Gaven terkejut melihat Zia yang tidur dengan wajah pucat seperti menahan nyeri, keringat bercucuran, dengan tangan yang terus memegang perutnya.
"Zahra, kamu kenapa?" tanya Gaven panik.
"Perut Zia sakit, Kak," jawab Zia merintih kesakitan.
"Aku bilang juga apa, jangan makan makanan yang pedas, kamu ngeyel sih," ucap Gaven.
"Bukan karena makanan, Kak," ucap Zia.
"Terus karena apa?" tanya Gaven.
"Masa Zia harus bilang sama Kakak, Zia malu," jawab Zia.
"Kenapa malu, ya udah sekarang kita ke rumah sakit," ucap Gaven.
"Gak usah, Kak, aku udah biasa kok kayak gini, tapi sekarang kenapa rasanya sakit banget," ucap Zia.
"Udah biasa, maksudnya apa?" tanya Gaven.
"I ... itu ...." jawab Zia dengan canggung.
"Kita shalat dulu, abis sarapan kita ke dokter," ucap Gaven.
"Zia lagi gak solat, Kak, Zia juga gak mau ke dokter," ucap Zia.
"Oh ... kamu lagi dapet tamu?" tanya Gaven, Zia hanya mengangguk malu.
"Zia, sakit karena itu," jawab Zia.