Chereads / Obsession Or Love / Chapter 3 - obrolan singkat

Chapter 3 - obrolan singkat

Beberapa saat ketika Azumi sedang mengetik pekerjanya, dia di kejutkan dengan suara seseorang yang berbicara dengan pelan.

"Ya..?" Saat Azumi menengok dia dapat melihat bahwa wajah Jacobs saat ini Sudah sangat dekat dengan wajahnya. Beberapa saat Wanita cantik itu hanya menatap mata abu-abu yang sangat indah. dia tenggelam karena merasa terhisap pada keindahan dari Mata tersebut.

Seperti berada di tengah-tengah antara hitam dan putih, mata Jacobs adalah ketidakadilan dan kesempurnaan yang saling bersatu dengan tidak tau diri. bulu matanya yang juga lentik menambah kesan tampan dan menakjubkan, ada banyak kata-kata yang terserap di dalam mata abu-abu Jacobs, semuanya terasa menggetarkan dan menggelitik jiwa Azumi.

Awalnya dia tidak pernah tau Bahwa Jacobs Benar-benar indah, dia hanya merasa bahwa lelaki Seperti Jacobs hanya anak manja yang bodoh. Tapi di balik itu semua, ternyata lelaki itu tampan! Azumi tidak terlalu bodoh untuk melihat wajah tampannya.

Azumi masih saja menatap dengan pandangan mengagumi, Hingga tiupan hangat dari bibir sang lelaki membuat Azumi tersadar. "Ah! maafkan aku.. aku tidak fokus, apa yang mau kau tanyakan?." Tanya Azumi pada akhirnya, dia mengutuk dirinya sendiri yang sangat bodoh. bagaimana dia bisa begitu kurangajar dengan menatap mata laki-laki dengan tidak tau malu?

"Apa yang bisa aku kerjakan lagi? berkas ini sudah aku selesaikan dengan baik. Dan aku lihat-lihat semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, kau juga begitu." Katanya dengan suara yang serak namun begitu seksi di pendengaran Azumi.

"Oh.. Kau bisa mempelajari beberapa desain untuk pemasaran bulan depan. Ini, filenya ada disini." Azumi seperti wanita aneh yang salah tingkah, dia merasa otaknya sudah terserap pada mata abu-abu yang indah itu. Bahkan rasa kesalnya yang tadi terlihat saat pertama kali telah berubah dengan rasa penasaran.

"Baiklah, kalau Begitu.. aku akan melihat-lihat dan mempelajari dengan baik." Jacobs mengambil file dari flashdisk yang di berikan Azumi, tanpa sadar ujung jari mereka saling bersentuhan dan itu seperti aliran listrik yang membuat darah Azumi bergetar hebat.

Beberapa saat setelah Jacobs kembali ke biliknya, Azumi masih memandangi dengan tatapan yang begitu dalam. tidak tau kenapa dia jadi bodoh hanya karena tatapan mata tadi mampu membuatnya terserap hingga tidak punya kewarasan sama sekali.

"Kau menyukainya?." Suara berbisik dari Lily hampir membuat Azumi melompat dari bangkunya, Wanita itu buru-buru memukul lengan sahabatnya yang jahil.

"Apa yang kau katakan? aku tidak menyukai siapa-siapa." Kata Azumi berbisik, dia tidak mau ada orang yang mendengar kata-kata mereka berdua.

"Emmm? Tapi kau melihatnya seperti melihat berlian. Padahal sebelumnya kau sangat acuh, apakah kau sudah menemukan keindahan itu? Jacobs sepertinya membuatmu tertarik, emmm...?." pertanyaan Lily benar-benar membuat wajah Azumi memerah malu.

"Kau berbisik di depan orangnya langsung? apakah kau sedang bercanda? jangan Bertingkah Lily.. aku malu!." Azumi sudah berpura-pura sibuk mengetik beberapa hal lagi, tapi Lily masih mencoba untuk menggoda sahabatnya.

"Dengarkan aku, jika kau berhasil untuk menggodanya. aku yakin kau bisa mendapatkan jabatan yang sangat tinggi di perusahaan ini, kau hanya perlu membuatnya menyukai dirimu dan Boom! kau jadi karyawan tetap disini."

"Berhentilah Lily! dia memang tampan, tapi aku tidak mungkin melakukan hal seperti itu. aku lebih baik bekerja siang malam untuk membuatku baik-baik saja, daripada membuat skandal." Azumi tampak kesal, hal tersebut di anggap lelucon oleh Lily. bahkan wanita dengan rambut bergelombang itu sudah tertawa kecil.

