Chereads / Fatal Twin / Chapter 5 - Chapter 4: Kembalinya Sosok Itu

Chapter 5 - Chapter 4: Kembalinya Sosok Itu

"Nina dan juga...."

Ashe berhenti berbicara. Ia tidak tahu nama dari seorang gadis lain yang berada disamping Nina. Dia juga seorang pelayan kafe sama seperti Nina.

"Carol, panggil saja aku Carol."

"Iya. Nina dan juga Carol, kami pulang dulu."

"Umm... Aku minta maaf atas kejadian tadi. Mungkin itu memberi kesan buruk kepada kalian."

"Gapapa, kok. Aku tahu Carol tidak mempunyai niat buruk jadi jangan terlalu dipikirkan."

"Iya, itu benar. Aku juga mungkin akan melakukan hal yang sama jika berada diposisi yang sama seperti Carol."

Kata-kata dari Ash dan Ashe menenangkan pikiran Carol. Ia senang dengan apa yang didengarnya.

"Terimakasih. Kalian memang orang baik."

Seperti biasanya, Carol jarang sekali berekspresi. Mungkin jauh lebih baik jika dia menunjukkan ekspresinya ketika ia mengatakannya.

"Kalau begitu, kami harus segera pulang."

"Baiklah. Kalian hati-hati di jalan.", Carol memberikan pesan kepada Ash dan Ashe.

"Iya. Nina, Carol, sampai jumpa besok."

Ash dan Ashe melambaikan tangannya dan mulai melangkahkan kakinya.

"Sampai jumpa besok.", Nina mengatakannya dengan nada yang ceria serta melambaikan tangannya. Sedangkan Carol meresponnya dengan sedikit menundukkan kepalanya dengan sopan.

* * *

Diperjalanan pulang...

Sekarang sudah cukup larut. Jalanan sudah sepi. Namun, kondisi jalan ini terang, sebab terdapat lampu-lampu jalan dan cahaya lampu yang berasal dari rumah-rumah warga.

"Aku ngantuk."

Ashe menguap namun ia menutup mulutnya dengan menggunakan tangan kanannya.

"Pasti karena Ashe makannya terlalu banyak."

"Yah, gimana ya, soalnya tadi benar-benar enak. Aku benar-benar kenyang."

Raut wajah Ashe menunjukkan bahwa ia sangat puas. Wajahnya mengembang. Saat makan malam tadi, setelah memesan daging sapi pedas manis, Nina menawarkan kroket dan kue coklat kepada Ashe. Ashe yang sangat tertarik tanpa pikir panjang ia memesannya.

"Untung kakak bawa uang lebih. Jika tidak, mungkin kita tak bisa membayar. Gara-gara Ashe, uang kita juga sudah mau habis. Mau tak mau, kita harus segera bekerja."

Ashe kurang memerhatikan apa yang dibicarakan oleh kakaknya. Ashe tampak sudah sangat mengantuk. Kelopak matanya kelihatan sudah berat.

"Ashe dah gak kuat...", Ashe mulai kehilangan kesadaran.

"Ashe kamu dengar? Jangan tidur disaat seperti ini."

"Kakak kan bisa menggendong Ashe..."

"Kamu ini..."

Ash mengeluh dengan kebiasaan adiknya. Setelah makan, Ashe pasti mengantuk dan tidur. Seringkali ia tertidur di meja makan atau di sofa serta membuat Ash harus menggendongnya, memindahkannya ke tempat tidur.

Mereka sampai disebuah kawasan taman kota. Taman yang terbilang luas. Dari jalan terlihat berbaris berbagai macam pohon. Kursi panjang juga terlihat. Saat ini sudah larut malam,tentu saja sudah sepi. Sama sekali tidak ada orang.

Ketika sampai disini, mereka mendapat sesuatu yang tidak terduga.

Sebuah cahaya tajam yang berbentuk seperti mata panah namun dengan bentuk yang memanjang melesat dengan cepat. Cahaya itu tepat menuju Ashe.

