"Terima kasih Mbak, Ana."
Hatiku lega saat Lidia memasukan amplop coklat berisi uang gaji dan pesangon selama dia bekerja di Read Eat ke dalam tasnya. Diikuti Sarah, Beni, dan juga Umar. Karyawanku ada 5 orang termasuk Vivi, tapi anak itu masih tidak aku ketahui keberadaannya.
Tanggung jawabku kepada para karyawan sudah selesai. Mereka bisa mencari pekerjaan lain di luar sana yang lebih baik, dan tidak bangkrut. Mereka berempat pamit setelah menerima uang, dan aku mengantar sampai depan pintu. Mereka bekerja dengan tulus. Aku beruntung punya mereka.
Sore ini aku ada janji temu dengan agent properti. Aku memang sengaja menggunakan jasa mereka untuk menjual rumah ini. Naya bilang tidak perlu dijual, cukup disewakan saja. Tapi ku rasa aku tidak akan kembali lagi ke Jakarta. Walau ada yang memintaku untuk menunggu, tapi aku sudah memutuskan untuk pergi. Lagipula tidak ada alasan untuk aku menunggu. Menunggu untuk apa, dia juga tidak menjelaskan apa-apa.