"Baiklah..baiklah.. aku tau, aku tau kau tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Tapi Azumi, aku juga paham bahwa kau butuh bantuan. Kau butuh menjadi karyawan tetap karena kebutuhanmu. Aku hanya menyarankan hal-hal yang mungkin berguna." Lily menepuk pelan pundak sahabatnya lalu dia kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Sedangkan Azumi jadi tidak bisa bekerja dengan baik, sekarang tatapan matanya memang mengarah ke Komputer. Tapi Pikirannya? dia mulai mengingat kembali tentang perjanjian ayahnya, Bagaimana caranya mendapatkan uang? sebanyak itu, hanya dalam beberapa bulan. Azumi tidak yakin Semuanya akan berjalan baik-baik saja.

Beberapa saat setelahnya, jam makan siang telah datang. Azumi hanya bisa membuka kotak bekal yang ada di dalam tasnya

"Azumi, aku akan pergi ke Restauran depan. apakah kau mau ikut? beberapa teman kita juga akan ikut." Lily mulai bertanya, dia baru saja memasukan ponsel ke dalam tasnya dan melihat ke arah Azumi yang sepertinya akan menolak.

"Kau membawa bekal lagi? apakah kau tidak mau Bersenang-senang dan memakan sesuatu yang lebih nikmat?." Tanya Lily sekali lagi.

"Tidak, pergilah... aku banyak pekerjaan untuk akhir tahun ini, aku baik-baik saja dengan makanan ini." Azumi menepuk pelan punggung tangan sahabatnya. Lalu dia kembali sibuk dengan urusannya sendiri.

Semua karyawan sudah pergi meninggalkan ruangan, beberapa dari mereka mempertanyakan tentang keberadaan Jacobs, Azumi hanya mendengar saja dan tidak terlalu tau dimana lelaki itu. Karena saat dia selesai melakukan pekerjaan terakhir, lelaki itu pergi entah kemana.

Helaan nafas kembali terdengar, Azumi melihat kotak bekalnya yang berisi nasi telur dan beberapa potong sayuran, itu di buat oleh ayahnya pagi ini. Sebuah senyum terbit di bibirnya, apapun yang ayahnya buat semuanya terasa lebih Nikmat.

Azumi mengambil sendok dan mulai memakan bekalnya, dia juga memasang headset di telinganya lalu mendengarkan beberapa musik kesukaan, jam istirahat memang paling menyenangkan jika sendirian.

Beberapa menit berlalu dengan tenang, tapi tiba-tiba saja makanan di depannya di ambil oleh sebuah tangan yang cukup kokoh. Azumi menengok ke samping dan melihat kembali mata abu-abu itu, dia tidak percaya Bahwa saat ini Jacobs ada di depannya dengan sangat tidak tau diri memakan bekal juga.

"Hei.. apa yang kau lakukan, itu tidak sopan." Kata Azumi sedikit sebal. wanita itu melepaskan headset di telinganya dan mulai mendengar suara kunyahan dari bibir sang lelaki.

"Hanya sedikit, apakah kau memang wanita yang sangat pelit?." Tanyanya santai.

"Bukan pelit, tapi kau bisa meminta baik-baik jika kau ingin. Ini bekalku, aku hanya punya ini untuk makan siang. sedangkan kau bisa membeli semua makanan di luar sana."

"Aku bosan dengan makanan di luar sana, aku melihat kau punya makanan yang menarik dan rasanya enak. apakah kau yang membuatnya?." Tanya Jacobs.

"Apakah penting siapa yang membuatnya?."

"Ya.. siapa tau ada racun di dalamnya dan aku mati disini. tentu saja kau harus memberitahu siapa yang membuatnya." Lelaki itu kembali mencomot nasi kepal itu dengan telur, mulutnya juga langsung mengunyah dengan sangat pelan.

"Ya! kau benar-benar membuatku kesal. Jangan dimakan lagi, jika kau habiskan! bagaimana aku makan?." Azumi memang mudah kesal pada seseorang yang mengambil makanan darinya. Dia adalah wanita yang suka makan, makan merupakan hidupnya. dia akan makan apa saja, selama itu membuatnya tenang.

"Siapa yang membuatnya?." Tanya Jacobs sekali lagi.

"Ayahku!." Azumi langsung menghabiskan makanan itu buru-buru dan dia terlihat tidak mau membagi lagi makanan di depannya.

Walaupun yang meminta makanan tersebut adalah pria tampan dengan mata yang indah..

Azumi mau mengakui bahwa dia selalu terpesona dengan tatapan mata Tersebut.