PYL 6
-playlist chapter: Prelude in C Major, BMW 836 by Johann Sebastian Bach, Alistair McGowan
...
Gusar, Vin duduk berhadapan dengan Pria Berjas Hitam yang mengaku bernama Hojo. Vin menatap Hojo dengan penuh kebingungan. Yang Vin tahu adalah Hojo hanya nama samaran, bukan nama asli pria itu yang sebenarnya.
"Jadi, apa saja yang kamu inginkan? Apa pun itu cepatlah tulis di baris kelima Kontrak Perjanjian ini. Baca dan pahami baik-baik. Sekali kamu sudah tanda tangan maka tidak ada lagi jalan kembali." Kata Hojo tegas.
Hojo sengaja tidak memandang Vin yang semakin merasa bingung. Tentu saja. Salah satu pekerjaan Hojo adalah membuat calon mangsanya kebingungan, sehingga tidak berlama-lama dalam berpikir yang akhirnya langsung menanda tangani Kontrak Perjanjian tanpa membaca.
"Tentang apa ini? Apa aku akan menjadi budak setelah Anda bebaskan?" Vin terlalu berhati-hati dalam memilih kata-kata dan itu membuat Hojo tersedak tawanya sendiri.
"Bisa dibilang seperti itu. Ya, secara teknik tidak jauh berbeda dengan apa yang kamu katakan tadi. Tenang saja, kami tidak akan menjual organ tubuhmu atau melakukan sesuatu yang tidak berguna seperti yang dialami Bono.
Pria malang itu seharusnya bisa menjadi bagian dari kami. Sayang aku terlambat datang. Organisasi Hitam sangat cepat setelah mengetahui bakat Bono. Menawarkan sejumlah kekayaan kepada pria miskin yang malang sangat cocok untuk cara kerja mereka." Balas Hojo tersenyum kecut.
Apa Lagi ini?
Bagaimana Hojo bisa tahu tentang Bono dan cerita menyedihkan Pak Tua? Apa jangan-jangan Hojo juga tahu sejarah hidup Vin?
"Katakan tentang keluargaku?" Vin bertanya sambil mulutnya bergetar. Menebak-nebak apakah Hojo akan menjawabnya dengan benar.
Sebuah jawaban yang selama ini terlalu takut untuk Vin cari tahu.
"Tidak banyak yang tahu tentang keluarga Alamba. Yang jelas saat kamu memberikan tanda tanganmu maka utusanku akan datang ke paman dan bibimu. Memberikan cukup kompensasi dan bersedia tidak berhubungan lagi denganmu. Tentu saja, semua itu demi kebaikan mereka sendiri." Hojo melanjutkan, matanya menerawang pada lampu pijar di ruang interogasi kantor polisi yang pengap dan gelap.
"Apa maksud Anda?" Vin semakin panik dan takut.
Sepertinya ketakutan Vin semakin menjadi saat matanya secara tidak sengaja bertemu tatap dengan mata elang Hojo.
"Suatu hari kamu akan mengerti. Tapi tidak sekarang."
"Kenapa?" desak Vin, tanpa sadar mencondongkan tubuhnya ke depan. Meminta jawaban.
"Intinya mereka bisa mati setelah kekuatanmu bangkit dari mati suri. Mungkin kamu tidak tahu seberapa parah kerusakan yang kamu lakukan saat bertarung dengan Bono. Kamu juga bisa terbang sejauh 15 meter, bukan?" Hojo mencibir pada mimik penasaran Vin yang lucu.
Lagi-lagi Vin harus menelan ludahnya sendiri. Tentu Vin tahu betul jika komplek perumahan yang dia tempati sudah seperti area penggusuran!
"Itu bukan salahku." bisik Vin, suaranya terlalu pelan untuk bisa didengar orang lain. Tetapi, bukan Hojo namanya kalau tidak mampu mendengar pembelaan Vin.
"Tentu saja. Mari kita anggap kerusakan parah itu akibat perbuatan Bono. Salah satu algojo terbaik dari Organisasi Hitam yang mati mengenaskan dan terkubur di dalam tanah basah. Kamu bisa menganggap dirimu sendiri sebagai korban selamanya.
Lagi pula kamu terlalu kecil untuk di sebut sebagai pahlawan kesiangan. Lalu, ada Pak Tua yang terus memintaku untuk membebaskan dirimu dari semua yang polisi tuduhkan. Menurutmu aku harus bagaimana?" balas Hojo.
