memukul tembok kamar hingga kepalan tangannya berdarah. Pada akhirnya dia bangkit dari ranjangnya. Masuk dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin.
Kehidupan sedang mempermainkannya. Ataukah selama ini Novalin memang sengaja menyembunyikan semua darinya. Menjeratnya agar jatuh dalam pesonanya. Membuatnya jatuh cinta tidak hanya pada wanita itu melainkan juga anaknya. Saga Decode merasa amatlah bodoh disini. Jangan-jangan Sadam juga mengetahui fakta ini, makanya lelaki itu tidak protes ketika Saga mengatakan setuju untuk menikah asal calonnya adalah Novalin.
Jadi sejak awal, semua memang sudah di-setting sedemikian rupa agar dia masuk ke dalamnya.
Percuma semua yang dilakukan Saga untuk menangisi hidupnya yang kosong. Bila kenyataannya dialah yang dibohongi seperti orang bodoh. Saga menghela napas panjang seusai menyelesaikan ritual mandinya. Bila memang M bermain-main dengannya selama ini, maka dia takkan lari lagi. Dia akan menghadapinya langsung dengan wajahnya. Sudah cukup harga dirinya diinjak selama ini. Saga hanya perlu membalas seperti biasa. Seperti yang pernah M katakan, berurusan dengannya akan berujung sama.
Untuk apa Saga berpikir keluar dari cara lama tersebut. Tidak, Saga Decode tetaplah sama sampai kapan pun.
^
Pagi itu juga Pedro terkejut karena sorot dingin kembali menghiasi mata hitam Saga. Itu adalah pertanda bahwa jiwa majikannya sudah kembali. Namun Pedro tidak ingin berasumsi banyak. Bisa saja itu bersifat sementara.
"Berapa sisa uang yang kumiliki Ped?"
Pedro mengecek ponsel pintarnya dan menyebutkan sejumlah nominal. Saga merentangkan tangannya ke udara. "Kau tahu dimana saja markas bisnis M?"
Pedro terdiam sejenak. "Apa rencana tuan?"
Saga meliriknya dari ujung matanya. "Apalagi, selain menghancurkannya. Bila dia memang ingin aku mati, maka aku juga akan mematikan usahanya. Jangan pernah dia lupa, dari mana semua kesuksesannya berasal. Dasar mafia brengsek."
Pedro menelan ludahnya. "Tapi kita tidak bisa menyewa orang-orang untuk menghancurkan semuanya tuan. Yang ada kita bisa mati."
Saga memiringkan kepalanya. "Mungkin karena aku sudah lama tidak melakukan semua ini, membuatmu ikut-ikutan berpikir singkat juga Ped."
Pedro merasa dia sudah salah bicara karena pandangan Saga kembali dingin. "Tentu saja kita akan menggunakan caraku. Untuk apa kita maju tanpa pelindung. Sama saja, mati konyol. Sudah sekarang ikut denganku, biar kutunjukkan caraku." Jelas Saga sambil meraih jaket kulit dari dalam lemari. Pedro mengangguk dan mengekor dari belakang. Meski dia belum tahu apa yang akan Saga lakukan, yang pasti dia cukup lega. Majikannya sudah kembali seperti sedia kala.
^
Gulungan benang didalam pangkuan Novalin mendadak jatuh ke lantai. Wanita itu baru akan berjongkok meraihnya tetapi jemarinya tanpa sengaja tertusuk jarum. Menahan ringisan Novalin mengulum jarinya untuk menahan agar darahnya tidak semakin keluar. Mendadak tindakan itu mengingatkannya pada suaminya.
Entah mengapa Novalin teringat saat-saat dimana Saga melakukan hal kecil itu terhadapnya. Dimana suaminya sekarang, tidak pernah Novalin ketahui. Meski Monalisa mengatakan DS tetap tidak henti melakukan pencarian, yang pasti Saga masih hidup sampai sekarang. Meski mereka tidak bersama, namun Novalin tetap bersyukur. Paling tidak lelaki itu baik-baik saja disuatu tempat.
Kehamilannya sudah memasuki bulan kelima itu, artinya selama itu juga Novalin tetap menantikan kehadiran lelaki itu untuk kembali dalam kehidupan kecil mereka. Javier sendiri tidak lagi mempertanyakan kehadiran Saga dengan sering, karena dia tidak pernah dibiarkan kesepian bila rumah besar Decode memiliki banyak orang yang akan dengan senang hati melayani pertanyaan-pertanyaannya. Statusnya pun tidak dibahas dalam rumah itu.
