"Kak Gibran!" panggil Zia, kini mereka sudah ada di dalam mobil.
"Apa?" tanya Gaven.
"Bisa anterin Zia dulu?" tanya Zia.
"Ke mana?" tanya Gaven.
"Ke rumah ayah," jawab Zia.
CEKIIIT
DUGH
"Aww, Kak Gibran, sakit ih," ucap Zia meringis karena kepalanya terbentur, Gaven menghentikan mobilnya mendadak.
"Maaf, maaf aku gak salah denger, kan?" tanya Gaven.
"Enggak, Zia emang pengen ketemu sama ayah sama bunda, Zia kangen apalagi sama masakan bunda," jawab Zia.
"Oke, kita pergi ke sana sekarang juga," ucap Gaven.
"Terima kasih ya, Kak," ucap Zia.
"Sama-sama," ucap Gaven.
"Oh iya, katanya Kakak ada yang mau diomongin sama Zia?" tanya Zia.
"Ada, tapi nanti aja deh," jawab Gaven.
"Ish ... Kok gitu," ucap Zia.
"Kamu dulu aja yang bilang," ucap Gaven.
"Zia mau bilang apa ya, lupa," ucapan Zia membuat Gaven gemas lalu mencubit hidungnya.
"Ck ... Kakak, sakit tau," ucap Zia.
"Biar mancung hidungnya," ucap Gaven.