Chereads / Impian Seorang Anak Petani / Chapter 5 - Andaikan Aku menjadi

Chapter 5 - Andaikan Aku menjadi

dengan bergulirnya waktu dari banyak hal masalah yang di hadapin anisa sekarang keluar dari rumah sakit namun sayangnya tidak mau pulang ke rumah tante fatma memilih tinggal di rumah paman Yanto, dengan alasan biar tidak ke jauhan kalo mau ganti-ganti perebannya. padahal jarak rumah dokter yang meriksa tante setelah operasi sama saja jauhnya, entahlah mungkin malu karena rumahnya kumuh dan tidak layak untuk di tempati.

dalam hati ku berbicara seandai saya kaya mungkin ke adaan akan berpihak ke pada ku,

tapi apa mungkin dengan semua itu apakah orang miskin tidak layak bahagia.?

"oh tuhan setiap kali melihat orang tua saya rasanya air mata ini mengalir tampa terasa benarkah hidup itu di wajibkan kaya agar keluarganya tidak membencinya.

setiap kali hari-hari ini serasa begitu suram melihat ke adaan yang tidak pernah memihak ke padaku, apakah ini hanya sebuah rasa.? apa begitu hinakah orang miskin di pandangan orang lain. begitu kejamnya hidup ini apa tuhan kan yang kejam atau orang-orang yang tidak menyukai kemiskinan..

ingin berteriak sekuat tenaga mengapa dan kenapa harus miskin kenapa tidak terlahir seperti orang kaya? apa yang di butuhkan ada dan keluarga sendiri tidak malu mengakui sebagai keluarga.

bunyi burung itu mengusik telinga ku yang sedang bersenadung dalam hati banyak yang ingin di ceritakan kepada manusia agar beban pundak ini tidak tersa berat namun apalah daya manusia sendiri tak mampu memahami perasaan hati..

Papa yang mengetuk pintu untuk masuk kamar dan bertanya perlakuan tante di rumah sakit menghampiri ku dan bertanya

" Anisa tante Fatma mu gimana perlakuannya  sama kamu selama di rumah sakit.?!

iya begitulah Papa Tante tidak menganggap saya ada walaupun saya jaga tidak senang sama sekali tapi apa boleh buat tante Fatma tetaplah Tante ku..

sabar ya Anisa bagaimanapun ke adaanya Dia tetap tante mu.

ngomong- ngomong kakak mu mau pulang dari lampung paling kalo tidak lusa paling tiga hari lagi.

"Kenapa pa kok pulang"?

"bagaiman tidak pulang Anisa apa kata tetangga  nantinya masak Tante mu Operasi tidak pulang,"

"ya biarlah Pa Tante loh bilang keluarganya sudah meninggal semua"

saya sebenarnya jengkel ke Tante Kerena itu saudara Papa saya masih menghormatinya,

Se sabar Sabarnya orang pasti jengkel gimana enggak jengkel coba saya yang di rumah sakit jagain bela- belain ninggalin sekolah beberapa hari tidak di anggap ada.

"ya sudah lah Anisa ikhlas kan setiap manusia itu berbeda-beda biarkan lah berdoa sama  Allah semoga di berikan kesadaran.."

"Iya Pa semoga saja sadar ya pa.!"

"Amien"

"Pa kakak sama siapa yang pulang dari lampung?"

"sama siapa lagi kalo bukan sama kakak  ipar mu."

"hehehe iya juga sih"

" Papa mau liat tante mu dulu mau ikut kamu Anisa".?

"Oh tidak Pa papa saja ke sana duluan saya baru kemaren pulang dari rumah sakit"

"ya sudah jaga rumah saja kamu jangan kemana-mana ya"

"baik Pa"

ku lihat di sekeliling kamar ku dari pintu jendela dan menatap ke langit yang biru tuhan betapa indahnya kuasa mu yang agung tapi kenapa terkadang manusia lupa akan nikmat hidup ini, betapa sering manusia melupakan semuanya seperti pepatah mengatakan kacang lupa sama kulitnya ya begitulah ke hidupan ini.