Mungkin itulah kehidupan yang membahagiakan bagi Javier, tetapi sama seperti ibunya, sesekali Javier tetap akan mempertanyakan keberadaan Saga pada Novalin. Jawaban yang harus Novalin pikirkan mulai beragam. Biar bagaimana pun mereka tidak sempat mengucapkan perpisahan. Lelaki itu mendadak tidak terlihat dari Pelabuhan. Dan Javier sama sekali tidak memahami mengapa.
Bulan depan Novalin akan melakukan USG untuk mengetahui jenis kelamin anak dalam kandungannya. Teknologi yang berkembang memungkinkan hal itu diketahui sejak bulan ke tiga namun Novalin tetap tidak ingin mengetahui sampai waktu yang dia rasa cukup. Sebenarnya Novalin sama sekali tidak ingin mengecek hal seperti itu tetapi Monalisa menekankan kalau kelahiran anak Novalin akan disambut semua orang dalam rumah. Mereka hanya tidak ingin salah memberi hadiah bila jenis kelaminnya tidak diketahui.
Pada akhirnya Novalin lagi-lagi setuju. Setelah melewati hari-hari yang berat karena morning sickness dan beragam pengaruh akibat kehamilan, Novalin tetap mampu menjaga kesehatannya. Biar dirasa cukup berat tetapi anak dalam kandungannya adalah buah cintanya dengan Saga. Sampai kapan pun dia akan menjaganya. Mengenai perubahan yang terjadi selama kehamilan, memang harus Novalin akui kalau kehamilan ini cukup menyita seluruh perhatiannya. Tidak seperti saat hamil Javier yang Novalin pikir akan cukup menakutkan, karena perdana dalam hidupnya. Kenyataannya tidaklah demikian. Selama hamil pertama, Novalin tidak mengalami mual apalagi muntah yang parah. Dia juga bisa menyesuaikan diri dengan baik bila kontraksi mendadak hadir. Berbanding terbalik dengan kondisinya sekarang.
Beruntung keluarga Decode sangat menjaganya. Sadam dan Monalisa adalah dua orang yang berperan penting dalam kehamilannya ini. Kadang Novalin suka merasa tidak enak karena pernah mengatakan hal-hal keliru terhadap pasangan tersebut.
Novalin kembali menatap tangannya yang masih mengeluarkan darah. Rasanya ingin menangis karena tidak ada yang bisa menghentikan darahnya seperti yang pernah Saga lakukan. Perlahan dia mencoba bangkit dari bangkunya dan mencari plester untuk membalut lukanya sebelum diketahui orang lain.
"Apakah Saga sedang baik-baik saja?" gumam Novalin mendadak saat menutupi lukanya dengan plester pemberian pelayan. Kehamilannya membuat ruang gerak Novalin tidak bisa menjangkau semua sekaligus. Beruntung ada seorang pelayan yang membantunya. Novalin sudah mengingatkan pelayan agar tidak melapor hal sepele itu pada pemilik rumah. Novalin beranjak kembali ke kamar dan melihat hasil rajutannya yang masih setengah jalan.
Merajut pakaian untuk anaknya adalah aktivitas terbarunya. Meski masih belum tahu jenis kelamin, tetapi Novalin tetap menyiapkan hadiah untuk anak dalam kandungannya. Warna benang yang dia pilih sendiri adalah warna netral yang takkan menjadi perdebatan. Novalin tersenyum dengan pemikiran sederhananya.
^
Telepon dalam ruangan M tidak berhenti berdering. M sudah malas menjawab semua itu. Karena ponselnya sendiri sudah dia lempar ke sudut ruangan. Entah siapa yang sedang berusaha mengusiknya. Markas-markas kecilnya mendadak didatangi oleh kepolisian. Seakan belum cukup, semua jenis usaha dan hasil kas mereka ikut dibawa sebagai barang bukti.
M gusar karena untuk mengatasi hal tersebut, dia harus mencari orang dengan kekuasaan yang lebih besar lagi agar kelangsungan usahanya tetap berjalan seperti biasa. Masalahnya kalau kas mereka dibawa, otomatis pendapatannya pun tidak sebanyak biasa. Mustahil dia mengajukan peminjaman karena bayarannya adalah kepalanya sendiri.
M benar-benar tidak tenang. Namun orang-orangnya tetap bergerak, mencari tahu keberadaan pelaku yang ingin mengganggu ketenangannya.