Ashe yang sudah dalam keadaan setengah sadar sama sekali tak menyadari bahwa dirinya dalam bahaya. Namun, beruntungnya hal itu disadari oleh kakaknya. Ash melihat cahaya itu melesat dari arah depan.

"Ashe awas!"

Ash melompat kearah Ashe dan merangkulnya. Mereka berdua jatuh terjerembab ke jalan. Ash berusaha agar tubuhnya lebih dahulu jatuh ke tanah daripada tubuh Ashe. Dia berhasil. Ashe mendarat ditanah dengan menimpa tubuh kakaknya. Payudaranya yang besar menekan badan Ash, namun sekarang ia tidak memperdulikannya. Ia lebih mengkhawatirkan adiknya.

Sedangkan cahaya itu hilang tak berbekas tertelan kegelapan malam.

"Ashe, kamu gapapa?"

Untuk sesaat wajah mereka bertemu dekat sekali. Mereka berdua diam membeku. Waktu seperti terhenti.

"Kakak... Terimakasih."

Ucapan terimakasih dari Ashe yang sudah tersadar mencairkan suasana. Waktu kembali berjalan.

"Apa ada luka? Atau ada yang sakit."

Ashe menggelengkan kepalanya.

"Syukurlah."

Ash bersyukur ia berhasil menyelamatkan adiknya.

"Maaf mengganggu romantis kalian. Aku seperti seorang pengganggu disini."

Mendengar suara itu, mereka mengalihkan pandangan ke arah suara itu. Dihadapan mereka, melayang sebuah sosok misterius. Sosok yang memancarkan aura kegelapan. Sosok itu mengenakan sebuah jubah hitam yang menutupi hampir seluruh tubuhnya. Sosok itu perlahan-lahan mendarat di tanah.

Ash dan Ashe segera berdiri. Mereka terkejut. Mereka tidak asing dengan sosok itu. Sosok yang hampir mengalahkan mereka berdua. Tak terlihat adanya perbedaan sejak terakhir mereka bertemu.

"Kau..."

"Kita bertemu kembali, Vioni bersaudara."

"Tapi, kenapa kau bisa ada disini?"

Ash dan Ashe tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Kuakui roh yang kalian panggil itu sangat kuat. Aku bahkan sampai kehilangan peliharaan terkuatku. Namun, itu belum bisa mengalahkanku."

"Jadi kau berhasil selamat?"

"Benar sekali. Aku masih bisa menjalankan rencanaku."

Ash dan Ashe mengeluarkan senjata mereka. Dari tangan mereka muncul cahaya yang membentuk senjata. Ditangan Ash, cahaya itu menjadi sebuah pedang sedangkan ditangan Ashe cahaya itu berubah menjadi sebuah busur panah.

"Santai saja. Aku hanya datang untuk menyapa. Rencanaku telah kuubah. Untuk saat ini, kalian belum akan kuhabisi."

"Sebenarnya apa mau kau dengan kami?"

Ashe bertanya dengan keras kepada sosok itu.

"Tentu saja untuk membalaskan dendamku."

"Dendam? Tapi kami tidak memiliki masalah dengan siapapun."

"Tentu saja."

"Apa maksudmu?"

"Maaf, aku harus pergi."

"Tunggu!", Ash meminta sosok itu menjawab pertanyaannya.

Sosok itu mulai melayang. Tubuhnya perlahan berubah menjadi transparan sebelum akhirnya benar-benar hilang ditengah gelapnya malam.

"Jadi dia berhasil selamat pada waktu itu."

"Sebenarnya apa tujuannya dia."

Ash dan Ashe saling menatap satu sama lain. Siapa sosok itu, apa tujuannya, serta tentang dendam yang sama sekali mereka tidak ketahui.

"Kakak..."

Ash memandang ke langit. Dengan yakin ia mengatakannya.

"Sepertinya satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikannya ialah dengan mengalahkannya."