Sejak Vin merasa gagal menjadi manusia normal, dia tidak pernah bisa atau berhak untuk memikirkan dirinya sendiri. Atau nasibnya jika harus mendekap di penjara seumur hidup. Tapi Vera?
"Apa yang akan terjadi dengan Vera? Dia adalah satu-satunya keluargaku yang berharga?" mata Vin kembali diliputi kekalutan yang mendalam.
Karena Vera adalah satu-satunya alasan Vin tetap membiarkan dirinya tetap hidup di dunia. Vin tidak akan pernah bisa memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu terjadi kepada Vera!
"Semua tergantung keputusanmu." balas Hojo singkat.
"Apa Vera masih bisa melanjutkan sekolah dan tidak akan di rundung oleh teman-temannya karena memiliki kakak seperti diriku?"
"Semua tergantung keputusanmu."
"Rumah kami sudah tidak ada dan hancur, lalu dimana Vera akan tinggal setelah ini?"
"Semua tergantung keputusanmu."
"Siapa yang akan mengantar Vera ke sekolah? Siapa yang akan memasak untuk Vera? Siapa yang akan ada disisinya untuk membantu?" Vin tidak bisa melanjutkan ucapannya.
Kenyataan pahit yang terbentang di masa depan jika Vin harus mendekap di dalam penjara seumur hidup adalah kiamat untuk Vera. Vin tidak bisa membiarkan itu terjadi. Setidaknya Vin merasa harus melakukan sesuatu.
"Hojo, tolong bantu aku menyelamatkan Vera dan masa depannya. Aku akan melakukan apa pun permintaanmu." kata Vin putus asa.
Air mata jatuh di salah satu pipi pucat Vin. Rasa sedih yang mendalam jika harus membayangkan masa depan Vera yang hancur karena dirinya.
Hojo tertawa puas.
"Hanya itu permintaanmu?" tanya Hojo heran.
Dalam beberapa kasus, seperti yang sedang Hojo hadapi, tidak memberi tahu apa yang mereka lakukan mungkin akan merugikan pihak yang harus menandatangani. Karena Hojo secara sengaja tidak menceritakan apa pun tentang dirinya atau apa pekerjaannya.
Sontak Vin mendongak tidak mengerti. Saat senyum di wajah Hojo tidak berhenti mengembang, Vin kembali tersadar.
"Aku ingin Vera bisa sekolah kedokteran seperti cita-citanya. Aku ingin Vera tinggal bersamaku jika itu mungkin. Aku ingin bisa terus menjaga Vera selamanya. Aku ingin kami tidak harus memikirkan tentang uang dan aku ingin hidup kami terjamin." seru Vin putus asa.
Karena itu adalah keinginan Vin yang sebenarnya. Keinginan sederhana dari seorang kakak laki-laki yang sangat mencintai adik perempuannya. Dan keinginan tulus Vin.
"Itu tidak sulit. Setelah kamu tanda tangan dan menulis apa saja keinginanmu pada daftar keinginan maka semua itu akan menjadi nyata." balas Hojo bijak.
Suara Hojo sudah kembali tenang dan berwibawa. Sebelumnya Hojo terus tertawa. Menertawakan Vin yang polos dan mudah sekali di tipu. Nyatanya kehidupan itu sendiri tidak semudah yang ditulis Vin pada daftar keinginannya.
"Baik." sahut Vin mantap.
Segera Vin mengambil pulpen dan menanda tangani Kontrak Perjanjian tersebut tanpa membaca. Persis seperti yang Hojo prediksi sebelumnya.
"Mulai sekarang, kamu adalah murid dari Academy of Superhuman Forces. Sedangkan untuk adikmu, Vera, dia akan masuk ke departemen khusus pembantu. Kalian akan mendapatkan tempat tinggal yang cukup layak.
Kalian juga tidak perlu memikirkan bagaimana keuangan kalian, pihak akademi yang akan mengurusnya. Yang harus kalian berdua lakukan adalah belajar dan tetap belajar. Jangan pernah berharap untuk keluar atau kabur dari akademi. Mengerti?" kata Hojo, cukup jelas hingga membuat Vin membelalakkan mata tidak percaya.
-TBC-
Yuk dukung cerita ini dengan tambahkan dalam daftar bacaan kamu, tulis komentar atau review, vote dan power stone supaya yang menulis jadi tambah semangat.
Terima kasih telah membaca dan semoga harimu menyenangkan.